• Tidak ada hasil yang ditemukan

START 1 Pelaksanaan

Dalam dokumen BUKU TERJEMAHAN TGFU (Halaman 45-50)

Joy I. Butler dan Barbara J McCahan

START 1 Pelaksanaan

permainan Langkah ke 3 dan 4 Rink SISWA Pemahaman dan Kesenangan 3. Kesadaran Taktik Awal strategi ofensif dan defensif

Langkah ke 3 dan 4 Rink 2. Apresiasi permainan 6. Peningkatan penampilan 5. Eksekusi keterampilan Langkah ke 1 dan 2 Rink 4. Pengambilan Keputusan

Apa yang harus dilakukan?  Perhatian selektif  Perseptif  Antisipasi Bagaimana cara melakukannya?  Keterampilan dalam konteks

Bunker dan Thorpe (1982) pertama kali memperkenalkan model Pembelajaran Pendekatan Taktik pada pengajaran permainan di Bulletin of Physical Education. Butler (2002) mengadaptasinya dengan menambahkan materi yang terkait dengan empat langkah pengembangan permainan yang dikemukakan oleh Rink (2002). Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa model Pembelajaran Pendekatan Taktik memulai fokus pembelajaran dengan pendekatan tradisional langkah ke 3 langkah 1 dalam model Pembelajaran Pendekatan Taktik. Langkah 1 adalah pelaksanaan permainan yang menekankan akuisisi keterampilanl sebelum diberikan akses ke permainan.

Berikut ini merupakan empat langkah permainan yang dikemukakan oleh Rink: Langkah 1 pengembangan kontrol objek

Langkah 2 Kontrol kompleks dan kombinasi keterampilan Langkah 3 Mengawali strategi ofensif dan defensif

Langkah 4 Permainan kompleks dalam konteks model Pembelajaran Pendekatan Taktik Pada intinya, model Pembelajaran Pendekatan Taktik merupakan kebalikan dari tatanan tradisional dalam pengajaran permainan dan karena itu Pembelajaran Pendekatan Taktik mempermudah siswa untuk mempelajari tentang permainan dan mempraktikkan teknik dalam konteks permainan bukannya terpisah dari permainan tersebut (Thorpe, 2001, hal. 23). Permainan dan taktiknya merupakan hal penting dalam pelajaran, lebih dari yang dilabelkan pada akhir atau sisa waktu pelaksanaan praktik.

Langkah-langkah model Pembelajaran Pendekatan Taktik adalah sebagai berikut:

1. Permainan. Semua siswa dapat memainkan permainan. Margaret Ellis (1986) menggambarkan keuntungan-keuntungan dan makna mempermudah tiap anak untuk berpartisipasi, dengan mengabaikan level keterampilan, dengan memodifikasi beberapa hal seperti peraturan, peralatan, area bermain, dan besarnya kelompok.

2. Apresiasi permainan. Siswa belajar untuk memahami dan mematuhi kebutuhan akan peraturan karena mereka menciptakan, mengimplementasikan, dan menyaring peraturan tersebut.

3. Kesadaran taktik. Siswa menjadi tahu dan mengerti permainan melalui pemecahan masalah setelah mereka dihadapkan pada situasi permainan.

4. Pengambilan keputusan. Siswa belajar untuk membuat keputusan yang baik dengan mempraktikkan elemen-elemen pengambilan keputusan. Elemen-elemen ini meliputi perhatian terhadap tindakan yang relevan (perhatian selektif), respon antisipatif terhadap lawan, dan pemilihan keterampilan yang sesuai (yang akan efektif mengimplementasikan keputusan).

5. Eksekusi keterampilan.Siswa termotivasi untuk mempelajari keterampilan karena mereka dibelajarkan dalam konteks dan berlatih setelah permainan dimainkan. Keterampilan tersebut kemudian meningkatkan penampilan bermain dan membantu siswa dalam mengimplementasikan strategi terpilih.

6. Penampilan.Level penampilan siswa berkembang sejalan dengan jalannya siklus. Mengimplementasikan Model Pembelajaran Pendekatan Taktik

Berikut ini adalah beberapa poin yang dapat membantu guru dalam mengimplementasika model Pembelajaran Pendekatan Taktik dalam sebuah kurikulum pendidikan permainan yang terevitalisasi secara potensial. Pedoman ini merupakan hasil dari umpan balik guru dalam workshop-workshop dan dari pengalaman pribadi guru.

1. Perjelas filosofi pendidikan Anda. Hal ini akan membantu Anda dalam membuat keputusan pendidikan.

2. Bandingkan ide-ide yang merubah filosofi pendidikan Anda dengan ide-ide yang lain (lihatInstructional Models for Physical Education,Metzler, 2005).

3. Tentukan apa hasil pembelajaran yang dicari dan tentukan lingkungan pendidikan seperti apa yang dapat membantu perkembangan mereka.

4. Mulai dengan satu kelas yang kooperatif.

5. Mulai dengan aktivitas dengan konten yang kuat dan yang membuat Anda merasa nyaman.

6. Konsultasikan usaha Anda dengan pengajar pendidikan jasmani yang lain (tidak perlu dalam satu institusi yang sama) agar Anda dapat berbagi ide, materi, pengetahuan konten, masalah dan solusinya, pengalaman, dan kegagalan.

7. Lihat dukungan administratif untuk implementasi, dalam hal pekerjaan inservis, keikutsertaan dalam pertemuan, kunjungan ke program-program yang lain, dan dukungan moral. Seperti yang disarankan oleh Brooker, Kirk, Braiuka, dan Bransgrove (2000), pendekatan harus diimplementasikan dalam kondisi yang reseptif dan suportif.

8. Ikutsertakan para perencana kurikulum sekolah daerah; ajak mereka ke dalam diskusi filosofis tentang nilai-nilai dalam pendidikan dan kentungan model Pembelajaran Pendekatan Taktik.

Kesimpulan

Untuk membawa pendidikan jasmani pada milenium ini, guru seperti halnya Mr. Pettit perlu terlibat dalam pergeseran paradigma yang membuat banyak tuntutan berat terhadap energi dan motivasinya. Perubahan kurikulum merupakan sebuah proses yang penuh tekanan.

Walaupun demikian, keuntungannya akan semakin besar dari waktu ke waktu. Pembelajaran Pendekatan Taktik, dengan perhatiannya pada nilai-nilai pengajaran yang berpusat pada siswa dan perencanaan yang berbasis hasil, merupakan sebuah model pembelajaran yang akan mampu membantu guru, siswa, orang tua, dan para pelaksana pendidikan dalam melaksanakan pendidikan yang holistik dan transformasional pada anak-anak melalui fisik. Ketika mempertimbangkan keuntungan yang diberikan oleh model ini, penting untuk diingat bahwa hal ini lebih dari sekedar perubahan gaya hidup atau perubahan yang berlangsung tiba- tiba.

Walaupun Pembelajaran Pendekatan Taktik menunjukkan banyak masalah yang tak terpisahkan dalam program pendidikan jasmani, Pembelajaran Pendekatan Taktik merupakan sebuah proses yang lebih dari sekedar resep dokter. Intinya adalah tidak mudah mengganti kurikulum yang ada dengan kurikulum Pembelajaran Pendekatan Taktik biarkan Pembelajaran Pendekatan Taktik membawa kita selama beberapa dekade ke depan. Jika kita percaya bahwa ada keuntungan jika siswa melakukan debat dan negosiasi, menemukan dan menyaring untuk menempatkan pemahaman pada pusat pengalaman pendidikan maka hal ini berpengaruh baik bagi pembuat kurikulum. Walaupun banyak tekanan untuk membuat kurikulum ini sebagai kurikulum yang sempurna, kenyataannya adalah bahwa kita berada pada proses perubahan organik yang secara konstan mentransformasikan semua institusi sosial.

Proses perubahan ini membantu para pengajar untuk melihat dari sudut pandang siswa dan melihat apa yang mereka yakini untuk menjadi bernilai. Hal ini juga membantu mereka mengajar dalam kaitannya dengan nilai-nilai tersebut. Temuan terpenting Butler pada penelitian di tahun 1993 adalah bahwa, walaupun banyak guru yakin bahwa pembelajaran harus bersifat child-centered (berpusat pada siswa), pada kenyataannya para guru mengajar menggunakan pendekatan langsung (direct approach). Seperti yang dikatakan Laws (1990), mereka menggunakan retorika progresif untuk mengaburkan pengajaran menggunakan pendekatan tradisional tanpa menyadari mereka melakukan hal tersebut. Setelah keterlibatan mereka dalam pgrogram action research, pengajaran hampir semua guru dalam penelitian Butler pada tahun 1993 lebih kongruen dengan filosofi pendidikan mereka. Dengan kata lain, mereka yang mendukung dengan keyakinan progresif mengajar dengan lebih progresif, sedangkan mereka yang meyakini pendekatan tradisional melanjutkan pengajaran mereka dengan lebih tradisional. Jika para praktisi pendidikan sering menawarkan kesempatan untuk terlibat dengan kurikulum seperti yang dikatakan

Kirk (1993, hal. 262), untuk belajar dari pengalaman, untuk memperbarui, dan membayangkan di luar pengalaman dengan kata lain, untuk menjadi refleksif maka

tujuan dapat dikaitkan dengan praktik dalam sebuah proses yang terdapat inti pendekatan konstruktivis.

Pertanyaan untuk Diskusi

1. Bandingkan dan bedakan prioritas pendidikan, filosofi, dan metode dalam model kurikulum Pembelajaran Pendekatan Taktik dan model kurikulum lain yang digunakan dalam pendidikan jasmani.

2. Apa asumsi yang mendasari tentang masyarakat dan pendidikan didukung oleh model kurikulum Pembelajaran Pendekatan Taktik ketika dibandingkan dengan model kurikulum lain?

3. Kembangkan dan analisis kurikulum spiral dasar untuk digunakan di tengah atau awal program di sekolah menengah berdasarkan dua kelompok klasifikasi. Bagaimana intertask dan intratask dapat dioptimalkan? Pertimbangkan persoalan musiman pada aplikasinya. 4. Pada implementasi kurikulum Pembelajaran Pendekatan Taktik, bagaimana cara

pengembangan keterampilan sebaiknya ditunjukkan?

5. Bayangkan Anda sedang mendisain sebuah kurikulum pendidikan jasmani untuk kelas 4 hingga kelas 6. Setelah menentukan berapa persen pendidikan permainan diperkenalkan untuk tiap tingkatan level, identifikasilah konsep yang terkait dalam salah satu klasifikasi tersebut dan tentukan peningkatannya.

Jika kita percaya bahwa ada keuntungan jika siswa melakukan debat dan negosiasi, menemukan dan menyaring untuk menempatkan pemahaman pada pusat pengalaman pendidikan maka hal ini berpengaruh baik bagi pembuat kurikulum. Walaupun banyak tekanan untuk membuat kurikulum ini sebagai kurikulum yang sempurna, kenyataannya adalah bahwa kita berada pada proses perubahan organik yang secara konstan mentransformasikan semua institusi sosial.

BAB 4

Dalam dokumen BUKU TERJEMAHAN TGFU (Halaman 45-50)