• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Gizi Masyarkat

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

C. Status Gizi Masyarkat

1. Kunjungan Neonatus (KN3)

AKB di Kabupaten Lombok barat masih didominasi oleh fenomena 2/3, yaitu kematian yang terjadi pada usia neonatal. Dengan menekan kasus kematian pada usia neonatal maka mampu menurunkan AKB diwilayah ini. Program peningkatan kualitas pelayanan untuk indikator cakupan pelayanan neonatal telah banyak dilakukan yaitu peningkatan kompetensi petugas dalam penatalaksanaan neonatal melaui MTBM, pemantauan KN yang terstandar kepada bidan desa. Upaya ini mampu memberikan dampak pada cakupan KN3, pada Tahun 2015 cakupan pelayanan KN 3 sudah mencapai target yaitu sebanyak 96,56%. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 sebesar 82,68%

Kunjungan neonatus merupakan kegiatan untuk memantau kondisi kesehatan neonatus sekaligus memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu nifasnya, dimana pelayanan ini dilakukan dirumah oleh bidan. Neonatus adalah bayi berumur 0 sampai 28 hari. Kegiatan ini sangat strategis untuk menurunkan kematian bayi terutama usia 0 -7 hari.

Dari grafik di bawah ini, diperoleh gambaran tentang trend

cakupan program KIA khusus untuk kegiatan neonatal, bayi dan anak balita. Semua capaian cakupan tersebut mengalami penurunan dari kondisi tahun 2012, kecuali untuk kunjungan anak balita. Meskipun semua cakupan meningkat pada Tahun 2015. Hal ini merupakan kerja berat untuk meningkatkan capaian kinerja ini, mengingat banyak upaya

yang telah diusahakan guna mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak ini. Permasalahan yang utama adalah tenaga bidan yang tadinya masih kurang, namun dengan adanya advokasi maka bidan saat ini telah mencukupi untuk pelayanan di desa maupun di puskesmas

Grafik 7. Persentase Cakupan Program KIA (anak) tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 -2015

Pada grafik di atas, terlihat cakupan pelayanan anak Tahun 2015 meningkat secara tajam, hal ini disebabkan karena persepsi definisi operasional yang berbeda antar pemegang program dalam hal ini bidan, sehingga pencatatan untuk pelayanan anak masih belum optimal. Jika dilihat dalam pedoman, cakupan pelayanan anak balita mencakup semua hal pelayanan kesehatan termasuk pemberian vitamin A yang diberikan pada anak balita.

2. Kunjungan Bayi

Salah satu upaya kesehatan untuk menekan kematian bayi adalah dengan melakukan kunjungan bayi. Dengan adanya indikator ini,

Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 15 Bab III - 31

diharapkan bayi dapat dideteksi tumbuh kembangnya dan mendapat pelayanan kesehatan. Bayi minimal dikunjungi sebanyak 4 kali dalam rentang usia > 29 hari sampai 12 bulan. Sebagaimana disampaikan diatas, bahwa cakupan untuk kegiatan ini juga mengalami peningkatan. Tentunya diperlukan kerja keras tim dan pembinaan diperlukan agar pencapaian kualitas dan kuantitas dapat terwujud pada tahun 2015.

Cakupan kunjungan pada tahun 2015 sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 96,34%. Capaian ini diperoleh karena telah dilakukan upaya-upaya kerjasama lintas program dan lintas sektor baik di fasilitas kesehatan maupun di masyarakat yaitu dalam pelaksanaan DDTKA. Penguatan managemen program KIA di tingkat Bidan desa telah dilaksanakan sehingga pelayanan kesehatan bayi yang standar telah dipahami oleh bidan desa, ini berdampak pada kualitas pencatatan dan pelaporan program KIA.

3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

BBLR merupakan cermin dari perawatan ibu pada waktu hamil. Jika tidak memperhatikan makanan atau gizi dari ibu yang sedang hamil, maka kemungkinan akan terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, Sehingga, perlu upaya petugas dan dukungan masyarakat / kader serta sektor terkait lainnya dalam memotivasi ibu / masyarakat agar terus memperhatikan kesehatan dan makanannya agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat.

Di sisi lain keadaan sosial ekonomi serta pendidikan masyarakat juga perlu terus ditingkatkan, karena keadaan ini dapat menjadi faktor utama yang memepengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Tahun 2015 jumlah BBLR 529 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah BBLR 566 kasus maka terjadi sedikit peningkatan sebanyak 3 kasus. Hal ini dipengaruhi oleh masih banyak ibu hamil yang mengalami Kek dan Anemia. Oleh sebab itu pemahaman dan pengetahuan terhadap ibu hamil melalui kelas ibu hamil dan gizi harus

lebih ditingkatkan sehingga ibu hamil mengetahui asupan gizi yang mestinya dikonsumsi sehingga tidak terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Keterlibatan keluarga yang berpengaruh pada pengambil keputusan dalam keluarga harus dilibatkan dalam kegiatan kelas ibu hamil, sehingga keluarga bisa ikut memperhatikan kesehatan ibu hamil. Selain itu upaya meningkatkan giji ibu hamil terutama yang mengalami

KEK dan anemia sudah dilakukan dengan memberikan

multimicronutrien (MMN) selama kehamilan dan nifas. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menekan kasus ibu dengan KEK dan anemi, sehingga diikuti dengan menurunnya bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram.

4. BBLR ditangani

Pelayanan kesehatan untuk penanganan bayi dengan BBLR yang terlapor adalah 100 % artinya semua bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah telah mendapat penanganan sesuai dengan protap yang berlaku.

5. Balita ditimbang

Perbandingan antara jumlah balita yang datang menimbang di posyandu (D) dengan jumlah balita yang ada (S) digunakan sebagai Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat. Semakin tinggi hasil D/S menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat untuk datang dan menimbang balitanya di posyandu, begitu juga sebaliknya.

Pada Juknis Profil Tahun 2013, ditetapkan bahwa untuk mengetahui jumlah balita yang ditimbang maka digunakan sasaran yang dilaporkan, bukan yang diproyeksikan, Sehingga untuk tahun 2013 sampai 2015 menggunakan laporan riil jumlah balita hasil laporan posyandu (F3 gizi). Untuk menunjang data ini telah dilakukan beberapa hal adalah dengan diadakannya pendataan Riel dan di update setiap bulan, transport kader melalui ADD, BOK dan PNPM GSC, pemberian multivitamin pada balita

Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 15 Bab III - 33

yang datang ke Posyandu, PMT Penyuluhan, Penyuluhan melalui media film, bekerjasama dengan CSR, JMS, bulan penimbangan (Februari, Mei, Agustus, Nopember), Workshop Gerakan Peduli Posyandu. Untuk

workshop ini melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Pemerintah Daerah Lombok Barat, 10 Kecamatan dan seluruh Kepala Desa se Kabupaten Lombok Barat serta Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Lombok Barat. Disamping beberapa kegiatan tersebut diatas, pertemuan rutin hasil surveilance gizi bersama lintas sektor terkait juga telah dilaksanakan.

Dan Tahun 2015 ini mencapai tahun 2014 ini telah mencapai 92,94 % untuk D/S yang menggunakan data riil demikian juga untuk D/S proyeksi juga sudah mencapai 90,78%.

Grafik 8. Capaian Cakupan Program Gizi Tahun 2012- 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan 2012 -2015

6. Bawah Garis Merah (BGM)

Jumlah balita bawah garis merah (BGM) di suatu wilayah menggambarkan jumlah balita yang mengalami rawan gizi. Hasil cakupan balita BGM di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014 rata-rata sebesar 1,56 % dan Tahun 2015 menjadi 1,3 %. Hal ini menunjukkan masih ada balita yang mengalami malnutrisi, meskipun hasil cakupan tersebut sudah di bawah batas target yaitu 3%. Kondisi ini menandakan

telah dilakukan berbagai upaya seperti kelas gizi balita, pemberian PMT dan pemantauan pertumbuhan di posyandu, koordinasi Lintas Program terkait misalnya dengan petugas penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan agar dilakukan penyuluhan tentang diare, TB dan lain-lain. 7. Balita Gizi Buruk

Penanggulangan gizi buruk dilaksanakan mulai dari penjaringan, pelacakan sampai dengan perawatan gizi serta pengobatan penyakit penyerta yang diderita oleh balita gizi buruk. Jumlah balita gizi buruk yang terjaring Tahun 2015 terdapat 49 kasus gizi buruk dan menurun dibandingkan tahun 2014 sebanyak 92 kasus dan semuanya (100%) telah ditangani baik dengan perawatan dirumah sakit maupun di puskesmas perawatan (terutama dengan adanya TFC atau) serta dengan pemberian PMT Pemulihan. Dari 49 kasus yang ditemukan dan ditangani, 34 menjadi normal, 9 tetap gizi buruk ( sangat kurus) dan 6 meninggal, dimana penyebab meninggal karena adanya penyakit penyerta dan kelainan bawaan antara lain limpomanalisma, downsindrom, infeksi.

Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-35

Dokumen terkait