13
Tabel 14. Data Deskriptif N Range Minimu
m
Maximum Sum Mean Std. Deviation Varian ce Statisti c Statisti c
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statisti c Status kesehatan 50 38.00 37.00 75.00 2491.00 49.8200 1.5160 9 10.72036 114.92 6 Program ANC 15 18.00 42.00 60.00 821.00 54.7333 1.2629 0 4.89120 23.924 Valid N (listwise) 15
Nilai minimum implementasi program pelayanan ANC yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Getasan sebesar 42, nilai maximum 60 serta memiliki range 38. Berdasarkan hasil analisis deskriptif status kesehatan ibu hamil rata-rata skor adalah 49,8 yang berarti mayoritas status kesehatan ibu hamil termasuk kategori cukup dan implementasi program pelayanan ANC yang dilakukan tenaga kesehatan rata–rata skor adalah 54,7 yang berarti mayoritas implementasi program pelayanan ANC termasuk kategori baik.
Pembahasan
Implementasi Program Pelayanan ANC
Dari hasil penelitian mengenai implementasi program pelayanan ANC yang di lakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Getasan menunjukkan program pelayanan yang baik. Tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) pemeriksaan. Sesuai dengan program pelayanan ANC, tenaga kesehatan di Puskesmas Getasan selalu melakukan pemeriksaan kehamilan diantaranya dengan melakukan pengukuran berat badan pada ibu hamil, pengukuran tekanan darah (TD), pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), pemberian imunisasi tetanus toksoit (TT), dan melakukan pemeriksaan HIV di awal masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar14. Kepatuhan bidan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan akan dapat mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh ibu hamil, sehingga resiko atau komplikasi secara dini akan diketahui15. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andriani
14
2009, bahwa wanita hamil yang tidak melakukan perawatan kehamilan mempunyai risiko terjadinya abnormal 1,6 kali lebih tinggi dibanding wanita yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Adanya pemeriksaan kehamilan atau pelayanan Antenatal care yang bermutu yaitu memperoleh standar minimal pelayanan 7T yaitu (timbang) berat badan, ukur tinggi fundus, pemberian imunisasi (tetanus toksoit) TT lengkap, pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit seksual dan temu wicara16.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi program pelayanan yang dilakukan oleh bidan menunjukan dari 15 orang responden yang menyatakan kemampuan pelayanan antenatal baik yakni 14 orang. Adapun nilai rata-rata dari hasil penelitian menunjukan sebesar 54.7. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program pelayanan antenatal care di Puskesmas Getasan di kategorikan baik dengan persentase 93%. Hasil ini menunjukkan semakin lengkap kemampuan pelayanan antenatal care yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Kurangnya kemampuan pelayanan dari penyimpangan kecil dari prosedur standar sampai kesalahan besar akan menurunkan mutu pelayanan yang di berikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mansur 2008 yang menyatakan bahwa ada korelasi antara kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan dengan kualitas pelayanan17. Menurut Sutrisno 2009 ketrampilan adalah sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman tentang masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah18. Menurut Hendra 2008 seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas pasti memiliki tingkat pendidikan yang tinggi19. Dari hasil penelitian, semua responden di wilayah kerja Puskesmas Getasan menyelesaikan pendidikan terakhir D3. Sehingga sudah banyak bekal yang didapatkan pada masa pendidikan, serta sudah cukup berpengalaman dalam mendapatkan pengetahuan pelayanan antenatal care (ANC). Pernyataan tersebut, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Palluturi 2007 di Puskesmas wilayah Pulau Dullah Selatan Kabupaten Maluku Tenggara bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kinerja bidan. Pengetahuan bidan akan berdampak pada perilakunya dimana jika pengetahuan bidan baik maka pelayanan antenatal care tentu akan baik pula. Sehingga mutu pelayanan antenatal care dan standar pelayanan antenatal juga akan terpenuhi. Serta dengan mutu pelayanan yang baik maka masyarakat akan puas terhadap penggunaan
15
jasa pelayanan kesehatan. Menurut pendapat peneliti, dengan semakin baiknya pengetahuan bidan maka semakin baik pula mutu pelayanan antenatal care (ANC)20. Selain pengetahuan, masa kerja dapat meningkatkan mutu pelayanan
antenatal care (ANC). Dari hasil penelitian, responden di wilayah kerja Puskesmas Getasan memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun 3 (20%) dan masa kerja lebih dari 10 tahun 13 (80%). Dengan semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Lamanya bidan bekerja dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba R. 2009 di Kabupaten Tapanuli Tengah yang menunjukkan bahwa bidan dengan masa kerja lebih dari 10 tahun berpeluang mempunyai kinerja yang baik 10,7 kali dibandingkan dengan bidan yang bekerja kurang dari 10 tahun. Hal ini dikarenakan semakin lama bidan bekerja maka kinerjanya akan semakin baik. Jadi, peneliti berpendapat bahwa dengan semakin meningkatnya masa kerja bidan maka semakin meningkat pula mutu pelayanan
antenatal care (ANC)21.
Status Kesehatan Ibu Hamil
Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang butuh perawatan khusus agar kehamilan dapat berlangsung dengan baik. Dimana kehamilan menyangkut unsur kehidupan baik untuk ibu maupun janin22. Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan23. Dari hasil penelitian dengan 50 responden ibu hamil diperoleh hasil dengan status kesehatan baik sebanyak 15 orang, status kesehatan ibu hamil dengan kategori cukup 29 orang, dan status kesehatan ibu hamil dengan kategori buruk sebanyak 6 orang. Dari hasil rata-rata menunjukkan sebesar 49,8 yang berarti mayoritas status kesehatan ibu hamil termasuk kategori cukup. Dari hasil penelitian, responden di wilayah kerja Puskesmas Getasan ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 18 (36%), ibu hamil dengan usia antara 20-30 tahun sebanyak 22 (44%), dan ibu hamil dengan usia antara 31-40 tahun sebanyak 10 (20%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil berusia antara 20-30 tahun. Menurut Hariastuti 2008 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
16
umur dengan kunjungan antenatal care secara lengkap, yaitu pada ibu yang berumur 20–35 tahun mempunyai peluang 1,56 kali untuk memanfaatkan pelayanan ANC , sebanyak lebih atau sama dengan 4 kali dibandingkan dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun24. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mukaromah dan Saenun 2014 yang menganalisis tentang Faktor Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Siwalankerto Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu hamil dengan kunjungan antenatal care25. Sejalan dengan penelitian tersebut, menurut Adawiyah 2013 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu hamil dengan kunjungan antenatal care26.
Selain itu, penelitian ini menunjukkan hal yang berpengaruh terhadap status kesehatan pada ibu hamil yaitu pendidikan. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa 24% responden dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 12 orang, 32% responden dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 16 orang, 36% responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 18 orang, dan 8% responden dengan pendidikan terakhir dari Perguruan tinggi sebanyak 4 orang. Dari hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA. Menurut Notoatmodjo 2007 pembagian tingkat pendidikan antara lain yaitu pendidikan dasar (SD dan SMP) pendidikan menengah (SMA/Sederajat), pendidikan tinggi (Akademik/Perguruan Tinggi). Individu dengan tingkat pendidikan menengah sudah dapat memahami informasi dengan baik27. Hal ini sejalan dengan pendapat Meliano 2007 bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang mendapatkan pengetahuan karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk menerima ide dan teknologi atau informasi baru28. Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakuakan oleh Lubis 2010 tentang hubungan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap kesadaran pemeriksaan kehamilan pada trimester III Di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 karena berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kesadaran pemeriksaan kehamilan pada trimester III29. Jadi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan pada ibu hamil.
17 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi program pelayanan
Antenatal care (ANC) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan rata-rata skor adalah 54,7 yang berarti mayoritas implementasi program pelayanan ANC termasuk kategori baik. Pengetahuan dan masa kerja bidan merupakan dua hal yang mempengaruhi implementasi program pelayanan ANC. Mayoritas pendidikan terakhir tenaga kesehatan D3 dengan persentase sebanyak 100% dimana dengan pendidikan yang tinggi maka bekal pengetahuan yang didapat oleh tenaga kesehatan juga banyak. Adapun mayoritas masa kerja tenaga kesehatan lebih dari 10 tahun dengan persentase sebanyak 80%. Lamanya tenaga kesehatan bekerja dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang dimilikinya. Dengan banyaknya pengalaman yang didapatkan menjadikan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan menjadi lebih baik sehingga dengan semakin meningkatnya masa kerja tenaga kesehatan maka semakin meningkat pula mutu pelayanan antenatal care
(ANC).
Sedangkan untuk status kesehatan pada ibu hamil rata–rata skor adalah 49,8 yang berarti mayoritas status kesehatan ibu hamil termasuk kategori cukup. Status kesehatan pada kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan kesehatan ibu dan bayi yang ada dalam kandungannnya. Umur dan pendidikan ibu hamil mempengaruhi status kesehatannya. Dimana umur ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Getasan mayoritas berusia 20-30 tahun dengan persentase sebanyak 44%. Sedangkan pendidikan terakhir ibu hamil mayoritas SMA dengan persentase sebanyak 36%.
Saran
Bagi peneliti selanjutnya, lebih diperdalalam lagi dalam penelitian kaitanya dengan implementasi program pelayanan antenatal care (ANC) dan status kesehatan ibu hamil.
18 Daftar Pustaka
1. World Health Organization (WHO). Maternal Mortality Database in World; 2014.
2. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta; 2015.
3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan jawa tengah; 2015. 4. Semarang DKK. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2014,
Semarang; 2014.
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta; 2009.
6. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta; 2010
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas); 2013.
8. Murniati. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Oleh Ibu Hamil. FKM USU : Medan; 2007.
9. World Health Organization (WHO). Making pregnancy safer, a health sector strategy for reducing maternal and perinatal morbidity and mortality; 2014. 10. Depkes RI. Panduan Pelaksanaan Strategi Meking Pregnanchy Safer dan
Child Survival. Jakarta : USAID; 2008.
11. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.Kementerian Kesehatan RI; 2011.
12. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung :
Alfabeta; 2011.
13. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cip. Jakarta; 2010. 14. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC; 2008.
15. Ernawati. Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Graha Ilmu. Yogyakarta; 2009.
16. Andriani S. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan. ISSN 1979 - 7621. 2009;2:1. 17. Mansur. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Medan; 2008.
18. Sutrisno E. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2009.
19
19. Hendra A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan, Jakarta : Pustaka
Sinar. Harapan; 2008.
20. Palluturi, S, Nurhayani NM. Determinan Kinerja Bidan di Puskesmas Tahun 2006, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2007;10:4.
21. Purba R. Pengaruh Karakteristik dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan di Kabupaten Tapanuli Tengah.
[Tesis Ilmiah]. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2009.
22. Kusmiyati. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Fitramaya: Yogyakarta; 2008.
23. Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiriohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka; 2007.
24. Hariastuti DR. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal (ANC) di Jawa Barat Tahun 2002 (Analisis Data Sekunder Survei Data Dasar Asuh 2002). (Skripsi). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2008.
25. Mukaromah H dan S. Analisis Faktor Ibu Hamil Terhadap Kunjungan
Antenatal Care di Puskesmas Siwalankerto Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Jurnal Promkes 2. 2014;1:31–48.
26. Adawiyah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Frekuensi Kunjungan
Antenatal Care di Puskesmas Keraton Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta; 2013.
27. Notoatmodjo S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta; 2007.
28. Meliano. Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta:Pusposwara; 2007.
29. Lubis SND. Hubungan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap kesadaran pemeriksaan kehamilan pada Trimester III di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010. Dipublikasikan. Medan: Fak Keperawatan Univ Sumatera Utara; 2010.
20
Lampiran 1