• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Astrid S. Susanto (1977:99), status adalah perbandingan peran dalam masyarakat, status merupakan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mayor Polak (1964:307) mengungkapkan status sosial ekonomi sebagai kedudukan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakatnya. Selanjutnya status memiliki dua aspek yaitu: 1) Aspek yang agak statis (struktural), dimaksudkan sifatnya hirarkis,

mengandung perbandingan atau tinggi rendahnya relatif terhadap status lain.

2) Aspek yang relatif lebih dinamis (fungsional), peranan sosial yang diharapkan dari seseorang yang menduduki status tersebut.

Terkait dengan konsep status dengan aspek yang struktural, maka setiap orang mempunyai tingkatan secara hirarkis yang membedakan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang mempunyai status atau kedudukan yang berbeda tergantung pada posisinya di masyarakat. Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam kedudukan : 1) Ascribet status, yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa mempertimbangkan

perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini diperoleh melalui kelahiran.

2) Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh dari kelahiran akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja dan ini tergantung dari kemampuan seseorang dalam mengejar dan mencapai tujuannya. Kadang-kadang

kedudukan ini dibedakan lagi dengan satu macam kedudukan yaitu assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan (Soerjono Soekanto, 217-218).

Tiap orang mempunyai unsur yang terkandung dalam status sosial ekonomi. Sedikit banyaknya unsur-unsur yang dimiliki baik secara kualitas maupun kuantitas akan menujukkan tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang. Melly G. Tan (1977:53) mengatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat lumrahnya mencakup tiga faktor yaitu faktor tingkat pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor pendapatan.

1. Tingkat Pendidikan

Sejak dahulu sebenarnya manusia telah mengenal pendidikan, namun dalam perwujudan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. Perkembangan dan pertumbuhan manusia sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Syah (1997:32), pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Sejalan dengan itu di dalam Dictionary of Psychology (1972), pendidikan diartikan sebagai “...the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Ussually the term is applied to formal institution”.

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengalaman dan mampu berkembang baik secara pikiran, kemampuan, pengetahuan maupun kecakapannya.

Sedangkan tingkat pendidikan merupakan jenjang atau tahap hirarkis dalam pendidikan. Di Indonesia sendiri penyelenggaran pendidikan terbagi menjadi tiga jenjang yaitu Sekolah Dasar (kelas I-VI), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (kelas VII-IX) dan Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menegah Kejuruan (kelas X-XII).

2. Pekerjaan

Pekerjaan orang yang satu dengan orang yang lain tentu berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan dan lain sebagainya); hasil bekerja; tugas kewajiban; perbuatan. Jadi dapat disimpulkan pekerjaan orang tua adalah segala usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Pekerjaan dibagi menjadi beberapa jenis (Biro Pengembangan Sosial dan Budaya, hal 12) yaitu:

1) Pekerjaan Pokok

Adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat dari pekerjaan ini adalah tetap.

2) Pekerjaan Sampingan

Adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.

3. Pendapatan

Jika kita melihat lingkungan sekitar kita, maka akan kita temui orang-orang yang sibuk bekerja. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi segala kebutuhan hidup. Pendapatan yaitu jumlah barang/jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Dengan kata lain pendapatan adalah arus masuk uang dan barang yang diperoleh dari usaha untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Gilarso (2002:63) yang dihitung sebagai pendapatan keluarga adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Sumber pendapatan digolongkan menjadi tiga yaitu:

• Usaha sendiri, misalnya wiraswasta.

• Hasil dari milik. Misalnya: petani yang memiliki sawah, hasil dari menyewakan rumah.

Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk (Mulyanto, 1982:92) yaitu:

™ Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang, sifatnya regular dan biasanya diterima sebagai kontra prestasi atau balas jasa.

™ Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah penghasilan yang bersifat regular yang diterima dalam bentuk barang.

™ Pendapatan berupa uang dan barang

C. Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan seseorang. Minat juga faktor yang cukup menetukan kemajuan dan keberhasilan seseorang. Orang yang mengerjakan sesuatu dengan diawali minat atas hal itu akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Menurut Masidjo (1995:52) minat adalah suatu kecendrungan yang agak menetap dalam diri subjek dimana ia merasa tertarik akan suatu hal dan merasa senang bersama dengan hal tersebut.

Minat juga dapat diartikan sebagai perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Mapiare,1982:82).

Menurut Winkel (1983:30-31) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Mengenai munculnya minat, Winkel memberikan urut-urutan sebagai berikut.

Perasaan senang Sikap positif Minat Perasaan : Aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai- nilai

suatu obyek.

Sikap : Kecenderungan dalam subjek menerima atau menolak suatu obyek yang berharga/baik atau tidak berharga/tidak baik. Dalam sikap terdapat aspek afektif dan aspek kognitif.

Minat : kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan senang (rasa puas, simpati, gembira dan lain sebagainya) akan memimbulkan minat yang diperkuat lagi dengan sikap positif.

Bila dikaitkan dengan minat berwiraswasta mula-mula seseorang memiliki perasaan senang terhadap wiraswasta, perasan itu muncul karena seseorang sudah mengenal bidang itu. Dia memandang usaha wiraswasta dapat memberikan manfaat bagi dirinya maka timbul sikap positif. Kemudian ia akan mengamati, berusaha mendekati dan menyesuaikan diri dengan sikap

kewiraswastaan. Dengan demikian dapat dikatakan minat wiraswasta telah muncul.

D. Wiraswasta

1. Pengertian Wiraswasta

Secara etimologis, wiraswasta merupakan suatu istilah yang berasal dari kata-kata “wira” (berani, utama, atau perkasa) dan “swasta” (swa=sendiri dan sta=berdiri). Jadi wiraswasta ialah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Soemanto,1996:42-43). Sedangkan menurut Sumahamijaya (1979: 117), wiraswasta adalah sifat-sifat keberanian, keutamaan, dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

Secara umum wiraswasta adalah orang-orang yang bermental mandiri dan memiliki potensi untuk berprestasi. Menurut Wijandi dalam Erika Ratmiarini, wiraswasta merupakan suatu kepribadian yang unggul yang mencerminkan budi luhur dan suatu sifat yang patut diteladani karena atas dasar kemajuan manusiawi yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.

Seorang wiraswasta hendaknya memiliki kepribadian yang unggul. Orang yang berkepribadian unggul diantaranya memiliki sifat dan ciri-ciri sebagai berikut (Hamalik,1990:55):

1. Mempunyai keberanian untuk megambil resiko dalam menjalankan usahanya

2. Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

3. Mempunyai semangat dan kemauan yang tinggi untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi.

4. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh baik untuk usaha yang sudah ada maupun pada usaha-usaha baru.

5. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menilai kesempatan yang ada.

Kewiraswastaan bukan hanya sekedar entrepreneure dalam arti pengusaha, akan tetapi titik beratnya terletak pada pembentukan watak dan pembinaan mental maju yang dimulai dari usaha membersihkan diri sikap mental negative/miskin (Sumahamijaya, 1979:118).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis mencoba mengartikan wiraswasta sebagai suatu sikap mental mengedepankan keberanian, optimisme dan mandiri serta berkepribadian unggul sehingga pantas untuk diteladani.

2. Ciri-ciri Wiraswasta

Orang yang kreatif dan inovatif yaitu orang-orang yang memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewiraswastaan. Menurut Suryana (2006:3) ciri-ciri

wiraswasta antara lain : (1) penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggung jawab;

(2) memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif ; (3) memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak; dan (5) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

Sejalan dengan pernyataan di atas Fadel Muhamad (1992:138-142) mengungkapkan untuk menjadi wiraswasta harus memiliki tujuh ciri pokok. Ketujuh ciri pokok tersebut adalah :

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berarti memiliki orientasi hubungan personil dan orientasi terhadap tujuan dan sasaran tertinggi.

2. Inovatif

Inovatif artinya orang yang kreatif dan selalu yakin ada cara-cara baru yang lebih baik.

3. Pengambil keputusan

Seorang wiraswasta harus bisa dan berani mengambil keputusan demi kelangsungan usahanya.

4. Sikap tanggap terhadap perubahan

Sikap tanggap terhadap perubahan artinya dapat mengantisipasi perubahan yang akan mempengaruhi sasaran dan tujuan usahanya.

5. Working smart

Working smart menandakan kerja yang efektif dan efisien atau bekerja secara ekonomis untuk mencapai hasil yang maksimal.

6. Visi masa depan

Visi masa depan artinya orientasi kemasa depan. Visi pada hakekatnya merupakan pencerminan dari komitmen-kompetensi-dan konsistensi. Artinya seorang wiraswasta senantiasa setia dengan komitmennya dengan melakukan kegiatan yang sesuai kompetensi yang terdapat dalam diri. Dengan demikian orang tersebut akan konsisten.

7. Sikap terhadap resiko

Ketika seorang wiraswasta menetapkan suatu keputusan telah memahami secara sadar yang bakal ia hadapi,dalam arti resiko telah di ukur dan di batasi.

Dokumen terkait