• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Definisi Konsep

2. Stereotipe terhadap Institusi Kepolisian Dalam Sampul Majalah Tempo

Sampul majalah Tempo yang akan menjadi objek penelitian ini adalah kesembilan sampul majalah yang merepresentasikan tentang Institusi Kepolisian yang terbit di tahun 2010. Pada dasarnya gambaran-gambaran Institusi Kepolisian oleh majalah Tempo hampir kesemuanya berupa kritikan atau sindiran. Tentu saja gambar-gambar sampul Institusi Kepolisian dengan demikian akan membentuk citra negatif berupa stereotipe tertentu di masyarakat. Stereotipe merupakan bentuk kontroversial pengelompokan karakterisasi. Stereotipe mendorong pembacaan karakter dari sudut pandang nilai baku, yang ditentukan sebelumnya oleh konvensi sosial. Perepresentasian identitas sosial dari sudut pandang stereotipe merupakan praktik yang sangat umum dalam media. Penstereotipean sebuah mediasi yang menerjemahkan kompleksitas karakter individu kedalam sejumlah pengkhasan (distinctions) sederhana yang didefinisikan secara sosial (Thwaites, Davis dan Mules, 2002: 227).

Menurut Jhonson (1986) mengemukakan, stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasi sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman. Keyakinan itu membuat orang untuk memperkirakan perbedaan antarkelompok yang mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah sebagai ciri khas individu atau kelompok sasaran (Liliweri, 2005: 208).

Menurut Sarlito W. Sarwono dan Eko A Meinarno (2009:226), stereotipe adalah dasar dari prasangka dan diskriminasi, sehingga stereotipe merupakan faktor penyebab adanya prasangka dan diskriminasi. Prasangka sendiri adalah suatu penilaian terhadap suatu kelompok atau individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok orang itu, pengamat menilai orang lain tidak berdasarkan kategori sosial atau kategori rasial mereka dan tidak berdasarkan informasi atau fakta tentang diri mereka sebagai individu (Sears, Freedman dan Peplau, 1994: 149).

Sedangkan menurut David O. Sears (1994: 148) stereotipe merupakan suatu keyakinan tentang sifat-sifat pribadi yang dimiliki orang dalam kelompok atau kategori sosial tertentu. Stereotipe biasanya meliputi pemberian ciri negatif kepada orang yang berbeda dengannya.

Dalam melihat stereotipe Institusi Kepolisian yang direpresentasikan oleh majalah Tempo peneliti mengelompokkan sampul majalah kedalam prasangka sosial dilihat dari karakteristik dan peran negatif polisi. Secara harfiah karakteristik dapat diartikan sebagai kualitas moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1998), karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Sedang berkarakter berarti mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa 1997:281). Dorland’s Pocket Medical Dictionary dalam M. Furqon Hidayatullah (2008:11) menyatakan bahwa karakteristik adalah sifat nyata

yang menjadi pembeda yang ditunjukkan oleh individu; sejumlah atribut yang diamati pada individu.

Peran sendiri menurut Horton dan chester (1992:118), mengartikan peran sebagai perilaku yang dimainkan dari seseorang (lembaga) yang mempunyai status tertentu. Institusi Kepolisian memegang peran yang sangat besar dalam menjaga keamanan, ketertiban dan mengayomi masyarakat.

Dari segi sosiologi, peran (role) selalu ditinjau dalam hubungan dengan kelompok. Sebagaimana manusia satu sama lain mengadakan interaksi dan mengadakan pengaruh timbal balik, demikian pula kelompok dan lembaga-lembaga sosial mengadakan interaksi satu sama lain dan mempengaruhi lingkunganya. Sebaliknya setiap lembaga sosial peka sekali terhadap perubahan lingkunganya, terhadap nilai-nilai kelompoknya serta penilaian orang terhadap lembaga sosial tadi (Susanto, 1999:231).

Secara umum peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi apa prilaku yang mesti dilakukan seseorang yang menduduki suatu posisi (Suhardono, 1994: 15).

Dengan menganalisis sampul majalah Tempo melalui gambaran karakteristik dan peran negatif maka akan mengetahui makna tersirat dari simbol-simbol yang dibawa oleh gambar-gambar sampul majalah Tempo. 3. Semiotika Model Charles Sanders Peirce

Berkenaan dengan gambar yang berada dalam sampul majalah Tempo yang berupa delapan gambar karikatur dan satu gambar foto, untuk

mengkaji semua gambar tersebut dalam perspektif semiotika, dapat membedahnya lewat sistem tanda. Gambar-gambar tersebut menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik verbal maupun yang berupa ikon. Sobur berpendapat bahwa pada dasarnya lambang yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang dikenal. Sedangkan lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan, yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda, orang, atau binatang. Ikon di sini digunakan sebagai lambang ataupun simbol (Sobur, 2005:116).

“Secara etimologis, lambang ataupun simbol sendiri berasal dari kata Yunani “symballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide” (Sobur, 2004:155). Selain itu, ada pula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto, 2001:10).

Melalui simbol, manusia dapat berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu proses komunikasi. Kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manusia sangatlah ditunjang dengan simbol-simbol yang mereka gunakan, karena melalui simbol manusia dapat mengungkapkan suatu pendapat berupa pesan-pesan sosial. Konsep dari pesan-pesan sosial itu sendiri yakni tidak dapat dipisahkan dengan budaya. Hubungan antara manusia dengan kebudayaan sangatlah erat dan tidak dapat terpisahkan,

bahkan disebut sebagai makhluk budaya. Kebudayaan terdiri atas gagasan- gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia, sehingga terdapat ungkapan, “Begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sampai manusia pun disebut makhluk dengan simbol-simbol; manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis” (Sobur, 2004:177).

Dalam konsep Charles Sanders Peirce, simbol diartikan sebagai “tanda yang megacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri” (Sobur, 2004:156). Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya konvensional. Berdasarkan konvesi itu, maka masyarakat pemakainya dapat menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu serta dapat menafsirkan maknanya. Dalam arti demikian, kata misalnya, merupakan suatu bentuk simbol karena hubungan kata dengan dunia acuannya ditentukan berdasarkan kaidah bahasanya. Dimana kaidah kebahasaan itu secara artifisial ditentukan berdasarkan konvensi masyarakat pemakainya. Simbol memiliki kesatuan bentuk dan makna. Simbol merupakan “kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan penafsiran pemakai, kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya, dan kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya” (Sobur, 2004:156).

Dari situ, untuk melihat dan menemukan makna dalam sampul majalah Tempo maka peneliti mengunakan semiotika model Charles

Sanders Peirce yang lebih memfokuskan perhatiannya pada tanda yang dikaitkan dengan objeknya. “Peirce melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant)” (Piliang, 2003:266). Tanda, menurut pandangan Peirce adalah “....something which stands to somebody for something in some respect or capacity” dari definisi Peirce ini tampak peran subjek (somebody) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika (Piliang, 2003:266).

Untuk menjelaskan cara dalam menyampaikan makna dalam gambar, Peirce membuat tiga kategori yaitu ikon, indeks dan simbol (Tinarbuko, 2009:16-17).

Dengan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce penulis akan mengungkap simbol-simbol pemaknaan stereotipe terhadap Institusi Kepolisian yang direpresentasikan oleh sampul depan majalah tempo selama tahun 2010.

Dokumen terkait