• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Kebijakan

Dalam dokumen ProdukHukum RisTek (Halaman 42-48)

Kementerian Riset dan Teknologi beserta jajaran LPNK di bawahnya merencanakan dan telah memprakarsai langkah-langkah awareness campaign

3.2.2. Strategi Kebijakan

Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk menjalankan peran intermediasi dalam pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), yakni:

1.

Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology).

2.

Mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

3.

Menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam rangka mengarahkan aktivitas litbang Iptek (demand-driven approach).

Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen yang efektif dan efisien, karena ditengarai adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti adanya tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional (ARN) yang masih belum diacu secara penuh oleh stake-holders pembangunan Iptek, efek sinergi yang lemah, sehingga pembangunan Iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak terkoordinasi dengan baik.

Strategi yang akan dijalankan oleh KRT dalam menjalankan peran intermediasi dan fungsi “koordinasi” dan “sinkronisasi” kelembagaan litbang (LPNK, LPD, Pemda, Swasta/industri/badan usaha, dan perguruan tinggi) dan program litbang adalah dengan menjalankan sinergi fungsional, yaitu sinergi yang mengedepankan kebersamaan antar berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan Iptek.

Orientasi untuk melakukan sinergi fungsional ini sesuai dengan UU 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 25, yaitu ayat (1): “Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan", dan ayat (2):”Lembaga pemerintah non-kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang mengkoordinasikan.”

Pendekatan koordinasi dan sinkronisasi secara sinergi fungsional diharapkan mampu menerobos kebuntuan struktural melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku kepentingan Iptek.

Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan Iptek yang dikembangkan lembaga penelitian baik di lembaga riset pemerintah maupun perguruan tinggi dapat diupayakan mampu melintasi “Lautan Kemubaziran“ untuk didayagunakan. Proses melintasi "Lautan Kemubadziran" adalah sebuah proses pengembangan produk dari hasil temuan dan litbang Iptek untuk bisa dikomersialkan atau didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain. Dalam hal ini KRT menempatkan posisi

sebagai “nakhkoda” untuk mendorong proses pendayagunaan berbagai hasil litbang Iptek menjadi produk inovasi yang bernilai tambah tinggi (value creation), merubah orientasi pengembangan teknologi yang bersifat supply-push menjadi demand-driven dalam bingkai Sistem Inovasi Nasional (SINas).

Prinsip penggalangan kompetisi dan kerjasama untuk membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana mengefektifkan interaksi antar lembaga-lembaga penghasil teknologi (LPNK Ristek, Balitbang Dep, daerah serta Perguruan Tinggi), tetapi juga penting interaksi ke luar dengan dunia usaha, agar inovasi dapat mewujud dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi interaksi antar LPNK di bawah koordinasi KRT, serta interaksi dengan lingkungan eksternal. Dalam kaitan dengan lingkungan eksternal yang mempengaruhi efektifitas SINas, maka tidak semua kendali SINas berada dalam portofolio KRT, karena menyangkut sistem yang lebih luas seperti: sistem pendidikan, keuangan, pajak dan moneter, hukum, HKI, dll. Ini semua berada dalam kendali berbagai kementerian lain.

Sebagai contoh UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diikuti oleh aturan pelaksanaan di bawahnya. Kenyataannya, koherensi antar peraturan tersebut dengan Peraturan Pemerintah yang mengatur Keuangan Negara masih perlu di harmonisasikan. Misalnya Peraturan Pemerintah RI No. 20/2005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35/2007 Tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi. Dalam implementasinya, dua PP ini sangat bergantung kepada UU Keuangan Negara dan perangkat aturan di bawahnya, yang masih perlu diselaraskan agar tidak saling meniadakan.

Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di suatu negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antarsektor dan lintas sektor; antar waktu (intertemporal); dan nasional-daerah (inter teritorial), daerah-daerah, dan internasional. Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan SINas di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi (innovation policy

framework) yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen sumberdaya yang memadai pada tataran nasional maupun daerah sebagai common platform.

Dalam kasus pelaksanaan program yang bersifat top-down, seperti Kontrak Kinerja Menteri, Program 5 Tahun (P5T), 11 Program Prioritas Nasional, dan 15 Program Pilihan Presiden, yakni yang berkaitan dengan peningkatan ketahanan dan produksi pangan; industri pertahanan, pengembangan energi alternatif, pengembangan teknologi untuk daerah perbatasan dan rawan bencana dll., maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam aspek perumusan kebijakan nasional, koordinasi pelaksanaan kebijakan yang memberikan arti adanya sinkronisasi program - termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden. Sementara LPNK di bawah koordinasi KRT berperan dalam merumuskan kebijakan dibidangnya dan melaksanakan program-program ini sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan bekerja di bawah koordinasi, supervisi, sinkronisasi dan monev Kementerian Riset dan Teknologi.

Secara umum strategi sinergi fungsional dalam kerangka Visi dan Misi serta tujuan dan sasaran Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bisa digambarkan dalam sebuah bagan pada Gambar-3.2.

Gambar-3.2 Pola pikir sinergi fungsional dalam kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014

3.2.3. Program

Berdasarkan arah kebijakan pembangunan Iptek Nasional maupun arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi yang menekankan pentingnya membangun sebuah Sistem Inovasi Nasional, maka Program KRT selama 5 tahun ke depan adalah “Peningkatan

Kemampuan Iptek Nasional untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional”.

Dalam hal ini pembangunan Iptek diarahkan untuk meningkatkan unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional, yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta Pendayagunaan Iptek.

Dengan demikian, maka 5 sub program pembangunan Iptek tahun 2010 – 2014 adalah:

1.

Penguatan Kelembagaan Iptek, diarahkan bagi meningkatkan kualitas kelembagaan Iptek, antara lain dicapai melalui kegiatan arah pengembangan kelembagaan Iptek, penataan kelembagaan Iptek, penguatan kompetensi lembaga Iptek, pengembangan sistem legislasi Iptek, pengembangan budaya dan etika Iptek.

2.

Penguatan Sumber Daya Iptek, diarahkan untuk meningkatkan kapasitas

sumberdaya Iptek, yang dicapai melalui kegiatan peningkatan SDM Iptek peningkatan sarana dan prasarana Iptek, peningkatan investasi Iptek, pengembangan data dan informasi Iptek, peningkatan kekayaan intelektual dan standardisasi.

3.

Penguatan Jaringan Iptek, diarahkan untuk penguatan jaringan Iptek yang dicapai melalui kegiatan penguatan jaringan antar penyedia Iptek, pengembangan jaringan antar penyedia dengan pengguna Iptek, penguatan hubungan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan daerah, penguatan jaringan Iptek internasional.

4.

Relevansi dan Produktivitas Iptek, diarahkan untuk menyelaraskan antara kapasitas Iptek dengan kebutuhan pengguna dan meningkatkan produktivitas Iptek yang dicapai melalui kegiatan pemetarencanaan Riptek nasional, pengembangan Riptek prioritas, peningkatan produktivitas Riptek strategis, peningkatan produktivitas Riptek masyarakat, peningkatan produktivitas Riptek industri.

5.

Pendayagunaan Iptek, diarahkan untuk meningkatkan pendayagunaan hasil litbangyasa nasional yang dicapai melalui kegiatan analisis kebutuhan Iptek nasional, pendayagunaan Iptek masyarakat, pendayagunaan Iptek strategis, pendayagunaan Iptek industri kecil menengah, dan pendagunaan Iptek industri besar.

Sesuai dengan tupoksinya, maka kegiatan dalam program KRT meliputi 2 kegiatan besar yaitu kegiatan kajian untuk perumusan kebijakan dan kegiatan non kajian untuk menjalankan peran mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan implementasi kebijakan. Dengan demikian, isi dari kelima sub program utama di atas akan terdiri dari dua jenis kegiatan ini yang kemudian menjadi instrumen dalam melaksanakan strategi sinergi fungsional antar berbagai pemangku kepentingan pembangunan iptek guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Karena itu, kegiatan yang akan menjadi instrumen untuk melaksanakan sinergi fungsional dalam rangka pembangunan sebuah SINas ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1.

Perumusan kebijakan Iptek untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional yang meliputi:

a.

Penguatan kelembagaan Iptek: [1] Pembangunan pusat unggulan Iptek berlevel internasional, [2] Penerapan organisasi dan manajemen profesional di lembaga litbang, [3] Restrukturisasi dan penataan kelembagaan Iptek, [4] Regulasi untuk sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, [5] Membangun sistem reward and punishment, dan [6] Menciptakan dan meningkatkan pemahaman teknologi di masyarakat

b.

Penguatan sumberdaya Iptek: [1] Meningkatkan investasi litbang khususnya investasi R&D swasta, [2] Meningkatkan produktivitas dan jumlah SDM litbang, [3] Meningkatkan sarana dan prasarana litbang, [4] Optimalisasi pemanfaatan kekayaan intelektual,.

c.

Penguatan jaringan Iptek: [1] Memperkuat jaringan kelembagaan dalam dan luar negeri, [2] Membangun infrastruktur penghubung Iptek-industri (science and technopark, lembaga intermediasi, modal ventura, inkubator, pusat purwarupa (prototype center), dll),

d.

Peningkatan relevansi dan produktivitas Iptek: [1] Penajaman fokus bidang Iptek dalam mendukung ketahanan pangan, energi, hankam, ICT, transportasi, kesehatan dan obat, serta material maju, dan mendorong pertumbuhan klaster-klaster industri unggulan serta merespon isu perubahan iklim, [2] Kerjasama riset pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, [3] Reorientasi pelaksanaan riset: riset terpadu, alih pengetahuan, human capital, UKM, aliansi riset national/regional/international .

e.

Peningkatan pendayagunaan Iptek: [1] Penguatan kapasitas adopsi teknologi di sektor produksi, [2] Peningkatan promosi, difusi dan diseminasi hasil litbang, [3] Optimalisasi proses alih teknologi (FDI, lisensi, sistem procurement), [4] Peningkatan inovasi dan kreativitas pemuda.

Dalam dokumen ProdukHukum RisTek (Halaman 42-48)

Dokumen terkait