• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Keluarga Nelayan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Strategi Keluarga Nelayan

Konsep strategi merupakan suatu teknik untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan. Strategi juga dapat diartikan sebagai rencana yang cermat untuk suatu kegiatan dengan maksud mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum pengertian strategi adalah beberapa kombinasi dari berbagai aktifitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan oleh orang supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya.

Menurut Sitorus (1999) dalamIhromi (2004 :241), strategi ekonomi keluarga nelayan miskin menunjuk pada alokasi potensi sumberdaya keluarga secara rasional kedua sektor kegiatan sekaligus, yaitu sektor produksi dan sektor non produksi. Di bidang produksi, keluarga nelayan miskin menerapkan pola nafkah ganda, yaitu melibatkan sebanyak mungkin potensi tenaga kerja keluarga di berbagai kegiatan ekonomi melalui pertanian dan luar pertanian, baik dalam status berusaha sendiri maupun status memburuh.

Sektor non produksi sering digambarkan dengan kegiatan arisan. Penerimaan pendapatan yang diberikan oleh arisan sangatlah memungkinkan keluarga nelayan miskin untuk dapat membiayai kebutuhan yang memerlukan biaya yang cukup besar, contohnya :perbaikan rumah, biaya anak sekolah, pesta pernikahan atau khitanan, dan modal usaha. Penerimaan tersebut bukan hanya saja membantu keluarga nelayan miskin dalam mengatasi kemiskinan yang berupa kekurangan konsumsi, akan tetapi pada tingkat tertentu juga dapat mengatasi penyebab kemiskinan berupa kekurangan modal produksi.

Menurut Kusnadi (2000 :74), strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinan dapat dilalui melalui:

1. Peran Anggota Keluarga Nelayan (istri dan anak)

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota rumahtangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu bentuk dari strategi adaptasi yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsungan hidup seluruh anggota keluarganya

2. Diversifikasi Pekerjaan

Dikarenakan ketidak pastian dalam memperoleh penghasilan, maka keluarga nelayan dapat melakukan kombinasi pekerjaan guna mencukupi kebutuhan keluarganya.

3. Jaringan Sosial

Melalui jaringan sosial, anggota keluarga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai dan memperoleh akses terhadap sumberdaya yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial dapat memberikan rasa aman bagi rumahtangga nelayan miskin dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dalam hidupnya, sehingga dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih baik. Dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial, maka secara alami jaringan sosial akan muncul. Tindakan sosial-budaya yang bersifat kreatif merupakan cerminan bahwa tekanan-tekanan atau kesulitan-kesulitan akan ekonomi yang dihadapi oleh nelayan tidak di respon dengan sikap yang pasrah. Oleh sebab itu jaringan sosial merupakan cara yang strategis dalam menjaga keberlangsungan kehidupan nelayan yang setiap harinya bergantung pada pendapatan hasil melaut.

4. Migrasi

Kegiatan migrasi akan dilakukan ketika di daerah nelayan tertentu tidak sedang musim ikan. Nelayan akan pergi ke suatu daerah dan bergabung dengan unit penangkapan ikan di daerah yang sedang musim ikan. Maksud dari migrasi ini adalah nelayan dapat memperoleh penghasilan tinggi dan

mencukupi kebutuhan keluarganya tanpa harus menjadi pekerja lain. Nelayan akan pulang ke kampung asal atau tempat mereka mencari ikan sebelumnya ketika hasil tangkapan ikan di kampung semula mulai membaik.

Menurut Anwar (2006:7) pemberdayaan perempuan nelayan merupakan salah satu strategi yang paling ampuh untuk meningkatkan kesejahteraannya keluarga. Peran perempuan yang merupakan ibu rumahtangga harus dapat memanajemen keuangan dapat meningkatkan peran lift skill dalam kehidupannya. Left skill yang dimiliki merupakan alternatif sehingga dapat meningkatkan peran dalam kehidupan dan pembangunan melalui peningkatan ketrampilan yang bersifat produktif.

Konsep modal sosial merupakan suatu konsep dengan berbagai definisi yang saling terkait, yang didasarkan pada nilai jaringan sosial. Didalam modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan antar kelompok. Modal sosial lahir dari hubungan atau interaksi manusia. Menurut Colleman (1990) dalam Sari (2013:18), modal sosial didefinisikan sebagai satu set sumber daya yang tidak dapat dipisahkan dari hubungan dalam keluarga dan dalam komunitas organisasi sosial dan berguna untuk kognitif atau perkembangan sosial anak-anak atau generasi muda. Modal sosial merupakan energi yang sangat dahsyat. Modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, kepercayaan dan saling menguntungkan untuk tercapainya tujuan bersama. Oleh sebab itu modal sosial merupakan hubungan yang bersifat mutual, kepercayaan, kelembagaan, nilai dan norma sosialnya yang berperan penting dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, hubungan tersebut bisa bersifat formal maupun informal. Dikatakan hubungan formal apabila terjadi melalui organisasi masyarakat, kelompok keagamaan, koperasi, partai politik, dan lain-lain, disebut informal apabila terjadi dalam suatu interaksi sosial antar masyarakat.

Inti telaah modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat dalam suatu kelompok untuk bekerja sama ada proses timbal balik dan saling menguntungkan dan dibangun atas dasar kepercayaan yang dilandasi oleh norma - norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Oleh sebab itu unsur pokok modal sosial menurut Sari dalam prosding modal sosial (2013:25), ada lima, yaitu norma, nilai-nilai, trust, reciprocity atau timbal balik dan jaringan

1. Norma merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dipatuhi dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat pada satu entitas sosial tertentu. Norma sosial berperan dalam mengontrol bentuk perilaku yang ada dalam masyarakat. 2. Nilai-nilai merupakan suatu ide turun temurun dianggap benar dan penting oleh

anggota masyarakat. Misalnya nilai harmoni, kompetensi dan lain-lain. Biasanya dalam anggota masyarakat lebih mengutamakan nilai-nilai harmoni maka dapat dilihat suasana masyarakatnya akan lebih rukun, indah namun dalam pemecahan masalah kurang produktif.

3. Trust atau yang lebih sering dikenal dengan rasa percaya merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu yang

diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.

4. Reciprocity (timbal balik) dalam modal sosial senantiasa diwarnai dengan kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran yang demikian suatu yang dilakukan secara repsoprokal seketika seperti proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuasa altruismi atau semangat untuk membantu dan mementingkan orang lain.

5. Jaringan dalam modal sosial ini berwujud jaringan - jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut berguna untuk menfasilitasi komunikasi dan interaksi. Hal ini menjadikan timbulnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Prespektif modal sosial menurut Woolcock dan Narayan (dalam Sari 2013:24), membagi dalam empat bagian perspektif dari modal sosial yang meliputi:

a) Pandangan Komunitarian (communitarian view), memberi tekanan pada partisipasi anggota dalam berbagai kegiatan kelompok sebagai ukuran modal sosial. Semakin besar jumlah anggota suatu perkumpulan atau asosiasi semakin baik modal sosial dalam komunitas tersebut.

b) Pandangan Jaringan (network view), melihat bahwa ikatan kelompok yang kuat akan membawa anggota komunitas memiliki kesadaran tentang identitas kelompok dan akhirnya tumbuh rasa kebersamaan untuk mengejar tujuan bersama.

c) Pandangan Institusional (institutional view), melihat kekuatan jaringan suatu komunitas terletak pada lingkungan politik, hukum dan kelembagaan. d) Pandangan Sinergi (synergy view), merupakan gabungan dan pandangan jaringan dan pandangan institusional. Pandangan sinergi melihat bahwa negara dan masyarakat dapat bekerja sama sehingga sama-sama mendapat untung dari kerjasama tersebut.

Modal sosial terbentuk juga dari berbagai interaksi sosial dan institusi sosial yang menggerakan masyarakat. Dalam hasil penelitian Putman di Italia pada tahun 1705 adanya hubungan yang positif antara modal sosial dan kinerja pemerintah daerah. Putman juga menyimpulkan bahwa modal sosial mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan pemerintahan daerah yang responsif dan efesien, yang ditandai dengan adanya masyarakat yang kuat dan dinamis. Peran modal sosial sangatlah penting dalam upaya membangun masyarakat nelayan. Peran modal sosial pada nelayan menjadikan masyarakat nelayan yang lebih baik dan memiliki ketangguhan dalam menghadapi segala tantangan kehidupannya. Modal sosial mempunyai kontribusi yang banyak untuk menuju kesuksesan suatu masyarakat. Menutut Putnam (1993) dalam Sari (2013 : 32), pertumbuhan ekonomi sangatlah berkolerasi dengan kehadiran modal sosial. Modal sosial juga banyak memberikan manfaat bagi suatu organisasi, semangat kerja sama, rasa saling percaya, berkolerasi dengan intensitas kerjasama yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas strategi kerja organisasi. Selain itu, modal sosial mampu memberikan manfaat pada individu. Individu yang memiliki modal sosial yang tinggi ternyata lebih maju dalam karir dibandingkan mereka yang modal sosialnya rendah. Suksesnya seseorang dalam memperoleh pekerjaan juga dapat dikarenakan seseorang tersebut mempunyai modal sosial yang tinggi.

Kebudayaan adalah khas insani, hanyalah manusia yang dapat berbudaya dan membudaya. Ernist Cassirer merumuskan mengenai manusia sebagai animal simbolikum. Maksud dari simbolikum ialah hanya manusia yang mengenal dan

memanfaatkan simbol didalam kelanjutan kehidupannya. Simbol-simbol tersebut dapat kita lihat didalam kebudayaan manusia. Menurut HAR Tilaar (1999 :128), seseorang yang disebut berbudaya ialah seseorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan diturunkan kepada generasi penerus lewat proses belajar melalui melihat, dan meniru tingkah laku orang lain. Kebudayaa dapat dikatakan suatu proses dinamis yaitu penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani.

Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau system kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989 :68). Di dalam dimensi sosial budaya masyarakat desa pada dasarnya memiliki masalah diantaranya kemiskinan dan keterbelakangan baik masyarakat petani maupun masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan yang mempunyai masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan masyarakat tani jika ditinjau dari faktor produksi yang dimilikinya (Mubyanto, 1984 :48).

Setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan dalam penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga aktivitas ekonomi pesisir”. Dampak dari sistem pembagian kerja ini adalah kaum perempuan mendominasi dalam urusan ekonomi keluarga

dan pengambilan keputusan penting di dalam sebuah keluarga (Kusnadi 2001, kebudayaan.kemdikbud.go.id). Pembagian kerja ini menjadikan kaum perempuan tidak berposisi sebagai ”suplemen” tetapi bersifat ”komplemen” dalam menjaga kelangsungan hidup keluarganya.

Modal sosial maupun modal budaya didalam komunitas nelayan mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan nelayan. Adanya komunitas atau paguyuban nelayan yang terbentuk karena interaksi sosial antar nelayan dengan nelayan yang lain, maka nelayan dapat mendapatkan jaringan yang luas, bisa saling tukar pendapat dengan sesama para nelayan, serta timbul rasa tolong menolong sesama para anggota paguyuban. Saling interaksi inilah yang dapat menjadikan kehidupan nelayan menjadi lebih baik. Bukan hanya modal sosial saja yang harus dimiliki oleh nelayan. Modal budaya tidak kalah penting dalam kehidupan nelayan. Kebudayaan yang melekat pada diri nelayan dapat menjadikan nelayan lebih mudah dalam melakukan suatu tindakan, dikarenakan kita tahu dalam kebudayaan seseorang pasti terdapat nilai- nilai dan norma-norma yang baik.

Latar belakang nelayan menjadi nelayan juga bisa disebabkan kebudayaan daerahnya. Mereka menjadi nelayan dikarenakan keturunan atau leluhur mereka yang dahulu bekerja menjadi nelayan. Apalagi nelayan Pantai Depok salah satunya merupakan nelayan yang masih memegang erat kebudayaan leluhur jawa, sehingga masih banyak tradisi-tradisi yang dilakukan oleh para nelayan. Salah satu tradisi yang sering dilakukan bahkan wajib dilakukan yaitu tradisi sedekah laut. Tradisi sedekah laut diadakan oleh para nelayan dalam rangka memohon keselamatan

kepada Tuhan agar saat masyarakat nelayan mencari ikan di laut terhindar oleh hal- hal yang tidak diinginkan. Sedekah laut juga merupakan suatu bentuk rasa syukur nelayan yang sudah diberikan keselamatan dan hasil berupa ikan dan ditunjukkan kepada penguasa laut dengan harapan para nelayan selalu diberi keselamatan dalam mencari ikan dan dapat menghasilkan hasil yang melimpah. Kebudayaan inilah yang menjadikan para nelayan selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan oleh sang penciptanya.

Oleh sebab itu modal budaya tidaklah bisa terlepas dari kehidupan manusia. Seperti apa yang sudah diuraikan diatas bahwa manusia mempunyai hakekat berbudaya dan membudaya. Pendidikan kebudayaan juga sangatlah penting bagi kehidupan manusia, terutama pada nelayan. Adanya pendidikan berkebudayaan maka dikenalkanlah kebudayaan kepada anak sejak kecil dan diharapkan dapat mengembangkan kebudayaan yang sudah ada. Hal ini diharapkan sejak anak-anak harus mengerti bagaimana pentingnya menghargai kebudayaan masyarakatnya dan kebudayaan leluhurnya.

Dokumen terkait