• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Guru Dalam Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di MIS AISYIYAH Percut Sei Tuan

Tabel Hasil Wawancara Siswa

3. Strategi Komunikasi Guru Dalam Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di MIS AISYIYAH Percut Sei Tuan

Dalam pembahasan ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada

narasumber terkait kendala yang dialami guru saat kegiatan belajar mengajar di

kelas II MIS Aisyiyah Percut Sei Tuan. Siti Khairani mengatakan bahwa kendala

terbesar yang ia alami adalah kurangnya fokus siswa ketika belajar di kelas. Tidak

fokusnya siswa ketika belajar tentu saja menjadi alasan utama siswa tidak dapat

menguasai materi yang diberikan guru.

Peneliti menanyakan pertanyaan seputar kendala yang dialami guru ketika

mengajar kepada Ibu Erpita Yani, Yani mengatakan bahwa kendala utama terletak

pada tidak fokusnya siswa ketika belajar, sebab mata pelajaran yang disampaikan

merupakan bahasa asing tentu saja siswa seharusnya lebih fokus, karena bahasa

asing bukanlah mata pelajaran yang mudah berhubung karena bahasa tersebut

Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang peneliti lakukan selama

dua minggu, dimana pada minggu pertama dan minggu kedua tidak ada perubahan

signifikan yang terlihat dari fokus siswa. Hanya sebagian siswa yang fokus dan

serius memperhatikan guru ketika sedang dalam proses belajar dan mengajar.

Sebagian lainnya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing seperti

mengobrol dengan teman, bermain, dan berjalan kesana kemari. Tentu saja

kegiatan tersebut menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak

tersalurkan dengan baik bahkan membuat siswa tidak paham sama sekali

mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru.

Lebih lanjut peneliti menanyakan seputar komunikasi antarpribadi yang

dilakukan untuk mengatasi kendala kurangnya fokus siswa ketika belajar. Ibu

Khairani mengatakan bahwa Komunikasi antarpribadi berperan penting dalam hal

ini. Ibu Khairani mengatakan bahwa setiap siswa yang tidak fokus akan ditanyai

kenapa tidak fokus, kenapa ribut, dan sebagainya. Karena ada kemungkinan siswa

tidak membawa buku, sehingga fokusnya terbagi-bagi dan siswa tidak tahu apa

yang harus dilakukan karena tidak adanya buku tersebut.

Peneliti melanjutkan pertanyaan terkait tentang faktor-faktor yang

memperngaruhi siswa tidak fokus dalam belajar, Ibu Khairani mengatakan bahwa

ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang terlihat seperti

kenyamanan saat belajar, faktor teman, lingkungan dan juga faktor fasilitas dalam

belajar. Ia juga menambahkan bahwa karakter siswa yang berbeda-beda menjadi

membenarkan bahwa faktor teman menjadi salah satu faktor kurang fokusnya

siswa ketika belajar.

Dari observasi yang peneliti lakukan peneliti melihat fasilitas sekolah yang

kurang memadai, seperti tidak adanya penghapus papan tulis, media pembelajaran

seperti alat peraga yang sangat minim, dan penataan ruang kelas yang kurang rapi.

Tentu saja ini juga menjadi salah satu faktor karena fasilitas yang baik akan

mempengaruhi minat dan semangat belajar yang baik pula bagi siswa.

Peneliti menanyakan seputar metode pembelajaran, Ibu Siti Khairani

menjelaskan bahwa metode permainan edukatif cukup berpengaruh dalam

meningkatkan minat belajar siswa, dan juga mampu mengatasi kebosanan siswa

saat kegiatan belajar di kelas. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang

dilakukan peneliti, dimana guru bahasa Inggris menggunakan strategi permainan

edukatif ketika mengajar. Ibu Khairani juga berpendapat bahwa suara yang kuat

berpengaruh ketika mengajar, karena jika suara guru kuat maka materi akan

tersampaikan dengan jelas ke para siswa.

Ibu Khairani juga mengatakan bahwa permainan edukatif penting dalam

proses mengajar, karena menurutnya belajar dan bermain tidak bisa di pisahkan

dari para siswa. Melalui permainan edukatif juga para siswa menjadi tidak mudah

bosan. ibu Khairani menggunakan metode ceramah atau komunikasi satu arah

ketika mengajar, dimana metode komunikasi satu arah ini membuat guru bersifat

aktif dan siswa bersifat fasif. Selain itu ibu Khairani juga menggunakan metode

dengan metode komunikasi dua arah tersebut membuat siswa lebih aktif dalam

kegiatan belajar meskipun peran guru disini menjadi lebih pasif.

Peneliti bertanya mengenai seberapa efektif sistem penugasan, Ibu

Khairani mengatakan bahwa penugasan tidaklah efektif, karena sebagian siswa

peduli namun sebagian lainnya tidak peduli dengan tugas tersebut. Peneliti juga

menanyakan pengaruh pujian yang diberikan guru kepada siswa. Ibu Khairani

mengatakan bahwa mungkin dengan memberikan pujian, siswa merasa dihargai

dan diperhatikan.

Peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada Ibu Erpita, dirinya

mengatakan bahwa pemberian pujian cukup efektif karena siswa akan merasa

senang dipuji atas prestasi maupun peningkatan belajar dan besar kemungkinan

siswa merasa harus mempertahankan maupun lebih meningkatkan prestasi

belajarnya. Selain pujian, peneliti juga bertanya mengenai efektifitas dari

hukuman maupun teguran kepada siswa. Ibu Erpita mengatakan bahwa hukuman

kurang efektif untuk dilakukan karena bisa jadi siswa tidak jera dan melakukan

hal yang sama, siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, sebagian siswa

mungkin akan berubah ketika di hukum, namun sebagian lainnya mungkin juga

tidak berubah menjadi lebih baik pasca dihukum. Sebisa mungkin Ibu Erpita

menghindari hukuman sebagai metode belajarnya, dirinya lebih memilih menegur

dan menasehati siswa yang berbuat salah.

Ibu Khairani memiliki perbedaan pendapat mengenai hukuman,

menurutnya hukuman cukup efektif untuk digunakan karena siswa akan merasa

tersebut. Hukuman yang dimaksud disini bisa berupa hukuman fisik maupun non

fisik, namun Ibu Khairani menggunakan metode menghafal kosa kata atau

menulis sebagai bentuk hukuman.

Lebih lanjut peneliti bertanya kepada siswa kelas II A dan II B mengenai

mata pelajaran bahasa asing yang mereka sukai. Peneliti bertanya kepada

beberapa siswa, Raisha Vania mengatakan bahwa dirinya lebih suka mata

pelajaran Bahasa Inggris, karena menurutnya mata pelajaran tersebut lebih mudah

dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Arab. Berbeda dengan rekan

sekelasnya, Muhammad Sulaiman mengatakan bahwa dirinya menyukai dua mata

pelajaran tersebut namun lebih cenderung menyukai mata pelajaran bahasa Arab.

Karena menurut Sulaiman bahasa Arab cenderung lebih mudah dibandingkan

dengan pelajaran bahasa Inggris.

Bunga Kirana mengatakan bahwa lebih menyukai mata pelajaran Bahasa

Inggris. Menurutnya Bahasa Inggris lebih mudah dibandingkan dengan mata

pelajaran Bahasa Arab. Diki Maradan juga mengatakan hal yang sama, Diki lebih

menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris karena lebih mudah dipahami.

Menurutnya metode permainan edukatif yang digunakan guru Bahasa Inggris

ketika mengajar menarik perhatian dan minat belajarnya.

Peneliti juga melakukan pertanyaan mendalam kepada kedua guru bahasa

asing tersebut terkait strategi yang dilakukan guru untuk meningkatkan semangat

belajar siswa. Ibu Khairani mengatakan bahwa menjalin komunikasi yang baik

sangatlah penting karena untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa,

Ibu Khairani juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan semangat belajar

siswa, dirinya akan tetap menggunakan metode pengajaran permainan edukatif,

karena menurutnya metode tersebut cukup efektif untuk mendapatkan perhatian

dan fokus para siswa. Hal tersebut membuat para siswa lebih bersemangat,

mengatasi kebosanan dan meningkatkan daya tangkap siswa ketika proses belajar

mengajar berlangsung.

Ibu Erpita membenarkan bahwa komunikasi yang baik merupakan hal

yang penting dalam upaya meningkatkan semangat belajar siswa. Lebih lanjut Ibu

Erpita menambahkan bahwa mengurangi tugas rumah bagi siswa menjadi salah

satu strateginya kedepan, karena menurutnya sistem penugasan rumah tidak

efektif untuk dilakukan..

Peneliti mengamati strategi komunikasi yang dilakukan oleh guru-guru

MIS AISYIYAH Percut Sei Tuan dalam upaya meningkatkan semangat belajar

siswa cukup baik. Pemberian motivasi, pujian, nasihat, teguran, perhatian, dan

hukuman dilakukan untuk mendidik siswa agar sesuai dengan tujuan pendidikan

yang tertera di dalam Undang-Undang No. 20 Pasal 3 Tahun 2003 yaitu

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Karena dewasa ini sudah seharusnya guru menanamkan rasa semangat

2. Pembahasan

Guru memiliki peran penting dalam pendidikan, terkhusus dalam upaya

mencerdaskan, mendidik, mengajar, dan juga menjadi orang tua kedua bagi siswa

di sekolah. Tentu saja meningkatkan semangat dan minat belajar siswa menjadi

salah satu tugas penting bagi guru, Tidak terkecuali bagi guru di MIS Aisyiyah

Percut Sei Tuan. Komunikasi yang baik tentu mempengaruhi kualitas belajar

siswa, karena guru adalah panutan siswa, inilah mengapa guru harus memiliki

strategi komunikasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa.

Komunikasi antarpribadi yang terjalin antara guru dengan siswanya

terlihat dari apa yang dilakukan guru bahasa inggris terhadap siswa yang tidak

fokus belajar dan ribut. Guru dalam hal ini menanyakan apa masalah siswa

sehingga guru tau bahwa siswa tidak membawa buku. Akan tetapi guru bahasa

arab tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan guru bahasa

Inggris, adapun komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru bahasa arab

adalah dengan memanggil nama siswa yang tidak fokus satu persatu. Pujian,

teguran, nasihat dan perhatian menjadi strategi guru dalam membangun

komunikasi antar pribadi dengan para siswa. Kedekatan emosional yang terjalin

dari komunikasi antar pribadi juga dapat membuat siswa tidak ragu bertanya

kepada guru mengenai materi yang tidak mereka mengerti.

Peneliti melihat bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru belum

sesuai dan sejalan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru mata

pelajaran bahasa asing menggunakan metode lain dalam proses belajar mengajar,

atau tidak tertera di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) namun

Metode ini menjadi strategi pembelajaran yang dianggap efektif untuk membuat

para siswa fokus dalam belajar. Selain itu metode tersebut dianggap mampu

mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa ketika belajar di kelas.

Daripada itu melalui hasil wawancara dengan siswa, sebagian diantaranya

lebih menyukai mata pelajaran bahasa Inggris daripada pelajaran bahasa Arab

dikarenakan siswa kesulitan dalam menuliskan bahasa Arab. Hal ini pula yang

membuat Guru bahasa arab lebih sering menggunakan latihan menulis karena

memang kesulitan siswa dalam menulis, berdasarkan hal tersebut dimungkinkan

terjadi karena cara menulis bahasa arab dimulai dari kanan dengan lekuk lekuk

tulisan yang berbeda dengan tulisan latin, berbeda dengan bahasa inggris

huruf-hurufnya sama dengan bahasa Indonesia, arah penulisannya juga sama yaitu dari

kiri ke kanan, hal itu yang mempermudah siswa memahami bahasa Inggris.

Berbicara mengenai strategi, peneliti melihat bahwa guru bahasa Inggris

maupun guru bahasa Arab tidak menyuruh siswa berdialog, padahal salah satu

strategi yang membuat siswa suka belajar yaitu siswa dilibatkan dalam permainan

atau kegiatan yang menggunakan dialog dalam mata pelajaran bahasa asing

tersebut. Salah satu metode yang ada di dalam RPP (Rencana Pembelajaran

Siswa) yaitu percakapan. Metode percakapan ini juga sesuai dengan Strategi

Pembelajaran Koorperatif yaitu Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, termasuk di

Namun baik guru bahasa Inggris maupun guru bahasa Arab tidak

melaksanakan strategi percakapan dalam bahasa asing tersebut. Diketahui bahwa

dalam psikologi belajar, siswa akan lebih mudah mengingat melalui praktek dan

berdialog secara langsung baik dengan sesama teman maupun dengan guru di

dalam komunikasi kelompok. Padahal jelas strategi atau metode percakapan

tertera di dalam RPP, mungkin hal ini dikarenakan pengalaman dan pengetahuan

guru dalam mengajar yang masih sangat minim.

Metode ceramah atau komunikasi satu arah menjadi strategi guru ketika

mengajar. Selain itu guru juga menggunakan metode komunikasi dua arah melalui

proses tanya jawab dengan siswa. Hal ini tentu saja membuat para siswa lebih

aktif dan di tuntut untuk fokus dengan setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Meskipun metode Tanya jawab ini tidak seefektif metode percakapan.

Penggunaan media pembelajaran seperti gambar dan tulisan telah sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun guru memiliki strategi

lain yaitu dengan menggunakan media microfon dan speaker dalam proses

mengajar. Ibu Siti Khairani mengatakan bahwa penggunaan media microfon dan

speaker dapat membuat suara guru lebih kuat sehingga siswa dapat mendengar

materi dengan jelas. Guru juga mengharuskan masing-masing siswa menggunakan

media microfon dan speaker tersebut ketika siswa menghafalkan kosa kata Bahasa

Inggris di depan kelas, hal ini dimaksudkan untuk melatih kemampuan public

speaking dan menguji keberanian siswa berbicara di depan banyak orang.

Selain itu guru bahasa Inggris menggunakan metode pembelajaran lain

menggunakan media bola kasti. Permainan edukatif yang dilakukan yaitu dengan

cara, guru melempar bola kasti dengan berbalik badan menghadap papan tulis,

bola akan jatuh di atas meja siswa secara acak, siswa yang mejanya terkena bola

kasti tersebut wajib maju ke depan kelas dan menghafal kosa kata dalam Bahasa

Inggris yang diberikan oleh guru pada minggu sebelumnya. Peneliti melihat

langsung pada saat observasi bahwa ketika melakukan permainan edukatif ini

siswa terlihat bersemangat dan antusias dalam melakukan hafalan kosa kata

bahasa Inggris di depan kelas. Peneliti menggangap bahwa metode permainan

edukatif ini cukup efektif dalam meningkatkan semangat belajar siswa.

Berbeda dengan guru bahasa Arab yang hanya menggunakan metode

Tanya jawab seputar gambar. Guru akan bertanya mengenai gambar apa yang ada

di buku LKS siswa, siswa yang mengetahui gambar apa tersebut akan

mengacungkan jari lalu menjawab pertanyaan guru mengenai nama gambar

tersebut sesuai dengan kosa kata dalam bahasa Arab. Peneliti melihat semangat

siswa di sini berbeda dengan semangat siswa saat guru bahasa Inggris melakukan

metode permainan edukatif dengan bola kasti, dimana siswa terlihat lebih

bersemangat ketika melakukan permainan edukatif daripada Tanya jawab gambar.

Peneliti merasa bahwa metode permainan edukatif cukup efektif dalam

meningkatkan semangat belajar siswa. Guru bahasa Inggris menggunakan metode

permainan edukatif sedangkan guru bahasa Arab tidak menggunakannya sebagai

metode pembelajaran, lama masa mengajar guru mungkin saja mempengaruhi

karena dari hasil wawancara bahwa guru bahasa Inggris telah mengajar selama

lamanya. Mungkin saja pemahaman dan pengalaman guru berpengaruh terhadap

pemilihan metode apa yang digunakan ketika mengajar.

Hal tersebut juga terlihat bahwa kedua guru bahasa asing tersebut tidak

menggunakan nyanyian sebagai media pembelajaran, padahal dari hasil observasi

peneliti menemukan bahwa para siswa suka menyanyi dan hal itu bisa digunakan

untuk mempermudah siswa dalam memahami bahasa asing serta memberikan

semangat belajar mereka untuk mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Inggris

dan bahasa Arab. Contoh nyanyian di metode ini adalah melagukan atau memberi

nada pada kumpulan kosa kata bahasa asing. Melihat banyak siswa yang suka

dengan nyanyian tentu metode ini dirasa cukup efektif, karena siswa akan lebih

mudah mengingat setiap kosa kata bahasa asing tersebut melalui lagu.

4.4 Simpulan

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa strategi komunikasi dalam

memberikan pelajaran bahasa asing yang memungkinkan untuk lebih

meningkatkan semangat belajar siswa adalah komunikasi kelompok yaitu dengan

cara berlatih bersama, saling bertanya sesama teman, saling mengulang ucapan

sesama teman. Strategi yang diterapkan oleh guru yaitu membangun komunikasi

antar pribadi dengan siswa/siswi di MIS AISYIYAH dengan maksud untuk

mengetahui permasalahan yang dialami siswa sehingga guru dapat mencari solusi

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

3. Tidak semua yang tertulis di RPP dilaksanakan oleh guru karena sebagian

guru menggunakan metode yang tertera di Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan sebagian lainnya menggunakan metode

pengajaran rancangan pribadi yang dianggap lebih efektif dan sesuai

dengan kebutuhan siswa.

4. Dapat dikatakan bahwa Siswa lebih menyukai mata pelajaran bahasa

Inggris daripada mata pelajaran bahasa Arab hal itu disebabkan oleh

bahasa Inggris meskipun apa yang ditulis berbeda dengan yang diucapkan

namun cara menulis masih menggunakan huruf-huruf yang sama dengan

bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Arab baik tulisan maupun ucapan

sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.

5. Strategi pengajaran yang digunakan oleh guru belum maksimal yaitu tidak

menggunakan alat peraga lain selain gambar berdasarkan hasil wawancara

dengan guru dan siswa

6. Beberapa guru menggunakan media microphone dan speaker sebagai

dapat melatih kemampuan public speaking siswa/siswi MIS AISYIYAH

Percut Sei Tuan.

7. Dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode ceramah atau

komunikasi satu arah dan juga menggunakan komunikasi dua arah untuk

melatih siswa agar lebih aktif ketika belajar.

8. Baik guru bahasa Arab maupun guru bahasa Inggris tidak menggunakan

strategi pembelajaran percakapan kepada siswa padahal percakapan adalah

strategi yang paling menimbulkan semangat siswa untuk bisa menguasai

materi pembelajaran bahasa asing.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran

sebagai berikut :

9. Komunikasi antar pribadi yang terjalin antara guru dan siswa di MIS

AISYIYAH Percut Sei Tuan haruslah dijaga dan di perbaiki lagi ke

depannya agar siswa dapat lebih bersemangat dan giat dalam belajar.

10. Peneliti berharap guru dapat menggunakan strategi pembelajaran yang

tepat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar bahasa asing

seperti latihan-latihan yang dikaitkan dengan percakapan.

11. Peneliti berhararap MIS AISYIYAH Percut Sei Tuan kedepannya dapat

memperbaiki dan memperbanyak fasilitas pendukung untuk kegiatan

belajar mengajar siswa, melihat bahwa fasilitas menjadi salah satu faktor

12. MIS AISYIYAH Percut Sei Tuan diharapkan dapat menambah profesi

guru, karena masih banyak guru yang mengajar lebih dari dua mata

pelajaran. Hal ini tentu saja tidak efektif karena guru harus bekerja lebih

Dokumen terkait