• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Strategi.

Secara umum, strategi pencapaian sasaran produksi Kabi Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1). Peningkatan Produktivitas.

Peningkatan produktivitas dicapai melalui upaya penggunaan benih unggul bermutu, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik, pupuk hayati serta kapur pertanian (Kaptan), pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya dengan disertai pengawalan, pendampingan, koordinasi, dll.

2). Perluasan Areal.

Perluasan areal dicapai melalui upaya optimalisasi lahan, perbaikan JITUT, JIDES dan Tata Air Mikro disertai konservasi lahan yang berkelanjutan, pemanfaatan lahan kering serta lahan-lahan perhutani, perkebunan, transmigrasi, dll.

3). Pengamanan Produksi.

Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim (DPI), pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida serta kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar.

4). Kelembagaan dan Pembiayaan.

Kelembagaan pertanian yang meliputi kelembagaan penyuluhan (BPP), kelompoktani (Poktan), gabungan kelompoktani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih, institusi perbenihan lainnya, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, kelembagaan perlindungan tanaman seperti brigade proteksi dan lain-lain diupayakan diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pengembangan Kabi dan pembangunan tanaman pangan pada umumnya. Pembiayaan usahatani melalui KKP-E, LM3, Kredit Usaha Rakyat (KUR), PUAP serta kemitraan diupayakan meningkat guna merealisasikan penyerapannya.

4.2. Langkah Operasional.

Langkah operasional yang ditempuh dalam peningkatan produksi Kabi Tahun 2010 adalah :

1). Pembinaan Umum Pada Areal Pertanaman.

Pembinaan umum dilakukan pada seluruh areal pertanaman kabi yang meliputi : kedelai seluas 920.000 ha, kacang tanah seluas 712.400 ha, kacang hijau seluas 343.700 ha, ubikayu seluas 1.305.050 ha, ubijalar seluas 191.600 ha dan pangan alternatif seluas 50 ha.

Untuk melakukan pembinaan tersebut, di tingkat Provinsi difasilitasi dengan sejumlah anggaran

melalui Dana Dekonsentrasi, sedangkan untuk tingkat Kabupaten melalui Dana Tugas Pembantuan.

2). Fokus Pembinaan (Sinergi dan Terpadu).

Fokus pembinaan (sinergi dan terpadu) dilakukan melalui SL-PTT untuk komoditi kedelai dan kacang tanah, pada areal tanam seluas 250.000 ha untuk kedelai dan 50.000 ha untuk kacang tanah. Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut, di tingkat petani disediakan sejumlah anggaran untuk pengadaan saprodi (pupuk organik, pupuk anorganik, pupuk bio-hayati, kaptan) untuk kedelai seluas 25.000 ha (areal LL) dan kacang tanah 5.000 ha (areal LL) serta dana pertemuan kelompok. Sedangkan alur LL diberikan hanya bantuan benih dan saprodi lainnya beban petani.

Selain itu di tingkat Kabupaten dan Provinsi disediakan pula anggaran untuk identifikasi CPCL, bimbingan, koordinasi, sosialisasi, pembinaan, temu usaha, monitoring dan evaluasi serta pelatihan SL-PTT Kedelai dan SL-SL-PTT Kacang Tanah baik PL II (Tingkat Provinsi) maupun PL III (Tingkat Kabupaten).

Upaya pencapaian produksi Kabi secara rinci dikemukakan sebagai berikut :

1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010.

Fokus utama pencapaian sasaran produksi kedelai tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT kedelai seluas 325 ribu ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya

peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 595.000 ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 8 .

Tabel 8. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010

No URAIAN L. TANAM L.PANEN PROVITAS PRODUKSI

(Ha) (Ha) (Ku/ha) (Ton)

1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 595.000 565.250 15,18 858.000 - BLBU APBN-P 2009 126.000 119.700 14,90 178,000 - SL-PTT (Benih BLBU 250.000 237.500 16,00 380,000 - Optimalisasi Pembinaan 219.000 208.050 13,20 300.000 2 PERLUASAN AREAL TANAM 325.000 308.750 14,32 442.000 - BLBU (Non SL PTT) 135.000 128.250 14,90 191.000 - CBN 40.000 38.000 14,90 56.600 - Kemitraan 50.000 47.500 14,90 42.400 - Upaya Khusus 100.000 95.000 16,00 152.000

JUMLAH 920.000 874.000 14,90 1.300.000

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT adalah Upaya pencapaian sasaran produksi kedelai tahun 2010 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas kedelai di kawasan areal tanam seluas 250 ribu ha melalui kegiatan SL-PTT yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kedelai dilakukan pada kawasan luas tanam 250 ribu ha dengan melibatkan 25.000 kelompoktani / unit SL-PTT kedelai di 16 provinsi (137 kabupaten/kota). Dengan kegiatan SL-PTT diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 5 ku/ha, sehingga mampu menyumbang tambahan produksi sebesar 50 ribu ton.

b. Upaya peningkatan produksi kedelai diluar fokus utama adalah upaya – upaya peningkatan

produksi kedelai yang dilakukan melalui bantuan benih CBN pada areal tanam seluas 65 ribu ha, BLBU (Non SL-PTT) seluas 135 ribu ha, BLBU APBN-P 2009 seluas 126 ribu ha dan melalui swadaya dan kemitraan seluas 344 ribu ha, pembinaan peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 920.000 ton.

2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2010

Fokus utama pencapaian sasaran produksi kacang tanah tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas kacang tanah melalui SL-PTT seluas 50.000 ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 662.400 ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2010

No URAIAN L. TANAM L.PANEN PROVITAS PRODUKSI

(Ha) (Ha) (Ku/ha) (Ton)

1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 641.400 610.500 13,00 763.000

- BLBU 14.000 13.300 14,00 18.600 - REPLIKASI SKR 15.000 14.250 17,00 24.225

- SWADAYA 612.400 582.950 12,35 720.175 2 PERLUASAN AREAL TANAM 50.000 48.000 17,51 84.000 - SL-PTT 50.000 48.000 17,51 84.000 3 KEMITRAAN 21.000 20.000 15,00 29.980

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kacang tanah melalui SL-PTT adalah upaya

pencapaian sasaran produksi kacang tanah di kawasan areal tanam seluas 50.000 ha melalui kegiatan SL-PTT yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 4.

Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kacang tanah dilakukan pada kawasan luas tanam 50.000 ha dengan melibatkan 5.000 kelompoktani/unit SL-PTT kacang tanah di 14 Provinsi (59 Kabupaten). Dengan kegiatan SL-PTT kacang tanah diperkirakan akan dicapai produktivitas sebesar 17,51 ku/ha, sehingga mampu menyumbang produksi sebesar 84.000 ton.

b. Upaya peningkatan produksi kacang tanah diluar fokus utama adalah upaya-upaya

peningkatan produksi kacang tanah yang dilakukan melalui BLBU seluas 14.000 ha, replikasi SKR 15.000 ha, kemitraan 21.000 ha dan swadaya 612.400 ha, peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 798.000 ton.

3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Hijau Tahun 2010

Fokus utama pencapaian sasaran produksi kacang hijau tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas melalui PTT seluas 110 ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 343.590 ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Hijau Tahun 2010

No URAIAN L TANAM L PANEN PROVITAS PRODUKSI

(HA) (HA) (KU/HA) (TON)

1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 338,700 322,550 11.50 354,538

- PTT 110 105.00 15.00 157

- SWADAYA 338,590 322,445 10.99 354,380

2 PERLUASAN AREAL TANAM 5,000 4,750 11.50 5,463 - KEMITRAAN 5,000 4,750 11.50 5,463

JUMLAH 1 + 2 343,700 327,300 11.00 360,000

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kacang hijau melalui PTT adalah upaya

pencapaian sasaran produksi kacang hijau di kawasan areal tanam seluas 110 ha melalui kegiatan PTT yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5.

Kegiatan peningkatan produktivitas kacang hijau dilakukan pada kawasan seluas 110 ha di 9 Provinsi (11 Kabupaten). Dengan kegiatan PTT diperkirakan akan dicapai produktivitas sebesar 15,00 ku/ha, sehingga mampu menyumbang produksi sebesar 157 ton.

b. Upaya peningkatan produksi kacang hijau diluar fokus utama adalah upaya-upaya

peningkatan produksi yang dilakukan melalui kemitraan 5.000 ha dan swadaya 338.590 ha, peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 359.843 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran tanam melalui kemitraan, Dinas Pertanian

Provinsi dan Kabupaten perlu lebih berkoordinasi dengan stake holder terkait dalam memfasilitasi terwujudnya kemitraan tersebut.

4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Ubikayu Tahun 2010

Fokus utama pencapaian sasaran produksi ubikayu tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas melalui PTT seluas 240 ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 1.304.760 ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Ubikayu Tahun 2010

NO. URAIAN L. TANAM L. PANEN PROVITAS PRODUKSI

(Ha) (Ha) Ku/Ha Ton

1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 1,174,500 1,118,925 176.67 19,768,500

- PTT 240 228 250.00 5,700

- SWADAYA 1,174,260 1,118,697 176.66 19,762,800

2 PERLUASAN AREAL TANAM 130,500 123,975 200.00 2,479,500 - KEMITRAAN 130.500 123.975 200.00 2.479.500

JUMLAH 1 + 2 1,305,000 1,242,900 179.00 22,248,000

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas ubikayu melalui PTT adalah upaya pencapaian

sasaran produksi ubikayu di kawasan areal tanam seluas 240 ha melalui kegiatan PTT yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5.

Kegiatan peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan pada kawasan seluas 240 ha di 15 Provinsi (24 Kabupaten). Dengan kegiatan PTT

diperkirakan akan dicapai produktivitas sebesar 250,00 ku/ha, sehingga mampu menyumbang produksi sebesar 5.700 ton.

b. Upaya peningkatan produksi ubikayu diluar fokus utama adalah upaya-upaya peningkatan

produksi yang dilakukan melalui kemitraan 130.500 ha dan swadaya 1.174.260 ha, peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 22.242.300 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran tanam melalui kemitraan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten perlu lebih berkoordinasi dengan stake holder terkait dalam memfasilitasi terwujudnya kemitraan tersebut.

5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Ubijalar Tahun 2010

Fokus utama pencapaian sasaran produksi ubijalar tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas melalui PTT seluas 486 ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 191.114 ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 12 berikut :

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas ubijalar melalui PTT adalah upaya pencapaian

sasaran produksi ubikayu di kawasan areal tanam seluas 486 ha melalui kegiatan PTT yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5.

Kegiatan peningkatan produktivitas ubijalar dilakukan pada kawasan luas tanam 486 ha di 13 Provinsi (26 Kabupaten). Dengan kegiatan PTT diperkirakan akan dicapai produktivitas sebesar

130,00 ku/ha, sehingga mampu menyumbang produksi sebesar 5.980 ton.

Tabel 12. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Ubijalar Tahun 2010

No Uraian L. Tanam

L. Panen (Ha)

Provitas Produksi

(Ha) (Ku/Ha) (Ton)

1 Peningkatan Produktivitas 186,600 177,250 109.35 1,938,250

- PTT 486 460 130.00 5,980

- SWADAYA 186,114 176,790 109.30 1,932,270

2 Perluasan Areal Tanam 5,000 4,750 130.00 61,750 - Kemitraan 5,000 4,750 130.00 61,750

JUMLAH 1 + 2 191,600 182,000 109.89 2,000,000

b. Upaya peningkatan produksi ubijalar diluar fokus utama adalah upaya-upaya peningkatan

produksi yang dilakukan melalui kemitraan 5.000 ha dan swadaya 186.114 ha, peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2010 sebesar 1.994.0020 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran tanam melalui kemitraan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten perlu lebih berkoordinasi dengan stake holder terkait dalam memfasilitasi terwujudnya kemitraan tersebut.

Selain itu, dikembangkan pula pangan alternatif/lokal (Garut, Ganyong, Gembili, Talas dan Kacang Koro Pedang) pada daerah yang selama ini telah mengembangkan tanaman tersebut. Mengingat tanaman tersebut selama ini belum tersentuh teknologi produksi, melalui bantuan saprodi diharapkan produktivitas yang dicapai meningkat dibandingkan dengan pencapaian

V. PENGEMBANGAN KACANG-KACANGAN DAN

UMBI-UMBIAN TAHUN 2010

Pengembangan kacang-kacangan dan umbi-umbian tahun 2010 dilakukan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) khususnya untuk komoditi Kedelai dan Kacang Tanah, sedangkan untuk komoditi Kabi Lainnya (Kacang Hijau, Ubikayu, Ubijalar, Pangan Alternatif/Lokal) melalui PTT.

A. Prinsip-prinsip PTT

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

B. Tahapan Penerapan PTT

1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi dan bahaya setempat.

2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.

3. Langkah ketiga, penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan kelompok.

4. Langkah keempat, penerapan PTT.

5. Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.

C. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai

Komponen teknologi dasar:

1. Varietas unggul baru, benih bermutu/berlabel 2. Pupuk hayati/Rhizobium

3. Pupuk berimbang, Kapur pertanian, Organik 4. Pengairan dan drainase

5. Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman)

Komponen teknologi disesuaikan dengan rekomendasi setempat.

Komponen teknologi pilihan: 1. Pengolahan tanah 2. Pemupukan

3. Pemberian pupuk organik 4. Amelioran pada lahan masam 5. Pengairan

6. Panen dan pascapanen

D. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kacang Tanah

Komponen teknologi dasar:

1. Varietas unggul, benih bermutu/berlabel 2. Pupuk hayati/Rhizobium

3. Pengairan dan drainase 4. Pupuk berimbang, organik 5. Pengendalian OPT

Komponen teknologi disesuaikan dengan rekomendasi setempat.

Komponen teknologi pilihan: 1. Pengolahan tanah

2. Pemupukan 3. Pupuk organik 4. Amelioran 5. Pengairan

E. Peran Komponen Teknologi PTT

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu, serentak dan

jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan

kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan

efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT

tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.

Penanganan panen dan pasca panen akan

memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.

F. Pemilihan Teknologi PTT

Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi, maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang

saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat.

G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani. 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan

teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi. 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan

lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

H. Pelaksanaan SL-PTT

Fokus kegiatan peningkatan produktivitas kedelai dan kacang tanah tahun 2010 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan Sekolah Lapangan PTT yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Petani SL-PTT nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan

ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL- PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud adalah kelompoktani yang dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.

Pertanaman di areal SL-PTT kedelai ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 0,7 ton / ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi 0,5 ton / ha, sedangkan pertanaman di areal SL-PTT kacang tanah mampu menaikkan produksi 0,5 – 0,7 ton/ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikkan produksi sebesar 0,7 – 1 ton/Ha. Agar kegiatan SL-PTT tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2010, maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan paling lambat bulan September 2010, kecuali

secara teknis maupun administratif tidak memungkinkan dilakukan pertanaman sehingga pertanaman baru dilakukan pada musim penghujan (Oktober – Desember).

Luas satu unit SL-PTT adalah 10 ha, satu unit LL seluas minimal 1 ha. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT mendapat bantuan benih dan areal yang digunakan sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih, pupuk Urea, NPK dan pupuk Organik. sebagaimana terlihat dalam Gambar 6, 7 dan 8 berikut .

Gambar 6 Kerangka Plaksanaan SL-PTT Kedelai Mengingat bantuan pemerintah hanya untuk pembelian benih kedelai seluas ±10 ha dan kacang tanah seluas ± 10 ha, tiap kelompok SL-PTT dan saprodi untuk 1 ha pada LL SL-PTT, maka penyediaan saprodi lainnya agar ditanggung secara swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber lainnya.

Gambar 7. Kerangka pelaksanaan SL-PTT Kacang Tanah

Gambar 8. Kerangka Pelaksanaan LL Kedelai dan Kacang Tanah

Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama. Dalam setiap unit

SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua peserta yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.

Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama.

Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama – sama di petak percontohan / Laboratorium Lapangan, mendiskripsikan dan membahas temuan – temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok.

Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun dilahan usahataninya.

Pendampingan Kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan (PP, POPT,PBT) dan Peneliti, Pemandu Lapangan berperan sebagai :

1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa.

2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan.

3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT.

4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan Pelaksanaan SL-PTT Kedelai dan Kacang Tanah seperti :

1). Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT, 2). Pelatihan Petugas SL-PTT, 3). Ketentuan Pelaksana SL-PTT, 4). Persyaratan Kelompoktani pelaksana PTT, 5). Jumlah Bantuan PTT, 6). Sumber Bantuan SL-PTT, 7). Mekanisme Pelaksanaan SL-SL-PTT, 8). Pertemuan – Pertemuan Kelompok SL-PTT, 9). Pengorganisasian dan Operasional SL-PTT, 10). Pembiayaan, Mekanisme Pencairan Dana dan Pengadaan, 11). Bimbingan/Pembinaan dan Pendampingan dan 12). Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010

yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Tahun 2010, melalui Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 01/HK. 310/C/ 1/2010, Tanggal 26 Januari 2010.

Upaya pencapaian sasaran produksi komoditi kabi lainnya kacang hijau, ubikayu, ubijalar, garut, ganyong, talas dan kacang koro pedang ditempuh melalui PTT pada areal demarea/demplot yang luasnya disesuaikan masing-masing komoditas. Penerapan PTT pada areal tersebut difasilitasi dengan bantuan saprodi (bibit, pupuk, pestisida dan tidak diperkenankan untuk pengadaan peralatan mesin pertanian baik pra panen maupun pasca panen) yang penerapannya di lapangan disesuaikan dengan teknologi spesifik lokasi dan jika belum tersedia dapat berkoordinasi dengan BPTP setempat atau sumber-sumber teknologi lainnya. Sebagai acuan jumlah saprodi untuk masing-masing komoditi, dikemukakan pada Lampiran 6.

A. Tujuan.

1. Sebagai percontohan pada pengembangan kawasan agribisnis yang dapat direkomendasikan

Dokumen terkait