• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

4. Strategi Mastery Learning

Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah suatu system belajar yan mengharapkan siswa dapat menguasai tujuan pengajaran umum yaitu suatu unit atau satuan pelajaran secara tuntas (Warji, 1983: 12). Berbagai macam model atau

strategi pembelajaran dapat digunakan guru untuk menunjang pembelajaran di kelas agar lebih menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah Mastery Learning. Menurut Wena (2009: 184), model Pembelajaran Mastery Learning ini dikembangkan oleh John B. Caroll (1963) dan Benjamin Bloom (1971). Mastery Learning menyajikan suatu cara yang mudah dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan.

Secara umum, kelebihan penggunaan strategi pembelajaran ini adalah sebagai berikut, (1) siswa dengan mudah dapat menguasai isi pembelajaran, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara mandiri, dan (4) meningkatkan kepercayaan diri siswa. Model pembelajaran ini terdiri atas lima tahap, yaitu (1) orientasi (orientation), (2) penyajian (presentation), (3) latihan terstruktur (structured practice), (4) latihan terbimbing (guided practice), dan (5) latihan mandiri (independent practice), (Wena, 2009: 184). Menurut Wena (2009: 184), penerapan Mastery Learning dalam pembelajaran membaca pemahaman teks argumentasi, sebagai berikut:

a. Tahap Pertama (Orientasi)

Pada tahap orientasi ini, siswa melakukan survei terhadap teks bacaan. Tujuan dari tahap ini adalah agar pembaca mengenal atau familiar terhadap bacaan yang akan segera dibaca secara detail. Praktik dari tahap ini, yaitu:

1) Bacalah judulnya, tujuannya adalah agar pembaca mampu mengaitkan hubungan antara judul dan isi teks bacaan tersebut;

2) Bacalah bagian pembuka atau pengantarnya (bila ada), tujuannya adalah agar pembaca dapat sedikit mengenal apa yang sebenarnya dibahas dalam teks bacaan;

3) Bacalah setiap subjudul yang ditebalkan berikut kalimat pertama di bawah subjudul itu (bila ada); tujuannya agar siswa dapat sedikit mengenal apa yang sebenarnya dibahas dalam setiap subjudul yang ada dalam teks bacaan;

4) Bacalah keterangan gambar, peta, grafik, dan diagram, (bila ada), tujuannya agar pembaca lebih dapat memahami isi teks melalui keterangan atau ilustrasi gambar;

b. Tahap Kedua (Penyajian)

Pada tahap ini, siswa membaca teks bacaan, membaca yang dimaksud adalah membaca dengan mengacu pada pemahaman sebagai berikut:

1) Dalam membaca siswa memahami arti kata-kata dari bacaan melalui konteks. Memahami kata yang tidak diketahui artinya kemudian mencatat kata-kata tersebut;

2) Memahami paragraf, dalam membaca siswa memahami ide pokok yang terdapat dalam setiap paragraf. Kemudian mencatat ide-ide pokok setiap paragraf;

3) Memahami teks bacaan, siswa memahami pokok pikiran atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dalam teks bacaan. Kemudian mencatat pokok pikiran atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

c. Tahap Ketiga (Latihan Terstruktur)

Pada tahap ini siswa menuliskan kembali hasil kerja yang didapat pada waktu membaca teks bacaan atau menuliskan kembali catatan-catatan yang dihasilkan selama proses membaca berlangsung. Selanjutnya, siswa menyimpulkan isi teks bacaan tersebut dengan bahasa sendiri.

d. Tahap Keempat (Latihan Terbimbing)

Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan hasil kerja siswa berupa catatan-catatan yang dihasilkan selama proses membaca berlangsung.

e. Tahap Kelima (Latihan Mandiri)

Pada tahap ini guru memberikan beberapa tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Tujuan latihan mandiri adalah menguatkan atau memperkokoh pemahaman siswa terhadap sebuah teks bacaan.

Kegiatan ini dapat dikerjakan di kelas atau berupa pekerjaan rumah. Berikut ini penyajian strategi Mastery Learning dalam bentuk gambar.

Gambar 1: Strategi Mastery Learning

Baca judulnya

Baca bagian pembuka Baca sub judul

Baca gambar (bila ada) Membaca

Pemahaman Teks

Argumentasi

Survei

Memahami arti kata Memahami konteks Memahami paragraf Memahami teks wacana

Membaca Strategi Mastery Learning Simpulan nn

Berdasarkan penjelasan di atas, ada dua keunggulan strategi Mastery Learning dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Pertama, pada tahap orientasi siswa sudah dapat mengenali teks dan informasi yang ada di dalam teks dengan melihat judul, bagian pembuka, dan gambar, peta, grafik (bila ada). Hal tersebut akan membentuk skema atau alur berpikir siswa terhadap suatu teks.

Kedua, strategi Mastery Learning merupakan strategi yang menggunakan tiga tahap latihan (latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan mandiri). Adanya tiga tahap latihan tersebut, siswa akan lebih fasih dalam mengerjakan materi pembelajaran.

5. Teks Argumentasi

a. Hakikat Argumentasi

Pada kurikulum 2013, siswa akan mempelajari beragam jenis teks. Salah satu teks yang dipelajari siswa adalah teks argumentasi. Contoh penerapan teks argumentasi banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada surat kabar dalam kolom opini. Pada kurikulum 2006, siswa juga mendapat pelajaran teks argumentasi yang dapat dijabarkan dari standar kompetensi (SK) 11 dan kompetensi dasar (KD) 11.2.

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga mampu menunjukkan pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi tidak lain daripada usaha

untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal, (Keraf, 2007: 3).

Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi-evidensi dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga oleh eskposisi. Namun, dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, oleh sebab itu fakta yang dipergunakan hanya seperlunya. Akan tetapi, dalam argumentasi diperlukan kejelasan serta keyakinan dengan perantara fakta-fakta. Oleh sebab itu, penulis harus meneliti apakah semua fakta yang dipergunakan itu benar dan harus meneliti relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, penulis dapat merangkai suatu penuturan yang logis menuju suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, (Keraf, 2007: 4).

Argumentasi adalah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan (statement), (Alwasilah, 2007:116). Argumentasi bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Senada dengan pendapat tersebut, Dalman (2015: 137) menjelaskan bahwa karangan argumentasi merupakan jenis karangan yang dapat membuat pembaca merasa percaya terhadap pendapat/argumen penulis. Menambahkan dari pendapat di atas, Kuncoro (2009: 78) mengatakan bahwa argumentasi adalah sebuah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah pernyataan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, yang dimaksud dengan karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain yang disertai bukti atau fakta. Hal tersebut sesuai dengan dasar pemikiran karangan argumentasi, yaitu logis dan kritis.

b. Tujuan Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti, (Dalman, 2015: 138).

c. Karakteristik Karangan Argumentasi

Menurut Suparno dan Yunus dalam Dalman (2015: 141) mengatakan bahwa dalam komunikasi lisan, kita sering menggunakan tuturan yang bercorak argumentasi. Ketika berdiskusi dapat mengajukan materi diskusi atau kutipan yang terdiri atas materi pembahasan yang tersusun sebagai berikut.

1) Pernyataan faktual: perubahan sosial dalam masyarakat membawa serta perubahan bahasa. Sebagai alat perhubungan antarwarga dan sebagai sarana penerus ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari kian bertambah lincah, sesuai dengan tuntutan kebutuhan suatu masyarakat yang modern.

2) Asumsi: mengingat pula peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara sebagai alat komunikasi antarbangsa di belahan bumi ini, sudah sepantasnya dilakukan penelitian bahasa yang cermat. Butir nomor 2 sebagai asumsi materi tersusun secara argumentatif, sebagai berikut:

a) Asersi pertama sebagai dasar asersi kedua: megingat pula peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara sebagai alat komunikasi antarbangsa di belahan bumi ini.

b) Asersi kedua berdasarkan asersi pertama: sudah sepantasnya dilakukan penelitian bahasa yang cermat.

3) Asumsi: hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang berharga dalam usaha kondisi bahasa Indonesia yang modern.

4) Uraian berupa definisi: dengan kondisi bahasa yang diartikan penyusunan suatu sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil kondisi bahasa ini ialah bahasa baku atau bahasa standar, yakni suatu ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.

5) Uraian teoretis: masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang menyangkut system bahasa itu sendiri, misalnya di bidang ejaan, tata bahasa, tata nama, tata istilah, serta perkamusan. Ini termasuk bidang linguistik deskriptif. Di samping itu, pembakuan bahasa itu juga mengenal telaah luar yang menyangkut fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat. Telaah terakhir ini termasuk bidang sosiolinguistik atau linguistik sosial.

6) Pernyataan bahwa butir nomor 1 sampai dengan 5 merupakan landasan pendekatan: Dari sudut tersebut di atas, karangan argumentasi ini terutama meninjau masalah pembakuan bahasa.

7) Tujuan: Kondisi bahasa Indonesia yang modern melalui penelitian bahasa yang cermat.

Dokumen terkait