STUDI KEPUSTAKAAN
D. Strategi Memenangkan Persaingan dengan Kebijakan Bauran Pemasaran Jasa Jasa
Positioning
Pengembangan Bauran
Pemasaran
Disini dapat dilihat bahwa proses dari segmentasi pasar, pemposisian dan bauran pemasaran sangat erat kaitannya. Bagian-bagian dari pada proses segmentasi secara tidak langsung berhubungan dengan pemposisian suatu produk atau jasa dan pemposisian berhubungan dengan bauran pemasaran. Sehingga jika dipadukan ketiganya maka perusahaan akan siap bersaing dan memperoleh ceruk pasar yang lebih besar.
D. Strategi Memenangkan Persaingan dengan Kebijakan Bauran Pemasaran Jasa
Kebersihan suatu perusahaan dalam mengembangkan usahanya tergantung dari strategi pemasaran yang diterapkan. Oleh karena itu perencanaan strategis yang merupakan proses manajerial yang meliputi pengembangan dan pemeliharaan suatu keserasian yang berlangsung terus antara sasaran-sasaran
Mendifinisikan pasar Mendifinisikan Dasar-dasar Alternatif Segmentasi Memilih Dasar Terbaik untuk Segmentasi
Mengidentifikasikan dan Menyeleksi Segmen Pasar
Pengembangan positioning untuk target pasar
Pengembangan bauran
pemasaran untuk berbagai target pasar
organisasi dengan sumber daya dan perbagai persoalan yang terdapat di lingkungannya harus benar-benar cermat.
Dalam merencanakan strategi pemasaran, ada dua tipe faktor yang dihadapi perusahaan dalam strategi perencanaan yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrolable)
Banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan yang mempengaruhi strategi pemasaran, diantaranya :
a. Permintaan
Dimana permintaan akan produk dan jasa pada dasarnya tidaklah diciptakan oleh aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh para penjual. Permintaan itu adalah hasil dari kebutuhan dan sasaran konsumen. Permintaan itu dibatasi oleh kekuatan-kekuatan pokok seperti penghasilan, norma-norma prilaku yang, dan tekanan waktu yang menggerakkan konsumen.
b. Persaingan
Dimana keadaan persaingan sekarang, perkiraan persaingan di masa depan, dan antisipasi tindakan pembalasan dari pihak saingannya, tentulah akan mempengaruhi perencanaan strategi pemasaran.
c. Struktur distribusi
Kebanyakan penjual harus mencapai pasar untuk produk dan jasa mereka, melalui struktur distribusi yang sudah ada. Ada tipe dan sejumlah tertentu para perantara dagang, grosir, dan para pengecer, dan mereka saling berhubungan dengan cara-cara tertentu.
d. Hukum pemasaran
Dimana banyak hambatan hukum yang telah dikenakan terhadap para penjual, demi untuk melindungi kepentingan masyarakat.
Dimana dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya non pemasaran seperti biaya produksi dan overhead juga menimbulkan keterbatasan pada strategi yang dapat direncanakan.
2. Faktor yang dapat dikendalikan (controlable)
Dalam merumuskan strategi pemasaran, penjual mengatur faktor-faktor yang dikuasainya sedemikian rupa sehingga mencapai pendekatan strategi yang optimum untuk sasaran pemasaran. Faktor-faktor yang dapat dikendalikannya diantaranya :
a. Produk
Dalam kenyataannya produk itu adalah salah satu produk terpenting yang dapat dikendalikan oleh manajer pemasaran dan dalam banyak hal merupakan alat yang paling efektif baginya. Produk itu dapat dirubah dengan berbagai cara untuk meningkatkan tercapainya sasaran pemasaran. Ia dapat diubah kualitasnya, ukurannya, bentuknya, warnanya, variasinya dan lain-lain.
Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pada Bab V pasal 36 menyebutkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usaha yang meliputi penghimpunan dana dari masyarakat, penyaluran dana dan melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan.
Berdasarkan PBI di atas pada prinsipnya keseluruhan transaksi di perbankan syariah dapat digolongkan menjasi 3 (tiga) produk besar, yakni :29 1. Produk Penyaluran dana (financing)
2. Produk Penghimpunan dana (funding) 3. Produk Jasa (services)
29
Zulkifli dan Sunarto, PanduanPraktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta : Zikrul Hakim, 2003), h. 60
D.1. Produk Penyaluran dana (financing)
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapat jasa dilakukan dengan prinsip sewa
3. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjsama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Sedangkan pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.
Selain ketiga kategori di atas, produk penyaluran dana dalam operasional perbankan syariah menambahkan kategori pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap.
D.1.1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Dalam operasionalnya Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual beli (al-bai’) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan
(membeli dari suplier secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh
dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama, antara bank dengan nasabah.
Menyikapi pembiayaan dengan prinsip jual beli di atas, maka perbankan syariah melakukan model transaksi berbasis syariah dengan pola-pola sebagai berikut :
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murababah, adalah transaksi jual beli di mana Bank Syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam persentase tertentu bagi Bank Syariah sesuai dengan kesepakatan. Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki oleh penjual. Kepemilikan barang akan berpindah kepada nasabah segera setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan nasabah akan membayar barang tersebut dengan cicilan tetap yang besarnya sesuai kesepakatan sampai dengan pelunasannya.
Sumber hukum pelaksanaan pembiayaan jenis murabahah ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah : 275 sebagai berikut :