• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Monev

Dalam dokumen 25042014_draft Buku Ssk Kota Manado2 (Halaman 15-59)

Bab 2 Kemajuan pelaksanaan pembangunan sanitasi

2.1. Gambaran wilayah kota

Kota Manado terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dan merupakan kota terbesar di belahan Sulawesi Utara sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Utara. Secara geografis terletak diantara 1º30’- 1º40’ Lintang Utara (LU) dan 124º40’00’’ -126º50’ Bujur Timur (BT), dan secara administratif batas-batasnya sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara) dan Teluk Manado

- Sebelah Timur dengan Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara) dan Kecamatan Tombulu (Kabupaten Minahasa) - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pineleng dan Kecamatan

Mandolang (Kabupaten Minahasa)

- Sebelah Barat dengan Teluk Manado (Laut Sulawesi)

Wilayah Kota Manado terdiri dari wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan luas keseluruhan 15.726 Ha. Wilayah kepulauan meliputi Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua dan Pulau Siladen.

Secara administratif Kota Manado terbagi atas 11 wilayah kecamatan dan 87 kelurahan sebagai hasil pemekaran yang dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Manado.

Luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Mapanget dengan luas 5.820,95 Ha dan terkecil adalah Kecamatan Sario dengan luas 193, 25 Ha. Jumlah penduduk Kota Manado ± 408.830 jiwa (BPS Kota Manado, 2011).

Berisi informasi umum mengenai kondisi kota serta kebijakan penataan ruangnya. Tujuannya adalah agar pembaca dapat

posisi geografisnya, informasi kependudukan, serta kebijakan tata ruang yang ada.

a. Rencana Pengembangan Wilayah

Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Manado 2010-2030 (Laporan Akhir, 2010) penentuan rencana pengembangan wilayah khusus rencana sistem pusat pelayanan kota dilakukan dengan memperhatikan rencana sistem struktur tata ruang Kota Manado yang dikaji berdasarkan perkembangan dan distribusi penduduk dan kegiatan sampai dengan tahun 2030 serta kondisi eksisting struktur tata ruang kota saat ini. Tujuan pembagian pusat-pusat pelayanan dalam kota adalah agar terjadi pemerataan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan pada seluruh wilayah. Rencana sistem pusat pelayanan di Kota Manado ditetapkan dengan hirarki sebagai berikut :

Pusat Pelayanan Kota (PPK), adalah kawasan yang menjadi pusat

pelayanan berskala regional, jadi tidak hanya terbatas kepada seluruh wilayah kota tetapi juga memberikan pelayanan kepada kawasan-kawasan kota lainnya atau kota yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Manado.

Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), adalah wilayah dimana selain

memberikan pelayanan terhadap kawasannya sendiri juga memberikan pelayanan kepada kawasan-kawasan yang secara hirarki berada di bawahnya yaitu kawasan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), adalah wilayah yang hanya

bertujuan memberikan pelayanan kepada kawasannya sendiri atau berskala pelayanan lingkungan.

Beberapa pertimbangan terpilihnya kawasan tersebut sebagai pusat pelayanan adalah, yaitu :

 Peluang tumbuh dan berkembang kawasan;

 Posisi strategis ditinjau dari beberapa aspek dan kebijakan perkembangan kota;

 Aksesibilitas tinggi;

 Jumlah penduduk dan kepadatan;  Kemampuan melayani wilayah sekitar;  Daya dukung lahan dan lingkungan.

Dengan dasar pertimbangan di atas, maka di Kota Manado terdapat 3 (tiga) PPK, 5 (lima) SPPK, 1 (satu) PL sebagai berikut :

PPK (Pusat Pelayanan Kota) :

Pusat perdagangan dan jasa, perkantoran dan pariwisata skala regional kota yang berlokasi di kelurahan Pinaesaan, Kelurahan Calaca, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kelurahan Sario, Kelurahan Titiwungen Selatan, Kelurahan Sario Tumpaan, Kelurahan Sario Utara dan Kecamatan Sario.

Pusat pelayanan pemerintahan tingkat kota yang berlokasi di Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala dan pusat pemerintahan tingkat provinsi Keluarah Teling Atas Kecamatan Wanea dan koridor jalan A.A Maramis Kecamatan Mapanget.

Pusat pelayanan kesehatan yang berlokasi di Kelurahan Malalayang I Barat berskala regional dan kota.

Gambar 2.6

Rencana Sistem Pelayanan Kota Manado

( Gambar peta terlampir halaman 21)

Tabel 2.9

Rencana Sistem Pusat Pelayanan di Kota Manado

Fungsi Kawasan Kawasan/Kecamatan

Pusat Pelayanan Kota (PPK)

Kelurahan Pinaesaan, Kelurahan Calaca, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kelurahan Sario, Kelurahan Titiwungen Selatan, Kelurahan Sario Tumpaan, Kelurahan Sario Utara dan Kecamatan Sario

Wanea dan Koridor Jalan A.A Maramis Kecamatan Mapanget Malalayang I Barat

Sub Pusat Pelayanan Kota

(SPPK)

Kelurahan Malalayang I dan sebagian Kelurahan Malalayang II Kelurahan Ranotana dan Kelurahan Karombasan

Sebagian Kelurahan Paal II ( Pertigaan Patung Kuda) Kecamatan Tikala

Kawasan pertigaan pasar Tuminting

Kelurahan Kima Atas dan Kelurahan Mapanget Barat (Kawasan LISIBA)

Pusat Lingkungan (PL)

Kelurahan Paal II, Kelurahan Paniki, Kecamatan Tikala, Kelurahan Bunaken, Kecamatan Bunaken, Kelurahan Liwas, Kecamatan Tikala dan Kelurahan Pandu Kecamatan Mapanget

Sumber: Laporan Akhir RTRW Kota Manado 2010-2030, hal 4-3

SPPK (Sub Pusat Pelayanan Kota) :

Sebagian Kelurahan Malalayang I dan sebagian Kelurahan Malalayang II melayani Malalayang dengan fungsi pelayanan sebagai berikut :

 perdagangan dan jasa  olah raga

 pariwisata.

Kelurahan Ranotana dan Kelurahan Karombasan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan Wanea, sebagian wilayah Kecamatan Sario dan sebagian Kecamatan Malalayang dengan fungsi pelayanan sebagai berikut :

 perdagangan dan jasa  Olah raga

 kesehatan.

Sebagian Kelurahan Paal II ( Pertigaan Patung Kuda) Kecamatan Tikala melayani sebagian wilayah Kecamatan Tikala dan sebagian Kecamatan Mapanget dengan fungsi pelayanan sebagai berikut :

 Permukiman

Kawasan pertigaan pasar Tuminting yang melayani sebagian wilayah Kecamatan Tuminting dan sebagian wilayah Kecamatan Singkil dengan fungsi pelayanan sebagai berikut :

 Permukiman

 perdagangan dan jasa.

Kelurahan Kima Atas dan Kelurahan Mapanget Barat (Kawasan LISIBA) yang melayani sebagian wilayah Kecamatan Mapanget dan sebagian wilayah Kecamatan Bunaken dengan funsi pelayanan sebagai berikut :

 Permukiman

 perdagangan dan jasa  pariwisata.

PL (Pusat Lingkungan) :

Pusat Lingkungan ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa berskala lingkungan yang berlokasi di Kelurahan Paal II, Kelurahan Paniki, Kecamatan Tikala, Kelurahan Bunaken, Kecamatan Bunaken, Kelurahan Liwas, Kecamatan Tikala dan Kelurahan Pandu Kecamatan Mapanget.

KAWASAN RAWAN BENCANA

Karena topografi daerah yang berbukit dan bergunung daerah ini sangat berpotensi terhadap bencana tanah longsor. Selain itu juga rawan terhadap terjadinya bahaya banjir karena beberapa sungai besar yang melintasi wilayah Kota Manado; serta gempa bumi juga karena aktivitas gunung berapi dan pergerakan lempeng Laut Maluku dan Halmahera yang menghujam ke arah barat di bawah busur Minahasa-Sangihe, dan dengan demikian rawan bencana tsunami khusus untuk

kawasan ditepi pantai akibat gempa/pergeseran lempeng yang berpusat di laut.

Dengan adanya beberapa daerah perencanaan termasuk dalam kawasan rawan bencana, maka perlu dilakukan pemantapan kawasan rawan bencana ini sebagai kawasan lindung yang bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

1.Kawasan rawan gelombang pasang/abrasi

Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan terkikisnya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.

Menurut Peta Indeks Ancaman Bencana Gelombang Pasang/Abrasi (BNPB, 2010), Kota Manado termasuk dalam tingkat ancaman “sedang” untuk gelombang pasang/abrasi. Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana gelombang pasang/abrasi Kota Manado adalah:

 Peringatan dini kepada masyarakat berdasarkan hasil prakiraan cuaca melalui radio maupun alat komunikasi lainnya.

 Membuat/merencanakan sistem evakuasi apabila terjadi gelombang pasang di pinggir pantai

 Membuat infrastruktur pemecah ombak untuk mengurangi energi gelombang yang datang terutama di daerah pantai yang bergelombang besar.

2. Kawasan rawan banjir

Kota Manado memiliki beberapa kawasan yang rawan banjir misalnya : daerah-daerah cekungan yang rawan banjir, di antaranya: Kompleks Stadion Klabat – Ranotana, Ranotana Weru, - Tikala Baru-Bumi Nyiur, Kampung Loyang – Teling Bawah, Taas. Untuk

kawasan yang sistem drainasenya tersumbat/kurang memadai, di antaranya: Jalan P. Tendean (Boulevard) depan Hotel Ritzy sampai Mega Mas, Ranotana, Kompleks Sario, Pusat Kota, Kawasan Jalan Sam Ratulangi, Kompleks SD Don Bosco, Kawasan Tikala Kumaraka, Kawasan Patung Walanda Maramis, Kompleks Teling Atas dan Kawasan Tingkulu. Secara rinci lokasi rawan banjir berdasarkan kelurahan dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Berdasarkan peta Indeks Resiko Banjir di Provinsi Sulawesi Utara (BNPB, 2010), Kota Manado termasuk dalam tingkat resiko “tinggi” terhadap ancaman banjir. Untuk itu perlu ditetapkan rencana pengelolaan kawasan rawan banjir, antara lain sebagai berikut:

 Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai dan pengendalian larian air hujan di wilayah cekungan.

 Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari sampah dan memperbaiki struktur saluran.

 Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.

 Mengkaji dan melakukan pelurusan sungai, pengerukan endapan, serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai.

 Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau melalui media mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.

 Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut.

 Meningkatkan upaya pemeliharaan keseimbangan tata air dengan melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam menahan larian air hujan melalui peresapan-peresapan buatan seperti lobang biopori dan sumur resapan.

Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Manado, 2011.

3 Kawasan rawan gerakan tanah/longsor

Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Berdasarkan Peta Indeks Ancaman Gerakan Tanah di Provinsi Sulawesi Utara (BNPB, 2010), Kota Manado termasuk dalam tingkat Risiko “Sedang-Tinggi” terhadap gerakan tanah. Daerah yang termasuk rawan gerakan tanah/longsor di Kota Manado ditunjukkan pada Tabel 2.10.

Rencana pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah/longsor, antara lain sebagai berikut :

Pengendalian kegiatan budidaya di kawasan rawan longsor.

Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam (>40%), serta tidak menjadikan kawasan terbangun.

Melakukan Rekayasa Teknik untuk mendukung pengendalian pemanfaatan ruang

secara optimal, dengan memasukan terapan teknologi yang sesuai untuk lokasi masing-masing, seperti pembuatan sistem drainase yang tepat pada lereng, sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan tanah pada lereng, meminimalkan pembebanan pada lereng, memperkecil kemiringan lereng, mengosongkan lereng dari kegiatan manusia, penanaman vegetasi dengan jenis dan pola tanam yang tepat, pembuatan teras dan drainase yang tepat pada lereng, dan upaya mitigasi bencana longsor (suatu siklus kegiatan yang secara umum dimulai dari tahap pencegahan, kemudian tahap waspada, evakuasi, dan rehabilitasi, kemudian kembali lagi ke tahap yang pertama).

Tabel 2.11

Lokasi Rawan Longsor di Kota Manado

No Kecamatan Desa/Kelurahan Keterangan

1 Kec. Sario 1. Ranotana

2. Kec. Wenang 1. Bumi beringin 2. Mahakeret barat 3. Mahakeret timur 4. Teling bawah Rawan-sangat rawan 3. Kec. Wanea 1. Tanjung Batu 2. Pakowa 3. Bumi Nyiur 4. Teling Atas 5. Tingkulu 6. Karombasan Utara 1. Karombasan Selatan 2. Bumi Nyiur 3. Pakowa Rawan-sangat rawan 4. Kec. Malalayang 1. Bahu 2. Kleak 3. Batu Kota 4. Winangun I 5. Winangun II Rawan-sangat rawan 5. Kec. Singkil 1. Singkil I 2. Wawonasa 3. Ternate baru 4. Kombos Barat 5. Kombos Timur Rawan-sangat rawan 6. Kec. Tuminting 1. Tuminting 2. Tumumpa 3. Sumpompo 4. Mahawu Rawan-sangat rawan

7. Kec. Bunaken 1. Molas2. Bailang Rawan-sangat rawan

8. Kec. Tikala 1. Dendengan dalam 2. Kairagi weru 3. Paal II 4. Perkamil 5. Malendeng 6. Ranomuut 7. Taas 8. Paal IV Rawan-sangat rawan 9. Kec. Mapanget 1. Bengkol 2. Kairagi I 3. Kairagi II Rawan-sangat rawan

Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Manado, 2011

STRUKTUR DAN POLA RUANG (dimasukkan lihat RTRW, Ranperda RTRW terakhir dan RPJMD 2010-2015)

Secara spesifik, informasi ini perlu dituangkan dalam bentuk peta dan tabel (minimum) berikut ini:

- Peta (1) administrasi yang menunjukkan batas-batas administrasi s/d wilayah desa (pada kabupaten cukup sampai batas administrasi kecamatan);

- Tabel (1) luas administrasi dan luas wilayah terbangun saat ini;

- Tabel (2) informasi kependudukan (jumlah penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun kedepan);

Gunakan tabel … dari “Instrumen Profil Sanitasi”. Instrumen ini menggunakan perangkat spreadsheets excel dengan nama file: Instrumen Profil Sanitasi.xls. - Peta (2) kebijakan tata ruang (RTRW);

Menunjukkan setidaknya wilayah permukiman saat ini dan yang akan datang dan wilayah yang termasuk wilayah perdagangan dan jasa saat ni dan sekarang.

2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK

a. Air limbah domestik

Memberikan informasi mengenai status implementasi SSK periode sebelumnya untuk air limbah domestik. Gunakan tabel sebagaimana contoh tabel di bawah. - Tabel (3)

Tabel 3Kemajuan pelaksanaan SSK untuk air limbah domestik

SSK periode Sebelumnya SSK Saat ini

Tujuan Sasaran Data dasar Status Saat Ini Perbedaan

- Menjadikan Kota Manado bebas pencemaran Air Limbah pada tahun 2015 Prosentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas jamban yang layak diperkirakan sebanyak 83 % Data EHRA : kepemilikan jamban 93,6% dan tangki septik suspek aman 72,2% sehingga akses layak untuk air limbah adalah 67,3% Hasil Instrumen SSK 1: Proporsi Penduduk Dengan Akses Terhadap Sistem Pengelolaan Air Limbah Yang Layak adalah 12,23% Dalam penyusunan SSK 2010 Pokja Kota Manado belum memanfaatkan Studi EHRA b. Pengelolaan persampahan

Memberikan informasi mengenai status implementasi SSK periode sebelumnya untuk persampahan. Gunakan tabel sebagaimana contoh tabel di bawah. - Tabel (4) kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan

Tabel 4 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan

SSK periode Sebelumnya SSK Saat ini

Tujuan Sasaran Data dasar Status Saat Ini Perbedaan

- Menjadikan kota Manado bebas timbulan sampah di semua tempat tahun 2015 Cakupan pelayanan 80% wilayah untuk sampah terangkut ke TPA (84 kelurahan terlayani dari total 87 kelurahan) dan 80% volume sampah terangkut ke TPA Data EHRA : 81% sampah tidak diolah setempat atau diangkut ke TPA dan sebagian dikumpulkan oleh kolektor formal untuk didaur ulang 19 % sampah dibakar, dibuang dalam lubang dan ditutup tanah, dibuang dalam lubang tapi ditutup tanah, dibakar, dibuang ke sungai, dan laut, dibiarkan sampai membusuk, dibuang ke lahan kosong dan dibiarkan membusuk. Cakupan wilayah pelayanan : 82 kelurahan (dari 87 kelurahan) Ada penguranga n volume sampah ke TPA karena sudah didaur ulang Sudah ada pengolahan sampah setempat (TPST) di Kecamatan Bunaken Kepulauan (Kel. Bunaken dan Alung Banua) c. Drainase

Memberikan informasi mengenai status implementasi SSK periode sebelumnya untuk drainase. Gunakan tabel sebagaimana contoh tabel di bawah.

- Tabel (5) kemajuan pelaksanaan SSK untuk drainase

SSK periode Sebelumnya SSK Saat ini

Tujuan Sasaran Data dasar Status Saat Ini Perbedaan

- Mewujudkan drainase Kota Manado yang memadai dan terkendali di Tahun 2015 Luas genangan

761 Ha Data EHRA : 37,1% penduduk tinggal di daerah rawan genangan Luas genangan 436,08 Ha (data sekunder) Hasil Instrumen SSK 1: Luas genangan di daerah strategis perkotaan 34,4 Ha (0,22%) Sudah ada pengurangan luas genangan sebesar 324,92 Ha d. Prohisan

Memberikan informasi mengenai status implementasi SSK periode sebelumnya untuk Prohisan. Gunakan tabel sebagaimana contoh tabel di bawah.

- Tabel (6) kemajuan pelaksanaan SSK untuk drainase Tabel 6 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Prohisan

SSK periode Sebelumnya SSK Saat ini

Tujuan Sasaran Data dasar Status Saat Ini Perbedaan

- Menurunnya angka kesakitan yang disebabkan oleh faktor sanitasi yang buruk sampai dengan tahun 2015 Angka Diare adalah 650 kasus (tahun 2009) Angka Kasus ISPA : 30.176 kasus (tahun 2009) Angka Diare adalah 3.147 kasus diare (tahun 2012) Angka Kasus ISPA : 20.497 kasus (tahun 2012) Data EHRA ; Buang Air Besar Sembarangan (BABS) : 46,2% Angka tidak CTPS : 86,4% Di SSK lama belum ada angka BABS dan CTPS

2.3. Area berisiko dan permasalahan sanitasi

Memberikan informasi terkait area berisiko dan permasalahan mendesak yang dihadapi kota dalam pengelolaan air limbah domestik yang dihasilkan dari analisis menggunakan Instrumen Profil Sanitasi.

b. Area berisiko dan permasalahan persampahan

Memberikan informasi terkait area berisiko dan permasalahan mendesak yang dihadapi kota dalam pengelolaan persampahan yang dihasilkan dari analisis menggunakan Instrumen Profil Sanitasi.

c. Area berisiko dan permasalahan drainase

Memberikan informasi terkait area berisiko dan permasalahan mendesak yang dihadapi kota dalam pengelolaan drainase yang dihasilkan dari analisis

menggunakan Instrumen Profil Sanitasi. - Peta (5) area berisiko drainase

Bab 3 Kerangka pengembangan sanitasi

3.1. Visi dan misi sanitasi

Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi secara bertahap. Misi merupakan jabaran mengenai apa yang akan dilakukan dan diemban oleh organisasi selama kurun yang ditetapkan berdasarkan visi untuk memastikan visi tercapai.

Visi yang dimaksudkan dalam Buku Putih Strategis Sanitasi Kota Manado dalam dokumen ini adalah kondisi sanitasi ideal yang ditetapkan sebagai arah pembangunan sektor sanitasi perkotaan sampai dengan tahun 2015 sebafai arus utama dalam setiap upaya melalui berbagai program daerah bidang sanitasi secara sistematis dan terukur. Sedangkan misi yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah merupakan penjabaran mengenai tugas yang akan diemban oleh Pemerintah Kota Manado melalaui peran satuan perangkat kelembagaan daerah terkait dan pihak-pihak lain secara terkoordinasi untuk memastikan visi sanitasi Kota Manado tercapai pada tahun 2015.

Visi sanitasi Kota Manado ditetapkan dengan mempertimbangkan dan bersifat mendukung terhadap visi induk Kota Manado sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah periode 2010-2015 dan visi sebagaimana Rencana Stratgis SKPD terkait.

Visi dan Misi Sanitasi Kota Manado

Visi Kota Misi Kota Visi SanitasiKota Misi Sanitasi KotaManado Manado Kota

Model Ekowisata

Menjadikan Manado sebagai kota yang

menyenangkan Terwujudnya Manado Kota Model Ekowisata yang didukung layanan sanitasi

kota yang baik

Misi Air Limbah Domestik

Meningkatkan kualitas dan kuantitas

pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan Misi Persampahan Grand Strategies : 1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berkualitas, Rukun dan Damai 2. Menciptakan Lingkungan Perkotaan yang Nyaman. 3. Membangun Identitas dan Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan Misi Drainase Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem drainase yang terpadu dan berwawasan lingkungan

Misi Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan)

Visi dan Misi Sanitasi Kota Manado

Visi Kota Misi Kota Visi SanitasiKota Misi Sanitasi KotaManado

Citra Kota sebagai Model Ekowisata Dunia 4. Meningkatkan Peran Manado dalam Pengembangan Ekonomi Kawasan 5. Menerapkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Mewujudkan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM)

3.2. Pentahapan pengembangan sanitasi

3.2 1 Tahapan pengembangan sanitasi

Berisi peta-peta tahapan pengembangan sanitasi. Peta ini didapatkan berdasarkan hasil analisis menggunakan Instrumen Profil Sanitasi.

Secara spesifik, informasi ini perlu dituangkan dalam bentuk peta (minimum) berikut ini:

- Peta (6) tahapan pengembangan air limbah domestik - Peta (7) tahapan pengembangan persampahan - Peta (8) tahapan pengembangan drainase

3.2.2 Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi

Menyajikan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi untuk 5 tahun

kedepan. Penetapan tujuan dan sasaran mengacu pada kebijakan yang telah ada sebelumnya (nasional, provinsi, dan daerah) serta hasil dari analisis tahapan pengembangan sanitasi.

a. Air limbah domestik

Kebijakan Nasional :

Pembangunan sanitasi khususnya layanan air limbah pada RPJMN 2009 – 2014 adalah layanan sistem domestik on site 90% dan layanan sistem offsite skala kawasan/kota sebesar 10% (5% sistem terpusat + 5% sistem komunal), serta Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Pembangunan sanitasi merupakan misi ke 12 dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010 – 2015 dengan target tercapainya ratio RT bersanitasi sebesar 73,99% pada tahun 2015.

Kebijakan Daerah :

Indikator kinerja dalam RPJMD Kota Manado 2010 – 2015 terkait dengan pembangunan air limbah adalah : tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota dengan target layanan 7,63% pada tahun 2015.

Tujuan SSK

Mencapai SPM pelayanan air limbah perkotaan lewat pelayanan dan pengelolaan air limbah domestik melalui sistem penanganan on site dan off site skala kawasan/kota

Sasaran SSK

Penerapan sistem sistem on site menjadi 54%, sistem komunal 10% dan

sistem off site(Ipal Kawasan/kota) 8% pada tahun 2018

Pengurangan angka BABS dari 46% menjadi 20% pada tahun 2018

Data Dasar :

Hasil tools :

1. Tangki septik individu = 44%

2. Sistem komunal (MCK, MCK++) = 4% 3. Offsite skala kawasan/kota = 0%

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 46% (hasil studi EHRA)

Belum ada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Sudah ada IPAL Kawasan dengan layanan 3000 SR namun belum beroperasi dan SR yang tersambung baru 100 SR

b. Persampahan

Kebijakan Nasional :

Pembangunan sanitasi khususnya layanan persampahan pada RPJMN 2009 – 2014 adalah Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di daerah perkotaan.

Pembangunan persampahan merupakan misi ke 12 dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010 – 2015 dengan target tercapainya ratio TPS per satuan penduduk 63,79% dan target penanganan sampah 100% di tahun 2015.

Kebijakan Daerah :

Indikator kinerja dalam RPJMD Kota Manado 2010 – 2015 terkait dengan peningkatan layanan persampahan adalah : ratio TPS per satuan penduduk 4,40 pada tahun 2015.

Tujuan SSK

Untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan persampahan domestik melalui sistem penanganan langsung, tidak langsung serta pengurangan sampah dari sumbernya

Sasaran SSK

Penerapan sistem penanganan sampah tidak langsung pada tahun 2018

dari 2% menjadi 30% dan pengurangan sampah ke TPA

Penerapan sistem penangnan sampah langsung pada tahun 2018 di zona

Central Bisnis Distrik (CBD)

Data Dasar :

Hasil tools :

1. Rata – rata persentase layanan sampah terangkut 73,25% 2. Pengurangan sampah dari sumbernya = ...%

Dalam dokumen 25042014_draft Buku Ssk Kota Manado2 (Halaman 15-59)

Dokumen terkait