• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENURUNAN KEMISKINAN

3.1. Strategi Pelaksanaan

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara, diperlukan langkah-langkah strategis dan komprehensif. Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

Namun keseluruhan upaya tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan dirumuskan empat strategi utama. Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya: (1) Memperbaiki program perlindungan sosial; (2) Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar; (3) Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (4) Menciptakan pembangunan yang inklusif.

3.1.1. Strategi 1: Memperbaiki Program Perlindungan Sosial

Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi

MP3KI di Provinsi NTT III - 2 goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.

Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial, Indonesia juga dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi penduduk tua (population ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung mereka atau tingginya rasio ketergantungan.

Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

3.1.2. Strategi 2: Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar

Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin.

Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke

MP3KI di Provinsi NTT III - 3 generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya.

Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.

3.1.3. Strategi 3: Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin

Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.

Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi tidak berdaya, tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.

MP3KI di Provinsi NTT III - 4 Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masing-masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.

3.1.4. Strategi 4: Pembangunan Inklusif

Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.

Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha

MP3KI di Provinsi NTT III - 5 mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik.

3.2. Strategi, Prinsip dan Kebijakan Penurunan Kemiskinan

3.2.1. Strategi Percepatan dan Perluasan Kenurunan Kemiskinan Daerah Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang memuat 4 pokok strategi diatas selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyusunan Strategi Percepatan dan Penurunan Kemiskinan Daerah (SP2KD). Pada dasarnya, penyusunan SP2KD tetap mengacu pada strategi diatas dengan melakukan penyesuaian dengan kondisi daerah.

Di tingkat Provinsi, pengkoordinasian penyusunan SP2KD Provinsi sebagai dasar penyusunan RPJMD Provinsi di bidang penanggulangan kemiskinan. Demikian pula di tingkat Kabupaten dan Kota, pengoordinasian penyusunan SP2KD Kabupaten dan Kota sebagai dasar penyusunan RPJMD Kabupaten dan Kota di bidang penanggulangan kemiskinan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SP2KD) adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah yang selanjutnya digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah di bidang penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan RPJMD. Dalam

MP3KI di Provinsi NTT III - 6 perencanaan dan implementasinya, SP2KD terintegrasi dalam RPJMD sehingga dalam mekanisme penentuan besaran target angka kemiskinan SP2KD dan RPJMD memiliki besaran target yang sama.

Analisis kondisi kemiskinan berikut dimensi-dimensinya perlu dilakukan untuk menunjang perumusan SP2KD di masing-masing daerah. Langkah tersebut diperlukan untuk menunjang berbagai hal menyangkut kemiskinan yang belum tercakup dalam RPJMD masing-masing daerah. Analisis tersebut juga perlu dilakukan untuk menunjang fungsi TKPK Daerah dalam mendorong proses perencanaan dan penganggaran sehingga menghasilkan anggaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan. 3.2.2. Prinsip Penyusunan SP2KD

Beberapa hal yang perlu dirumuskan dan diintegrasikan dalam SP2KD masing-masing daerah diantaranya:

1. Empat strategi percepatan penanggulangan kemiskinan;

2. Target-target peningkatan kesejahteraan yang dirumuskan dalam RPJMD masing-masing daerah;

3. Analisis kondisi dimensi-dimensi kemiskinan untuk menentukan prioritas perencanaan program penanggulangan kemiskinan di tingkat daerah; 4. Analisis penganggaran program penanggulangan kemiskinan yang

diperlukan untuk mendukung rencana prioritas penanggulangan kemiskinan dan menghasilkan anggaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan;

5. Analisis dan mekanisme pengendalian program penanggulangan kemiskinan untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam mendukung pencapaian penanggulangan kemiskinan sesuai dengan target yang ditentukan;

6. Analisis penguatan kelembagaan di tingkat daerah yang menangani penanggulangan kemiskinan, untuk melakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan.

MP3KI di Provinsi NTT III - 7 3.3. Target Penurunan Kemiskinan

Nusa Tenggara Timur dengan tingkat kemiskinan berada di atas rata-rata Nasional perlu meningkatkan percepatan penurunan kemiskinan dengan tingkat penurunan per tahun di atas rata-rata nasional. Tingkat kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Maret tahun 2012 sebesar 20,88 % dengan trend penurunan sejak tahun 2005 hingga tahun 20012 sebagaimana tercantum dalam Grafik 3.1

Grafik 3.1 Trend Penurunan kemiskinan NTT 2005-2012

Berdasarkan trend penurunan kemiskinan rata-rata tahun sebesar 1,04 % per tahun perlu ditingkatkan menjadi rata-rata 1,5 -2 % per tahun hingga tingkat kemiskinan NTT pada tahun 2012 mencapai 20,88 %.

MP3KI di Provinsi NTT III - 8 3.1.2. Target Penurunan Kemiskinan per Kabupaten/Kota

Kemiskinan penduduk di Kabupaten/Kota diklasifikasikan menjadi 3 yaitu 8 Kabupaten kategori sangat tinggi, 7 Kategori tinggi dan 6 Kabupaten/Kota kategori sedang. Adanya perbedaan kategori membutuhkan tiga kategori pendekatan target percepatan dan perluasan penurunan kemiskinan sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Target Percepatan dan Perluasan Penurunan Kemiskinan Per Kabupaten di Provinsi NTT 2005-2012 Kabupaten/Kota Pdd Miskin (000) % pdd miskin

Percepatan penurunan per tahun

> 2 .0 % 1.0 - 2 .0% 0.5 - 1,0% A. Kemiskinan Sangat Tinggi 1. Sabu Raijua 35.42 40.22 V - -2. Sumba Tengah 20.77 33.84 V - -3.Sumba Barat 36.33 33.44 V - -4. Sumba Timur 76.56 32.78 V -

-5. Sumba Barat Daya 86.27 32.38 V -

-6. Rote Ndao 37.3 32.19 V - -7. Kupang 90.03 30.27 V - -8. Timor Tengah Selatan 123.42 29.39 V - -B.Kemiskinan Tinggi 9. Lembata 26.96 24.93 - V -10. Manggarai 66.89 24.33 - V -11. Manggarai Timur 58.98 24.09 - V -12. Timor Tengah Utara 50.62 23.56 - V -13. Ende 51.71 21.71 - V -14. Manggarai Barat 45.92 21.70 - V -15. Alor 39.22 21.56 - V -C.Kemiskinan Sedang 16. Belu 77.14 16.56 - - V 17. Sikka 40.46 14.48 - - V 18. Ngada 17.3 12.79 - - V 19. Nagekeo 15.6 12.31 - - V 20. Kota Kupang 35.42 11.83 - - V 21. Flores Timur 24.84 10.43 - - V

MP3KI di Provinsi NTT III - 9 3.3. Kebijakan Percepatan penurunan Kemiskinan

3.3.1. Kebijakan Pokok

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, telah dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional (TNP2K). Tim Nasional ini merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional yang akan melakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku untuk memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh berbagai kementerian/lembaga dapat terlaksana sesuai rencana. Untuk itu TNP2K menetapkan kebijakan pokok berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan meliputi :

1) Kebijakan dalam hal penetapan sasaran (targeting) dengan menggunakan

metode dan daftar rumah tangga sasaran yang sama untuk semua program bantuan sosial;

2) Kebijakan berkaitan dengan rancangan program agar tidak terjadi

duplikasi pemberian bantuan;

3) Kebijakan berkaitan dengan pengendalian pelaksanaan program agar

efisien dan efektif;

4) Melaksanakan monitoring dan evaluasi agar dampak dari program

penanggulangan kemiskinan dapat cepat diketahui dan ditindaklanjuti. 3.3.2. Kebijakan Operasional

Sesuai karakteristik wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat lima Faktor Penentu Pengentasan Kemiskinan yang membutuhkan kebijakan integrative holistik melalui pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat, pengeluaran pemerintah yang bermanfaat bagi rakyat miskin, penurunan kelahiran dan pembangunan sesuai daya dukung spesifik;

1. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.

Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan kemiskinan. Untuk meningkatkan peran pertumbuhan

MP3KI di Provinsi NTT III - 10 ekonomi dalam penurunan kemiskinan maka pertumbuhan harus mampu diwujudkan sesuai karakteristik wilayah sebagai berikut:

a. Pertama, membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan proses pertumbuhan-baik dalam konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat mendasar dalam menangani aspek perbedaan kemampuan antar daerah;

b. Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi pendapatan terutama di beberapa kota besar yang tidak berimbang antar wilayah. Atas dasar itu meningkatkan pendapatan masyarakat akibat pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan kemiskinan diseluruh wilayah.

c. Ketiga, Membuat pertumbuhan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan langkah untuk membawa mereka pada jalan yang efektif untuk keluar dari kemiskinan melalui perubahan transformasi struktural melalui pergeseran dari kegiatan yang berbasis pedesaan ke kegiatan yang berbasis perkotaan melalui:

•Revitalisasi pertanian dan peningkatan produktivitas pertanian.

Dengan hampir dua pertiga kepala keluarga miskin masih bekerja di sektor pertanian, memacu kemampuan sektor pertanian tetap mutlak bagi upaya pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.

•Peningkatan Skala Usaha. Salah satu penyebab kemiskinan pedesaan yaitu skala usaha ekonomi produktif sangat kecil. Kapasitas produksi yang kecil menjadi faktor pembatas bagi peningkatan akses ekonomi masyarakat. Untuk menjamin penurunan kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi harus memberi manfaat bagi peningkatan skala usaha masyarakat pedesaan.

MP3KI di Provinsi NTT III - 11

•Peningkatan pembangunan jalan pedesaan. Daerah-daerah yang mempunyai sarana perhubungan kurang baik akan menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi yang lebih besar apabila prasarana perhubungan ditingkatkan. Bahwa infrastruktur itu sangat penting juga tercermin dari berkembangnya sektor jasa pada akses-akses tranportasi yang baik.

2. Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin. Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor swasta adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan. Untuk itu perlu upaya peningkatan layanan sosial bagi masyarakat miskin sebagai berikut:

a. Pertama, layanan sosial merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan kemiskinan. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, seperti Angka Kematian Ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin.

b. Kedua, ciri keragaman antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusia.

c. Ketiga, Penyediaan layanan yang kurang baik merupakan inti persoalan rendahnya indikator pembangunan manusia, atau kemiskinan dalam dimensi non-pendapatan, seperti rendahnya pelayanan kesehatan dan pendidikan.

d. Keempat, perlu memusatkan perhatian pada upaya bagaimana membuat pelayanan bermanfaat bagi masyarakat miskin untuk menyikapi aspek multidimensional kemiskinan serta perbedaan antar daerah yang besar pada indikator-indikator sebagai berikut:

•Kapasitas Sekolah. Perbedaan akses terhadap layanan merupakan penyebab mendasar bagi perbedaan antar daerah dalam berbagai indikator yang terkait dengan kemiskinan antara lain seperti

MP3KI di Provinsi NTT III - 12 perbedaan daya tampung sekolah dan jarak tempuh mencapai sekolah serta dukungan fasilitas sekolah.

• Putus Sekolah. Salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus sekolah di masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP sebagai akibat kurangnya akses masyarakat miskin untuk melanjutkan dari SMP ataupun SMA, baik bersifat fisik maupun finansial.

• Partisipasi sekolah. Meningkatkan tingkat partisipasi sekolah menengah pertama memerlukan intervensi dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran, diperlukan pengelolaan guru dengan menempatkan lebih banyak tenaga pengajar ke daerah-daerah yang sangat membutuhkan.

• Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan dasar yang lebih baik memerlukan insentif yang lebih baik untuk masyarakat miskin maupun untuk penyedia layanan.

• Air bersih. Perlu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat miskin dalam mengakses air bersih dan sanitasi terutama di pedesaan. Dalam prakteknya, masyarakat miskin perkotaan memperoleh air dari banyak sumber, terutama air non-jaringan dan air yang diadakan sendiri.

3.Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.

a. Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi melalui:

• Penggunaan sumber daya dengan baik. Pengeluaran pemerintah yang bisa berdampak langsung pada peningkatan penghasilan juga akan berdampak positif pada pengurangan kemiskinan dengan memperluas cakupan pembangunan berbasis masyarakat

MP3KI di Provinsi NTT III - 13

• Belanja pembangunan diarahkan secara lebih baik. Melalui pengeluaran yang terarah dan efektif mampu mencapai kemajuan pada indikator-indikator pembangunan sumber daya manusia. Secara spesifik, perlu terus mencoba untuk mengarahkan transfer berupa hibah kepada Desa yang memiliki masyarakat miskin yang ditujukan kepada layanan berkualitas pada bidang yang paling dibutuhkan.

• Peningkatan Kapasitas pengelola penanggulangan kemiskinan.

Diperlukan upaya terpadu untuk memperbaiki kapasitas pengelola program dalam merencanakan, menganggarkan dan melaksanakan program-program pro rakyat untuk percepatan pengurangan kemiskinan.

b. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan antara lain; (1) Pengembangan program pro rakyat, (2) Perluas program pembangunan berbasis masyarakat (Community Driven Development, dan (3) Program bantuan tunai bersyarat untuk mencapai sasaran kemiskinan multi-dimensi yang utama bagi keluarga miskin, misalnya layanan perventif kesehatan, gizi, dan pendidikan.

c. Ketiga, revitalisasi layanan pada masyarakat miskin sesuai lingkungan strategis internal dan eksternal melalui berbagai perubahan yaitu:

• Perubahan perekonomian yang semula mengandalkan sektor pertanian menjadi perekonomian yang akan lebih banyak mengandalkan sektor jasa dan industri.

• Membuat layanan bermanfaat bagi masyarakat miskin, prioritasnya adalah peningkatan kapasitas bagi penyedia layanan.

• Pembangunan yang kompetitif di bidang ekonomi merubah arah prioritas pengeluaran pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat miskin yaitu dari intervensi pasar untuk komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat miskin (seperti BBM dan beras) menjadi bantuan

MP3KI di Provinsi NTT III - 14 pendapatan yang terarah bagi rumah tangga miskin, dan menggunakan kelonggaran fiskal untuk memperbaiki layanan yang penting seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi.

4. Kebijakan Penurunan angka kelahiran. Dalam upaya mewujudkan penurunan angka kelahiran untuk mencegah bertambahnya penduduk yang menambah jumlah penduduk miskin maka perlu upaya-upaya sebagai berikut:

• Peningkatan akses, kualitas dan kemitraan pelayanan KB: Jalur pemerintah, Jalur swasta dan di wilayah miskin dan Galciltas

• Peningkatan kesertaan KB MKJP

• Peningkatan kesertaan PUSMUPAR

• Peningkatan penggarapan wilayah Unmetneed tinggi

• Peningkatan Integrasi Pelayanan KB dan KR (KHIBA dan PMKR)

5. Kebijakan Pembangunan sesuai daya dukung spesifik. Karakteristik wilayah sangat bervarias dan spesifik antar wilayah sehingga dalam pendekatan pembangunan harus spesifik akibat perbedaan geografis daya dukung alam dan kultur masyarakat sehingga membutuhkan pembangunan yang spesifik sebagai berikut:

• Penganggaran pembangunan. Perlu ada skema khusus dan spesifik antar wilayah untuk menjamin bahwa pembangunan dapat dilaksanakan secara lebih optimal, dimana daerah dengan kantong kemiskinan besar maka perlu dukungan pendanaan pro kemiskinan yang lebih besar.

• Pengembangan pembangunan sesuai kearifan lokal. Masing-masing daerah diberikan ruang untuk membangun kearifan lokal dalam menurunkan kemiskinan seperti Program Desa Mandiri Anggur Merah (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera) dengan memberikan hibah Rp.250 juta per desa, PNPM Mandiri, P2LDT dan lainnya dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

• Pembangunan ramah sosial dan ramah lingkungan. Daerah dengan kultur masyarakat yang berbeda serta kondisi sumberdaya yang beresiko tinggi bencana harus dibangun dalam spesifikasi teknis yang sesuai

MP3KI di Provinsi NTT III - 15 dengan kondisi setempat. Kegagalan pembangunan yang tidak berperspektif kondisi spesifik wilayah telah menjadi salah satu sumber tambahan penduduk miskin baru antar lain; akibat bencana sosial, bencana alam dan berbagai kebakaran.

3.3. Prioritas Pembangunan

Kebijakan nasional dalam pelaksanaan MP3KI dengan menetapkan 4 kluster pembangunan telah disinergikan dengan program Daerah sebagai berikut: 3.3.1. Kluster-1: Bantuan Perlindungan sosial

Program prioritas percepatan dan perluasan penurunan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur harus dileksanakan secara terpadu berbasis Desa/Kelurahan. Percepatan penurunan kemiskinan melalui bantuan perlindungan sosial sesuai kebijakan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Program Nasional:

Program Nasional Bantuan perlindungan sosial penurunan kemiskinan sebagai berikut:

• Pembangunan pendidikan: Program Biaya operasional Sekolah (BOS);

• Pembangunan Kesehatan: Biaya Operasional Kesehatan (BOK)

• Penguatan ekonomi dan perumahan: Keluarga harapan (PKH), Program Beras bagi keluarga miskin, Program Bantuan Tunai langsung (BLT), Program bantuan pada korban bencana alam dan lansia dalam pelaksanaannya telah disinergikan dengan program hibah dari dana, Perumahan MBR dan Perumahan KAT

b. Program Prioritas Provinsi:

Sinergi Program melalui APBD Provinsi dalam mendukung percepatan dan perluasan penurunan kemiskinan pada kluster-1 yaitu:

• Pembangunan pendidikan: beasiswa, penyediaan buku-buku,

Dokumen terkait