• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2.2 Stratigrafi

Berdasarkan hasil penelitian Intan (2007), satuan batuan yang menyusun situs-situs di daerah Cekungan Soa penamaannya didasarkan atas ciri litologi dan posisi

stratigrafi. Dari hasil analisis petrologi, batuan-batuan yang menyusun wilayah penelitian adalah endapan aluvial, konglomerat, breksi volkanik, dan tufa.

Endapan Aluvial; endapan ini terdiri atas lempung, lanau, pasir, dan kerikil.

Endapan aluvial tersebar di dataran rendah dan sepanjang aliran sungai. Endapan aluvial ini merupakan hasil pelapukan batuan penyusun wilayah Cekungan Soa dan berumur Holosen.

Konglomerat; dari hasil analisis petrologi, batuan konglomerat (conglomerate)

termasuk batuan sedimen yang memberikan kenampakan aneka warna, bertekstur klastik (rudite) dan strukturnya tidak berlapis (non-stratified) serta bersortasi kurang bagus. Fragmen dan matriks terdiri atas aneka batuan. Ukuran fragmen antara 5 – 8 cm, sedangkan matriks lebih kecil dari 5 cm serta bermasa dasar tufa. Bentuk fragmen dan matriks adalah setengah bulat sampai benar-benar bulat. Berdasarkan atas genesanya, maka batupasir termasuk pada batuan sedimen mekanik (epyclastic). Konglomerat ini banyak tersingkap di Situs Kobatuwa dan Situs Perkampungan Lama Ola Bula.

Penentuan umur konglomerat di daerah penelitian dilakukan dengan cara korelasi antar batuan yang didasarkan atas ciri-ciri litologi, kondisi daerah dan persebaran batuan serta memenuhi prinsip stratigrafi Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, konglomerat dapat disebandingkan dengan hasil gunungapi tua yang terdiri atas aglomerat, lava, breksi, dan tufa pasiran Atas kesebandingan batuan, konglomerat berumur antara Pleistosen Bawah – awal Pleistosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan air dangkal yang tenang.

Breksi Vulkanik. Dari hasil analisis petrologi, breksi volkanik termasuk batuan

klastik, dan struktur tidak berlapis. Sortasi (pemilahan) kurang bagus, fragmen 15 – 30 cm (andesit), sedangkan matriks lebih kecil; yaitu sekitar 15 cm dengan kemas terbuka, semen dari tufa dengan bentuk angular hingga sangat menyudut. Berdasarkan atas genesanya termasuk pada batuan sedimen vulkanik (pyroclastic). Breksi vulkanik ini banyak tersingkap di daerah sekitar Mengeruda (pemandian air panas), Sungai Wae Bana, Sungai Wae Watu, Sungai Ae Sisa (di sebelah selatan Situs Tangi Talo). Penentuan umur breksi vulkanik dilakukan dengan cara korelasi batuan yang didasarkan atas ciri-ciri litologi, kondisi daerah, persebaran batuan, dan memenuhi prinsip stratigrafi Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, breksi vulkanik dapat disebandingkan dengan hasil gunung api tua yang terdiri atas aglomerat, lava, breksi, dan tufa pasiran. Atas kesebandingan batuan, konglomerat berumur antara Pleistosen Bawah – Pleistosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan air dangkal yang tenang (Intan, 2007: 1 - 7).

Tufa; batuan tufa yang ditemukan di Cekungan Soa terdiri atas jenis tufa, tufa

berlapis, tufa putih, dan tufa pasiran. Dengan demikian hal ini dapat dikategorikan sebagai Kelompok Tufa.

Berdasarkan hasil analisis petrologi4, kelompok batuan tufa termasuk jenis batuan sedimen, berwarna segar abu, coklat, putih, dan yang lapuk berwarna coklat tua, abu-abu kehitaman, serta bertekstur klastik (rudite-arenitlutite). Bentuk butirnya membundar sampai menyudut tanggung, dengan ukuran butir 2,0 – 4,0 mm hingga 1/512 – 1/256 mm. Sortasi (tingkat keseragaman ukuran butir) sedang. Struktur berlapis (stratified) dengan tebal lapisan 5 – 15 cm, dan tidak berlapis (non-stratified). Komposisi mineral adalah kuarsa, feldspard dan glas volkanik. Berdasarkan atas genesanya, termasuk pada batuan sedimen mekanik (epyclastic). Kelompok tufa ini (dari tufa, tufa berlapis, tufa putih, dan

tufa pasiran) tersingkap di Situs Matamenge, Kobatuwa, Wolosege, Boaleza, Lembahmenge, Tangi Talo, Olabula, Sagala, Dozu Dhalu, Ngamapa, dan Kopowatu .

Penentuan umur Kelompok Tufa dilakukan dengan cara korelasi batuan yang didasarkan atas ciri-ciri litologi, kondisi daerah dan persebaran batuan serta memenuhi prinsip stratigrafi Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, kelompok tufa dapat disebandingkan dengan hasil gunungapi tua yang terdiri atas aglomerat, lava, breksi, dan

tufa pasiran. Atas kesebandingan batuan, konglomerat berumur antara Pleistosen Awal – Pleistosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan air dangkal yang tenang (Intan, 2007: 1 - 7)

Menurut Hartono (1961), secara stratigrafis daerah Cekungan Soa dibagi menjadi empat satuan batuan, yaitu (dari tua ke muda); Formasi Olakile, Formasi Olabula, Batugamping Gero, dan Batuan Gunungapi Resen. Formasi Olakile ditindih oleh Formasi Olabula secara tidak selaras yang pada gilirannya (secara selaras) ditindih oleh Batugamping Gero. Selanjutnya, batugamping Gero ini secara tidak selaras ditindih oleh satuan batuan Gunungapi Resen (Hartono, 1961: 4 – 10).

Foto 9 . Batuan tufa putih yang tersingkap di Situs Kobatuwa

Formasi Olakile disusun oleh batuan hasil letusan gunungapi seperti breksi gunungapi, lava, tuf, lapili, dan batupasir tufan. Breksi gunungapi merupakan batuan yang paling menyolok di daerah ini. Banyaknya batuan gunungapi yang diendapkan dalam formasi ini menunjukkan bahwa sepanjang sejarah pengendapan formasi tersebut

pengaruh kegiatan gunungapi sangat dominan. Perlapisan batuan ini mempunyai arah jurus timur – barat dengan kemiringan sekitar 5º ke selatan. Tebal formasi tidak diketahui secara pasti karena batas di bagian bawahnya tidak tersingkap.

Formasi Olabula disusun oleh batuan klastik yang bercampur dengan bahan-bahan gunungapi seperti: tuf, tuf pasiran, batupasir, batupasir tufan, batulanau, batu lanau tufan, kerikil tufan, batuapung, dan konglomerat. Formasi ini hampir tidak terganggu oleh kegiatan tektonik karena perlapisannya masih mendatar (horisontal). Tebal maksimum formasi ini sekitar 80 meter. Dalam konteks stratigrafis (endapan fluvial) formasi ini telah ditemukan berbagai fosil fauna vertebrata seperti Stegodon, kura-kura raksasa, komodo, dan sebagainya, di samping beberapa artefak batu (Suminto dkk, 1999: 1 – 13).

Satuan batugamping Gero disusun oleh batugamping berwarna abu-abu muda yang di tengahnya terdapat lapisan tipis batupasir halus dan tuf. Batugamping ini mengandung fosil moluska air tawar dan organisme laut seperti foraminifera (Hartono, 1961: 4 - 10), sehingga disimpulkan bahwa formasi tersebut diendapkan dalam air tawar dengan intervensi air laut.

Satuan batuan Gunungapi Muda (Resen) terdiri atas batuan berkomposisi basaltik dan andesitik, sebagian besar tersebar di bagian selatan daerah penelitian menutupi lapisan yang lebih tua.

Dokumen terkait