BAB V ANALISIS DATA
4. Struktur Birokrasi
Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementas publik. Struktur birokrasi digunakan untuk dapat menjelaskan tentang susunan tugas dan fungsi dari para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur standar operasi. Dalam Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat pun, terdapat struktur organisasi yang menjelaskan tentang susunan tugas dan fungsi dari para pegawainya, mulai dari tugas dan fungsi Kepala Pertanahannya sampai kepada tugas dan fungsi dari masing-masing Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat. Seperti data yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa tugas dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat yaitu bertanggung
jawab penuh terhadap seluruh pelaksanaan kerja di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat, dan yang menjadi tugas dari Subbagian Tata Usaha adalah memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, dan lain sebagainya sampai kepada semua tugas dan fungsi para Kepala Seksi Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat (keterangan ada pada halaman 69). Dengan adanya struktur organisasi ini pun, semakin membuat terarahnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, karena dari begitu banyaknya jumlah pelayanan pertanahan yang ada, membuat masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan pelayanan, karena pelayanan yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan masyarakat telah diatur juga dalam struktur organisasi yang ada, serta ditambah lagi dengan diterapkannya sistem Komputerisasi Kantor pertanahan ini, semakin membuat cepatnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Dalam kaitannya struktur organisasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat berkaitan juga dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), kegunaan SOP ini didalam Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat ialah sebagai prosedur kerja untuk menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai bidang, karena dengan menggunakan SOP, para pegawai ini pun dapat lebih mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat juga untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pegawai dengan pegawai lainnya, sehingga dapat menghasilkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan sistem KKP tersebut. Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat ialah berdasarkan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional RI, yang telah menetapkan SAPTA Tertib
Pertanahan dengan nomor SK :277 Tahun 2012; dengan tujuan agar penyelenggaraan pertanahan di negara ini dapat jauh lebih tertib dan semakin tertib. Ada pun SAPTA Tertib Pertanahannya terdiri dari :
a. Tertib Administrasi; b. Tertib Anggaran; c. Tertib Perlengkapan; d. Tertib Perkantoran; e. Tertib Kepegawaian; f. Tertib Disiplin Kerja; g. Tertib Moral.
Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat lainnya ialah berdasarkan pada Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasional Pengaturan dan Pelayanan. Keputusan Kepala BPN ini merupakan landasan operasinal dan layanan Badan Pertanahan Nasional kepada Publik dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Keputusan Kepala BPN ini juga merupakan salah satu landasan operasional agar dalam menyelenggarakan Sistem Elektronik dapat berlangsung secara andal dan aman serta bertanggung jawab (keterangan ada pada halaman 115).
Sedangkan fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat pun dapat dikatakan baik, karena sesuai dengan struktur organisasi yang ada pun, pada umumnya penyebaran tanggung jawab telah di koordinasikan dengan baik. Penyebaran
tanggungjawab yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat seperti Kepala Kantor menyerahkan tanggungjawab kepada Kepala-Kepala Seksi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, dari Kepala Seksi inilah kemudian penyebaran tanggungjawab diberikan lagi kepada salah satu pegawai yang dipercayakan oleh Kepala Seksi tersebut, yang penyebaran tanggungjawab ini pun saling terkoordinasi, seperti bila terjadi kesalahan di jenjang atas maka akan berdampak ke jenjang bawahnya, begitu juga sebaliknya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian teori, hasil penelitian dan analisis yang dilakukan peneliti aang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul "Implementasi Sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam meningkatkan kualitas pelayanan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
1. Program penerapan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat mulai diterapkan pada tahun 2010, dengan biaya penerapan sistem KPP ini berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Adapun tujuan di terapkannya sistem KKP untuk memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat dengan lebih cermat dan lebih sempurna, dan juga untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sekaligus untuk mendukung Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) secara nasional. adapun jaringan komunikasi data yang di lakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat untuk terhubung ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) pusat ialah dengan menggunakan tiang tower yang terletak di atas Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat. Tiang tower ini sebagai penghubung atau pemancar jaringan komunikasi yang langsung terhubung ke BPN Pusat ialah dengan menggunakan tiang tower ini sebagai pemancar jaringan komunikasi yang langsung terhubung ke BPN Pusat , serta adapun jaringan internet
yang digunakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat ialah sebuah modem wifi dengan merk “Speedy”.
2. Penerapan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam proses meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyatakat, secara umum dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik atau efektif dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang bertanggungjawab kepada masyarakat walaupun masih terdapat hambatan-hambatan didalam penerapan sistem KKP ini. Hal ini pun diperkuat oleh hasil penyebaran angket yang di lakukan peneliti di lapangan, di ketahui secara keseluruhan dapat di katakan bahwa penerapan sistem ini jika di ukur berdasarkan 11 indikator milik Wilkinson telah berjalan efektif dan juga efisien, hal ini di perjelas dari jawaban responden yang mayoritas menjawab “Tepat” akan penerapan sistem ini di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
3. Permasalahan atau hambatan yang ada dalam penerapan sistem KKP di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat ialah seperti seringnya jaringan internet mengalami error connection, yang mengakibatkan terhambatnya pelayanan kepada masyarakat, seringnya jaringan internet ini error
connection karena kouta internet yang dibutuhkan tidak cukup dengan
kapasitas yang dibutuhkan Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat. Hambatan lainnya ialah dari segi pegawainya, seperti pegawai yang dibutuhkan kadang tidak berada di tempatnya padahal terkadang masyarakat membutuhkan pegawai tersebut untuk di minta tanda tangannya dan lain sebagainya.
B. Saran
1. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanannya diharapkan Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat lebih memperhatikan dan memelihara sarana dan prasarana yang mendukung penerapan sistem KKP ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti lebih menambahkan sistem kouta internetnya sesuai dengan kebutuhan agak tidak mengalami error connection pada saat memberikan pelayanan.
2. Harus terus dilakukan pelatihan dan bimbingan kepada para pegawainya, agar dapat lebih meminamalisir terjadinya kesalahan pada waktu memberikan pelayanan dan juga agar lebih menguasai sistem KKP ini dalam meningkatkan kualitas pelayanannya.
3. Perlu juga dilakukan pengawasan terhadap aparat-aparatnya yang langsung melayani pelayanan kepada masyarakat, dan juga dilakukan pengawasan terhadap para pegawainya agar tetap di tempat pada waktu jam kerja, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja para pegawainya dalam memberikan pelayanan, apakah kouta internet yang cepat habis tersebut karena memberikan pelayanan kepada masyarakat atau kerena digunakan untuk hal lain.
4. Harus terus dilakukan pendekatan pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini memperkenalkan program-program inovasi berbasis teknololgi dan komunikasi yang ada dari penerapan sistem KKP tersebut
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian campuran (mixed methods), yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sederhana. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kualitatif (Saryono, 2010). Sedangkan menurut Sugiyono (2005 : 5) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat ada perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dengan demikian, penelitian ini akan menjelaskan gambaran realistis dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan menggunakan data-data yang ada.
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Adapun untuk mengukur keefektifan dan keefisien sistem KKP yang berada di lokasi penelitian, peneliti menggunakan angket berjenis rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat tepat sampai sangat tidak tepat.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pertanahan yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol No.2 Kota Stabat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan (Suryanto, 2005). Adapun informan penelitian yang menjadi objek penelitian ini, yakni :
1. Informan Kunci
Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi poko yang ddiperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan kunci adalah “Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat”.
2. Informan Utama
Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah “Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat”.
3. Informan Tambahan
Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat,
khususnya masyarakat yang pernah merasakan pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Teknik pengumpulan data primer.
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu :
a. Wawancara mendalam, yaitu proses pengumpulan data yamg dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
b. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. c. Angket adalah suatu daftar yang berisikan pertanyaan mengenai
masalah yang akan diteliti, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, angket digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang
memberi pilihan terhadap responden dan memberikan penjelasan- penjelasan yang diperlukan oleh penulis.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer, hal ini dapat dilakukan melalui instrumen berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada dilokasi penelitian, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, dan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini.
E. Teknis Analisis Data
Dalam melaksanakan analisis data, menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009) terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data, yaitu :
1. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu, reduksi data juga bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. AbstraksiInforman merupakan usaha membuat rangkuman yang intitelah, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu telah dijaga, sehingga tetap berada dalam data penelitian. Dengan kata lain, proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan- catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.
2. Penyajian Data
Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun, yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran kesekeseluruhan. Pada tahap ini, peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub-pokok permasalahan.
3. Kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisis data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan cara
membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.
Dapat dikatakan juga bahwa teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu peneliti berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan mendetail, kemudian selanjutnya diberi interprestasi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan data yang diperoleh dari penyebaran angket akan disajikan dengan tabrl tunggal atau disebut analisis tabel frekuensi. Analisis tabel tunggal (frekuensi) dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehinggga akan diketahui data paling dominan atau yang paling besar persentasenya.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam faktanya, perkembangan teknologi pada dewasa ini telah mengalami perkembangan perkembangan yang sangat pesat, hal ini disebabkan karena semakin pentingnya informasi dan pengelolahan data didalam kehidupan manusia. Begitu pula dengan organisasi-organisasi publik maupun swasta yang semakin banyak yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka menunjang efektivitias, produktivitas, dan efisiensi mereka. Perkembangan teknologi informasi dalam hal ini ialah dengan menggunakan komputer atau menerapkan sistem komputerisasi, yang tujuannya agar dapat menunjang pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi modern dan juga untuk memungkinkan pekerjaan-pekerjaannya dapat diselesaikan secara cepat, tepat, akurat, dan efisien
Perkembangan teknologi informasi yang kian pesat ini menciptakan suatu revolusi baru, yaitu peralihan dari sistem kerja yang konversional ke era digital. Pada instansi pemerintah sendiri, perubahan ini ditandai dengan ditinggalkannya sistem pemerintahan tradisinal yang identik dengan sistem analog dan paper-
based administration menuju perubahan ke electronic government atau e- goverment. electronic government atau e-goverment adalah penggunaan teknologi
informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan pihak- pihak lain (Juaniedi, 2005). Pengembangan e-government ini pun telah diamanatkan oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dan juga
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan telematika di Indonesia. Pengembangan E-
Government ini merupakan suatu upaya mengembangkan penyelenggaraan
pemerintah yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Pada intinya ialah bahwa penerapan teknlogi informasi pada sektor publik dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat adalah suatu hal yang mutlak untuk diterapkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bresford (dalam Turnip, 2002) bahwa dalam globalisasi yang sudah bergulir, menuntut penggunaan teknologi informasi tak terkecuali pada birokrasi publik.
Pelayanan publik menurut Thaha (dalam Falikhatun, 2003) merupakan suatu kegiatan yang harus mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelayanan, dan memberikan kepuasan pada publik. Pemenuhan hak masyarakat yang merupakan tujuan dari fungsi pelayanan publik ialah harus terus ditngkatkan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sisi kualitas dapat dilakukan dengan mengurangi kesalahan pelayanan, mempercepat pelayanan, dan kemudahan pelayanan, sedangkan dari sisi kuantitas ialah dilakukan dengan memperbanyak jumlah masyarakat yang dapat dilayani dan menambah waktu pelayanan.
Salah satu bentuk penerapan teknologi informasi dalam e-government ini di antaranya adalah penerapan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam pengelolaan pelayanan pertanahan seperti yang telah di terapkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat. Yang mana sistem KKP ini di mulai pada tahun 1997, yang mana Badan Pertanahan Nasional (BPN) membangun suatu
sistem yang bernama Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS). Dalam pelaksanaan dan penerapan SIMTANAS tersebut, dilakukan melalui kegiatan Land Office Computerization (LOC) atau Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) di Kantor Pertanahan dan Kantor Wilayah BPN, dimana kegiatan ini juga merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Spanyol dibidang teknologi informatika.
Pada prinsipnya ialah KKP ini merupakan pelayanan data dan informasi pertanahan yang berbasis teknologi atau menggunakan komputer dalam pelayanannya, data yang tersimpan di Kantor Pertanahan ialah data yang diperoleh dan diolah melalui proses yang rumit dan panjang mengikuti aturan yang tertunang pada Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasional Pelayanan Pertanahan (SPOPP). Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Langkat atau Kantor Petanahan Kabupaten Langkat yang baru terbentuk pada tahun 1995, yang pada awal pelayanannya kepada masyarakat dilaksanakan secara manual, baik itu pelayanan informasi maupun pelayanan pendaftaran tanah, serta pengukuran sampai pada produk hasil akhir. Informasi yang digunakan pun masih berbentuk surat dan tatap muka, pengukuran bidang tanah masih menggunakan tangan sebagai ukuran, hasil hitungan masih menggunakan kalkulator dan taken scale, gambar peta pun masih menggunakan rapido dan sablon, serta sertifikat hak atas tanah juga masih ditulis tangan dan diketik menggunakan mesin tik, sehingga hal ini membuat proses pelayanan pertanahan kepada masyarakat memakan waktu yang cukup lama. Baru pada tahun 2010 setelah 13 tahun sejak dimulainya sistem Komputerisasi Kantor
Pertanahan (KKP) ini, atau Kantor Petanahan Kabupaten Langkat mulai menerapkan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) yang tujuannya ialah untuk meningkatkan kualitasnya dalam memberikan pelayanan kepada publik. Dalam penerapan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), telah dikeluarkan ju jenis-jeanis layanan baru yang akan diberikan secara online dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan dalam UU ITE (UU No 18 Tahun 2008). Beberapa layanan informasi yang telah disiapkan dalam BPN web
permohonan. Layanan-layanan lainnya adalah layanan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) untuk pengecekan sertipikat dan untuk pendaftaran pelayanan secara online dan juga layanan online untuk masyarakat yaitu dengan menyiapkan layanan e-form sebagai sarana pengisian form pendaftaran pertanahan secara online.
Pada faktanya juga, berdasarkan penjelasan singkat yang peneliti dapatkan waktu pra-penelitian oleh salah satu pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat yang bernama Ibu Dahliana/ Ibu Ana, bahwa pada awal penerapan sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat ini, masih banyaknya terjadi kesalahan-kesalahan dan hambatan- hambatan dalam pelaksanaannya, yang hal ini dapat dibilang bahwa masih belum efektifnya kemajuan yang diberikan Kantor Pertanahan ini dalam meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat bahkan setelah adanya sistem KKP, yang hal ini disebabkan karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), dan masih
banyaknya juga hambatan-hambatan terkait penerapan dan pelaksanaan sistem KKP tersebut.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, mengenai latar belakang sistem pemerintahan yang sudah harus menuju e-government sampai kepada latar belakang Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai sejauh mana keberhasilan pencapaian sistem komputerisasi kantor pertanahan tersebut dan sejauh mana sistem komputerisasi ini mendukung kinerja para aparaturnya dalam meningkatkan kualitas pelayanannya. Oleh karenanya, sehubungan dengan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul : “Implementasi Sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat”.
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam meningkatkan kualitas pelayanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui keefektifan dan efesiensi dari implementasi sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam meningkatkan kualitas pelayanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Langkat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah atau fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat secara ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti, baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi Administrasi Negara dalam kaitannya dengan implementasi sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dalam meningkatkan kualitas pelayanan di kantor pertanahan.
2. Manfaat secara praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi praktis