• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur dan komposisi lembo

LEMBO: PRAKTEK AGROFORESTRI TRADISIONAL DI KAWASAN SENDAWAR, KALIMANTAN TIMUR

4. Struktur dan komposisi lembo

Sebagian besar lembo mencakup areal yang tidak begitu luas, yaitu antara 0,1 hingga 2,0 ha. Luas lembo sangat tergantung dari jumlah anggota keluarga atau kelompok, jangka waktu dan adanya musim buah besar pada saat bermukim. Mengingat pada umumnya tidak ada batas riil antar rumah dalam satu pemukiman atau desa penduduk asli (lihat juga a.l. Soedjito, 1980), maka secara keseluruhan lembo rumah (termasuk Lembo Lamin) jauh lebih besar dari Lembo Ladang milik perorangan yang tersebar bagai hutan-hutan kecil pada lahan-lahan pertanian. Oleh karena budidaya lembo senantiasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lahan pertanian ataupun tempat tinggal, maka lahan usaha lembo mencakup areal yang tertutup pohon-pohonan dan bagian-bagian lainnya pada lahan pertanian dan atau tempat tinggal di sekitarnya yang dikuasai pemilik lembo.

Dari hasil penelitian dijumpai 127 jenis (dari 35 suku) tanaman berkayu yang bermanfaat ataupun dimanfaatkan oleh penduduk asli setempat. Pada lahan seluas 0,25 ha dapat dijumpai hingga 40 jenis, di

mana hal ini menunjukkan suatu diversitas yang tinggi. Dari jumlah tersebut 90% adalah pohon atau perdu serta sisanya yang 10% adalah palma, bambu atau liana. Sebagian besar jenis-jenis tumbuhan berkayu yang hadir adalah endemik ataupun 'indigenous' dan hanya sebagian kecil yang dari luar (eksotis). Jumlah pohon bergaris tengah 10 cm ataupun 5 cm ke atas pada budidaya lembo lebih besar dibandingkan pada kebun pekarangan di areal transmigrasi. Akan tetapi jumlah pohon (dalam hal ini hanya yang bergaris tengah 10 cm ke atas) relatif masih lebih sedikit dibandingkan jumlah pohon pada garis tengah yang sama di hutan primer yang tersisa di wilayah tersebut. Suatu kecenderungan penurunan jumlah pohon terlihat dengan semakin dekatnya lembo pada pemukiman/tempat tinggal.

Tabel 1. Daftar suku-suku penting dan beberapa jenis tanaman berkayu bermanfaat yang spesifik pada budidaya Lembo

Suku Jenis Pohon/Perdu Nama Lokal

Anacardi-aceae

Mangifera decandra Ding Hou M. foetida Lour. M. indica 1.2 M. odorata Griff. M. pajang Kosterm M. torquenda Kosterm Encapm Konyot (T, B)

Encapm Lagant M; E. Lingau (B) Engkelam (T, B)

Kuini (T, B)

Encapm Pajai (T); E. Payank (B) Encapm Pintar M; E. Bulau (B)

Bomba-caceae

Durio kutejensis Becc. Laei (T, B) D. oxIeyanus Griff. D. zibethinus Mum Laei (T, B) Lotokng M; Ketungan (B) Hojant (T); Kalakng- (B) Diptero- Carpace-ae

Shorea macrophylla (de Vriese) Ashton S. pinanga Scheff Oraai Berorokng (T, B) Oraai Rewai (T, B) Euphor-biaceae

Aleurites moluccana (L.) Willd

Baccaurea macrocarpa (Miq.) Muell. Arg

Baccaurea racemosa (Miq.) Muell. Arg

Gerlik (T, B)

Pegak (T); Pasi (B). Keliwatn (T, B) Meliaceae Lansium domesticum Corr Lehat (T); Lisat (B) Moraceae Artocarpus champeden Spreng Nakaatn (T, B)

Sapinda- ceae

Dimocarpus cf. longan ssp. Malesianus

Nephelium cuspidatum BI. N. lappaceum 1. 1

N. lappaceum 1. 2 N. lappaceum L. 3

N. ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 1 N. ramboutan-ake (Labill.) Leenh. 2 N. uncinatum Leenh Ihau (T, B) Rekep (T, B) Bertiq (T, B). Hugak (T); Engkarai (B) Kopaq (T); Kopeq (B) Hentapm (T); Semayap (B) Siwau M; Siwo (R) Namuun (T); Lenamuun (B) Palmae Areca catechu 1.

Arenga pinanga (Wureb.) Merr Calamus caesius

C. manan Miq. Cocos nucifera L.

Paan (T); Sepon (B) Saraap (T, B)

BI. Gai Soka (T); We Sokaq (B) Gai Ngenau (T); We Ngono (B) Nyo (T); Nyui (B)

Rubiaceae Coffea Spp. Kopi (T, B)

Catatan: Angka di belakang jenis tanaman menunjukkan beberapa varietas/sub-jenis ditemukan pada budidaya Lembo (lihat lebih rinci pada Sardiono, 1990); T = Dayak Tunjung, B= Dayak Benuaq.

Sedangkan apabila dilihat dari statusnya, maka separoh dari jumlah tersebut (55%) adalah tumbuh secara liar/tidak dibudidayakan dan masing-masing seperempat jumlah adalah jenis-jenis setengah dibudidayakan (23%) dan dibudidayakan (22%). Kondisi ini sesuai dengan pengamatan Seibert (1989) bahwa sistem-sistem agroforestri tradisional di Kalimantan Timur bila dibandingkan dengan yang ada di Jawa lebih didominasi jenis-jenis pohon liar. Selanjutnya apabila dilihat dari letaknya, maka dari keseluruhan jenis yang ada, 80% dapat dijumpai pada lembo-lembo yang jauh dari tempat. tinggal (kebun hutan) dan hanya 60% pada yang dekat pemukiman (kebun pekarangan). Garis tengah pohon setinggi dada yang terbesar berkisar antara 50 cm (pada kebun pekarangan) hingga lebih dari 100 cm (pada kebun hutan). Sedangkan tinggi pohon berkisar antara 5 hingga lebih dari 35 meter. Pohon-pohon membentuk lapisan tajuk bertingkat-tingkat dan sebagaimana pada hutan primer (lihat

Richard, 1952) tajuk terbanyak berada pada stratum-C (tinggi 10- 20 meter).

Di samping tumbuhan berkayu, pada budidaya lembo seringkali dijumpai pula paling sedikitnya 15 jenis tanaman kecil atau tanaman semusim. Meskipun demikian penanaman sayur di kalangan masyarakat Dayak lebih banyak dilakukan di sekitar pondok di ladang (Lihat Tabel 4.). Hal tersebut utamanya dikarenakan dua alasan: (1) Ternak babi secara umum tidak di kandang, atau dibiarkan bebas di sekitar rumah tempat tinggal; (2) Ibu-ibu rumah tangga yang berperan dalam hal tanam-menanam sayur turut serta bekerja di Madang yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal. Hal penting lainnya, kebutuhan sayur mayur pada masyarakat Dayak juga banyak dipasok dari lahan hutan, seperti dari berbagai umbut rotan atau daun muda pohon-pohon hutan, serta tumbuhan paku-pakuan. Menurut Terra (1966), dibandingkan tanaman musiman, kelebihan pohon atau tanaman berkayu lainnya adaalah produksi sayur-mayur atau bumbu-bumbuan dapat berjalan sepanjang tahun, tanpa pengaruh berarti dari musim kemarau. Kondisi ini tentu saja sangat sesuai dengan hadirnya musim kemarau panjang secara periodik di Kalimantan Timur akibat El-Nino. Bahkan musim kemarau tahun 1981/1982 dan 1997/1998 telah menimbulkan bencana kebakaran hutan seluas jutaan hektar di Kaltim (Lihat Lennertz dan Panzer, 1983; Siegert dan Hoffmann, 1998).

Komponen lainnya yang menyusun budidaya lembo adalah beberapa jenis hewan piaraan (khusus untuk kebun pekarangan), terutama adalah babi dan ayam. Komponen hewan yang sangat penting bagi keberlangsungan fungsi lembo satwa liar (sebagian besar pada kebun hutan), walaupun sebagian dari satwa-satwa liar tersebut tidak tinggal tetap di lembo (hanya periodik, terutama pada saat musim buah). Satwa liar selain dimanfaatkan/diburu sekaligus juga sebagai hama. Beberapa satwa bahkan berperan dalam proses regenerasi jenis-jenis pohon dan tanaman di lembo.

Dokumen terkait