• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Faktor Biologis

4.3.1. Struktur Komunitas Makrozoobentos

Makrozoobentos yang didapat selama penelitian sebanyak 29 jenis, yang terdiri atas 7 jenis Bivalvia, 21 jenis Gastropoda dan 1 jenis Polychaeta (Lampiran 14). Jumlah individu makroozoobentos yang didapat pada masing-masing stasiun menunjukan nilai yang berbeda-beda. Hampir seluruh stasiun didominasi oleh jenis Gastropoda, kecuali Stasiun 5 persentase jumlah individu Bivalvia mencapai 52.54 %. Untuk jenis Polychaeta hanya dijumpai pada Stasiun 6 dan 7 dengan persentase masing-masing sebesar 0.79 % dan 3.15 % (Gambar 18).

Makrozoobentos yang didapat pada pengamatan Bulan Maret sebanyak 3608 individu yang terdiri dari 7 jenis Bivalvia, 16 jenis Gastropoda dan 1 jenis Polychaeta. Jenis yang dominan pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 adalah Melanoides riqueti, M. Tuberculata dan Melanoides sp., sedangkan pada Stasiun 5, 6 dan 7 jenis yang dominan adalah Abra soyoae dan M. tuberculata (Lampiran 20a).

Makrozoobentos yang didapat pada pengamatan Bulan April sebanyak 3683 individu yang terdiri atas 8 jenis Bivalvia, 13 jenis Gastropoda dan 1 jenis Polychaeta. Pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 jenis yang dominan adalah M. Tuberculata dan Melanoides sp, sedangkan pada Stasiun 5, 6 dan 7 jenis yang dominan adalah Abra soyoae dan Melanoides riqueti (Lampiran 20b).

Pengamatan Bulan Mei didapat 1210 individu makrozoobentos yang terdiri atas 5 jenis Bivalvia, 12 jenis Gastropoda dan 1 jenis Polychaeta. Pada Stasiun 1,

43

2, 3 dan 4 jenis yang dominan adalah adalah Melanoides riqueti, M. Tuberculata dan Melanoides sp, sedangkan pada Stasiun 5, 6 dan 7 jenis yang dominan adalah Abra soyoae dan Melanoides riqueti (Lampiran 20c).

0,24% 99,76% 8,33% 91,67% a b Stasiun 1 100% 100% a b Stasiun 2 99,69% 0,31% 25,00% 75,00% a b Stasiun 3 0,21% 99,79% 16,67% 83,33% a b Stasiun 4

Gambar 18 Persentase kelimpahan (a) dan jumlah jenis (b) Gastropoda ( ), Bivalvia ( ) dan Polychaeta ( ) di masing-masing stasiun penelitian.

44 47,46% 52,54% 60,00% 40,00% a b Stasiun 5 90,10% 0,79% 9,11% 35,29% 58,82% 5,88% a b Stasiun 6 14,23% 82,63% 3,15% 35,29% 58,82% 5,88% a b Stasiun 7

Gambar 18 Persentase kelimpahan (a) dan jumlah jenis (b) Gastropoda ( ), Bivalvia ( ) dan Polychaeta ( ) di masing-masing stasiun penelitian (Lanjutan).

Makrozoobentos yang didapat selama penelitian lebih sedikit pada pengamatan Bulan Mei baik dari jumlah individu maupun dari jumlah jenisnya. Jenis spesies yang dominan pada pengamatan setiap bulannya hampir sama yaitu jenis Melanoides riqueti, M. Tuberculata dan Melanoides sp. pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 serta Abra soyoae pada Stasiun 5, 6, dan 7.

Jenis Gastropoda merupakan jenis yang paling banyak didapat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan berbagai faktor fisika-kimia perairan dan sedimen, salah satunya adalah jenis sedimen. Jenis sedimen pada lokasi penelitian dengan fraksi pasir dominan dapat menopang kehidupan makrozoobentos dari jenis

45

Gastropoda. Jenis Gastropoda M. Tuberculata dijumpai pada seluruh stasiun pengamatan, ini menunjukkan bahwa M. Tuberculata lebih toleran terhadap perubahan kondisi lingkungan. Menurut Barnes (1987) bahwa jenis Gastropoda biasa hidup pada substrat berpasir. Selain itu hal ini juga berhubungan dengan sifat Gastropoda yang lebih toleran terhadap perubahan berbagai parameter lingkungan sehingga penyebarannya bersifat kosmopolit.

Polychaeta merupakan jenis paling sedikit dijumpai, hal ini sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan disekitarnya. Rendahnya kelimpahan Polychaeta diduga karena nilai salinitas pada lokasi penelitian masih tergolong payau baik pada surut maupun saat pasang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2007) kisaran salinitas pada Estuari Percut Sei Tuan pada waktu pasang adalah 5-25 . Selain itu Polychaeta juga merupakan organisme yang bersifat deposit feeder dan hidup pada lingkungan yang memiliki kandungan bahan oranik yang tinggi. Sanusi et al. (2005) melaporkan bahwa Polychaeta terutama jenis Nereis sp. ditemui melimpah pada kandungan bahan organik tinggi dan salinitas berkisar antara 22-33 . Eyre dan Ferguson (2005) menemukan Polychaeta melimpah pada sedimen dengan Rasio C-N sebesar 84:1.

Kelimpahan makrozoobentos pada Estuari Percut Sei Tuan cukup bervariasi. Kelimpahan makrozoobentos di masing-masing stasiun mengalami perubahan pada setiap bulan pengamatan. Pada Stasiun 1 kelimpahan makrozoobentos mengalami penurunan pada Bulan Mei, demikian juga terhadap Stasiun 2, 3, 4, 6 dan 7. Pada pengamatan Bulan Maret total kelimpahan makrozoobentos adalah 40088.89 ind/m2, pengamatan Bulan April sebesar 40922.22 ind/m2, sedangkan Bulan Mei terjadi penurunan yaitu sebesar 13444.44 ind/m2 (Lampiran 12). Tinggi atau rendahnya nilai kelimpahan makroozoobentos pada suatu perairan sangat tergantung pada kandungan bahan

organik yang ada pada substrat. Pearson dan Rosemberg dalam Lardicci et al. (1997) menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam substrat

akan mempengaruhi struktur dari komunitas makrozoobentos yang dapat ditandai dengan meningkatnya jumlah spesies yang diikuti dengan meningkatnya biomassa dan selanjutnya peningkatan kelimpahan.

46

Kelimpahan makrozoobentos tertinggi ditemukan pada Stasiun 1 dengan kelimpahan rata-rata 2538.27 ind/m2 dan kelimpahan terendah pada Stasiun 5 yaitu sebesar 364.19 ind/m2. Jumlah jenis tertinggi dijumpai pada Stasiun 7 yaitu 17 jenis dan yang terendah yaitu pada Stasiun 2 yaitu sebanyak 9 jenis. Tinggi rendahnya kelimpahan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan disekitarnya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah ketersediaan makanan dan adanya oksigen yang cukup. Pada Stasiun 5 diperoleh kalimpahan makrozoobentos yang rendah, hal ini erat kaitannya dengan C-organik pada sedimen yang tergolong rendah (Gambar 15). Stasiun 5 tergolong kedalam zona oksidasi hingga reduksi yang menyebabkan rendahnya kandungan organik sedimen. 17 15 16 7 11 9 12 0 2000 4000 6000 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan K e li m p a h a n (i n d /m 2 ).

Gambar 19 Rata-rata kelimpahan makrozoobentos dan jumlah jenis di masing-masing stasiun penelitian.

Indeks keanekaragaman makrozoobentos pada Estuari Percut Sei Tuan berkisar antara 0.69-2.13 (Gambar 20). Nilai keanekaragaman tertinggi dijumpai pada Stasiun 7 yaitu sebesar 2.13, hal ini erat kaitannya dengan banyaknya jenis makrozoobentos yang didapat yaitu sebanyak 17 jenis (Gambar 19).

Kondisi suatu lingkungan perairan dapat ditentukan melalui nilai keanekaragaman. Lardicci et al. (1997) mengemukakan bahwa dengan menentukan nilai keanekaragaman kita dapat menentukan tingkat stress atau tekanan yang diterima oleh lingkungan. Stirn (1981) dalam Basmi (2000) yang dikonversi dengan logaritma basis dua juga menjelaskan antara nilai Indeks Shannon (H') dengan stabilitas komunitas biota, yaitu bila H' < 3 maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bila H' berkisar antara 3-9 maka stabilitas komunitas

47

biota adalah moderat (sedang) sedangkan bila H' > 9 maka stabilitas komunitas biota bersangkutan berada dalam kondisi prima (Stabil). Dahuri et al. (2004) menambahkan bahwa nilai keanekaragaman yang berada dibawah 3.32 tergolong rendah dan penyebaran individu tiap spesies rendah dan stabilitas komunitas rendah. Namun untuk menentukan apakah keanekaragaman pada Estuari Percut Sei Tuan tergolong rendah atau tinggi perlu ditelaah lebih lanjut, karena sampai saat ini belum ada standar baku untuk indeks keanekaragaman bagi biota di Indonesia.

Keseragaman jenis pada Estuari Percut diperoleh kisaran nilai 0.19-0.68 (Gambar 20). Nilai keseragaman ini menggambarkan keseimbangan ekologis pada suatu komunitas, dimana semakin tinggi nilai keseragaman maka kualitas lingkungan semakin baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lingkungan Perairan Percut Sei Tuan berada dalam kisaran baik, karena secara keseluruhan nilai keseragaman pada setiap stasiun pengamatan tidak jauh berbeda di setiap bulannya.

Indeks dominansi diperoleh nilai kisaran antara 0.28-0.69 (Gambar 32). Nilai dominansi ini menunjukkan dominansi suatu spesies pada suatu komunitas. Semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi tingkat dominansi oleh spesies tertentu. Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa adanya dominansi dari salah satu atau lebih jenis makrozoobentos namun akan berbeda untuk setiap stasiunnya yang digambarkan dengan nilai dominansi yang berbeda. Pada Stasiun 6 dan 7 nilai dominansi masing-masing pada bulan April sebesar 0.69 dan 0.63 lebih besar dari sebelumnya. Hal ini juga ditunjukkan bahwa pada Stasiun 6 dan 7 dijumpai jenis Melanoides riqueti yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya (Lampiran 20). Secara keseluruhan nilai dominansi pada stasiun pengamatan tergolong rendah hingga sedang.

48 0 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan In d ek s K ea n ek ar ag am an . a 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan In d ek s K es er ag am an b 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan In d ek s D o m in an si . c

Gambar 20 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi makrozoobentos di masing-masing stasiun pada Bulan Maret ( ), April ( ) dan Mei ( ).

49

Indeks dispersi makrozoobentos pada Estuari Percut diperoleh kisaran antara 0-9. Setelah dilakukan uji Khi-kuadrat dapat dinyatakan bahwa penyebaran makrozoobentos pada Perairan Percut sebagian besar mengelompok dan ada beberapa jenis yang tersebar acak (Tabel 8). Jenis-jenis yang tergolong acak adalah Anadara brasiliana, Arca Tetragona, Nucula sp., Tellidora sp., Polinices maurus, Marginella sp, Syncera hidalgoi, S. carinata, Pila scutata, Paramormula sp, Turbonilla sp., Septaria lineate, Velutina velutina, Epitonium pallasi dan Telescopium sp. Nybakken (1993) menyatakan bahwa faktor utama yang menentukan pola penyebaran dari hewan bentos adalah interaksi antar populasi. Interaksi tersebut dapat berupa persaingan, pemangsaan serta adanya hubungan antar populasi yang dapat bersifat mutualisme, komensalisme ataupun parasitisme. Faktor lingkungan lain yang dapat mempengaruhi penyebaran makrozoobentos adalah potensial redok sedimen yang juga erat kaitanya dengan ketersediaan oksigen dalam sedimen. Selain itu adanya predator dalam perairan juga akan mempengaruhi penyebaran hewan bentos.

Distribusi dari hewan bentos juga berhubungan dengan proses musiman dari pertumbuhan populasi. Sebagian besar dari hewan bentos penyebarannya dimulai pada stadium larva yang berupa plankton, sehingga penyebarannya sangat dipengaruhi oleh adanya arus pada perairan tersebut (Azouksky et al. 2000).

50

Tabel 8 Indeks dispersi dan pola distribusi makrozoobentos pada tiap-tiap stasiun pengamatan X2 No Spesies ID Hitung Tabel Pola Penyebaran 1 Tellina sp. 3,53 175,87 185,88 Mengelompok

2 Anadara brasiliana 0,00 59,00 185,88 Acak

3 Arca Tetragona 21,00 102,00 185,88 Acak

4 Mytilus sp. 6,59 453,41 185,88 Mengelompok

5 Abra soyoae 7,40 1201,02 185,88 Mengelompok

6 Nucula sp. 0,00 60,00 185,88 Acak

7 Tellidora sp. 9,80 141,20 185,88 Acak

8 Nassarius distortus * * * -

9 Marginella sp. 21,00 102,00 185,88 Acak

10 Polinices maurus 0,00 58,00 185,88 Acak

11 Stenothyra ventricosa 5,22 403,56 185,88 Mengelompok

12 Syncera hidalgoi 10,50 90,50 185,88 Acak

13 S. carinata 0,00 60,00 185,88 Acak

14 Melanoides tuberculata 3,07 8708,64 185,88 Mengelompok

15 Melanoides sp. 4,24 3297,11 185,88 Mengelompok

16 M. requeti 3,14 4763,36 185,88 Mengelompok

17 Thiara sp. 8,88 3607,12 185,88 Mengelompok

18 M. torulosa 6,80 1279,20 185,88 Mengelompok

19 Mitra sp. * * *

20 Pila scutata 0,00 61,00 185,88 Acak

21 Paramormula sp 9,00 110,00 185,88 Acak

22 Turbonilla sp. 21,00 102,00 185,88 Acak

23 Bankivia sp. * * * -

24 Septaria lineata 0,00 60,00 185,88 Acak

25 Velutina velutina 0,00 61,00 185,88 Acak

26 Trichotropis bicarinata * * * -

27 Telescopium sp. 0,00 59,00 185,88 Acak

28 Epitonium pallasi 0,00 61,00 185,88 Acak

29 Nereis limnicola 8,53 250,23 185,88 Mengelompok

4.3.2. Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen

Sebaran karakteristik fisika-kimia sedimen untuk Bulan Maret yang digambarkan dengan Analisis Komponen Utama (PCA) pada dua komponen utama (PC1 dan PC2) dapat menjelaskan 84.20% dari ragam total dengan persentase masing-masing sebesar 56.70% dan 28.40%, sedangkan Sumbu 3 dan 4 masing-masing menjelaskan 10.10% dan 4.05% (Lampiran 22). Setiap stasiun dikelompokkan menurut ciri-cirinya masing-masing.

Stasiun penelitian dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu stasiun Kelompok I terdiri atas Stasiun 1 dan 2, Kelompok II terdiri atas Stasiun 3 dan 4

51

serta Kelompok III terdiri atas Stasiun 5, 6 dan 7 (Gambar 21b). Kelompok I merupakan stasiun yang berada ke arah hulu sungai yang dicirikan dengan fraksi sedimen berupa lumpur dan pasir halus lebih banyak serta potensial redok yang tinggi serta pasir kasar dan sedang rendah. Kelompok I ini berada dekat dengan Sumbu 1 positif yang dicirikan dengan parameter fisika lingkungan. Kelompok II merupakan stasiun yang berada di mulut estuari. Kondisi lingkungannya sangat dipengaruhi oleh aliran air dari sungai dan laut, dapat dikatakan merupakan daerah peralihan. Kelompok ini dicirikan oleh C-organik dan N-total yang tinggi. Kelompok II ini terletak pada Sumbu 2 positif yang dicirikan oleh parameter kimia sedimen. Kelompok III merupakan stasiun yang berada di muara atau ke arah laut, kondisi lingkungannya sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi laut. Kelompok ini dicirikan dengan salinitas, total bahan organik dan suhu yang tinggi serta kecerahan, BOD5, N-total dan C-organik rendah. Kelompok ini berada pada

52

a

b

Keterangan : Co = C-oganik; Nt = N-total; Kec = Kecepatan arus; Phl = Pasir halus; Psd = Pasir sedang; Pks = Pasir kasar; Lpr = Lumpur; Eh = Potensial redok; Sal = Salinitas; S = Stasiun.

Gambar 21 Analisis Komponen Utama (PCA) terhadap parameter fisika-kimia air dan sedimen di lokasi penelitian pada Sumbu 1 dan 2 (a), pengelompokan stasiun berdasarkan karakteristik fisika kimia sedimen (b).

53

4.3.3. Sebaran Spasial Makrozoobentos serta Hubungannya terhadap

Dokumen terkait