• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Struktur Komunitas Makrozoobentos

4.5.1 Persentase Komposisi dan Kelimpahan Makrozoobentos

Hasil identifikasi jenis makrozoobentos yang ditemukan di Pulau Barrang Lompo berjumlah 70 genera yang terdiri atas 53 famili, 7 kelas dan 4 filum. Dari ke-70 genera tersebut, 46 genera berasal dari kelas Gastropoda, 2 genera dari kelas Skaphopoda, 16 genera dari kelas Bivalvia, 1 genera dari kelas Polikhaeta, 2 genera dari kelas Asteroidea, 2 genera dari kelas Ekhinoidea serta 1 genera dari kelas Malakostraka.

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa di daerah lamun komposisi kelas Gastropoda paling sering ditemukan baik di stasiun Tenggara dan Timur Laut yakni sebesar 68% dan 74 %. Disusul kelas Bivalvia sebesar 17% dan 19%, kelas Skaphopoda sebesar 6% dan 7%. Kelas makrozoobentos yang paling jarang ditemukan adalah kelas Asteroidea dan Polikhaeta untuk stasiun Tenggara sedangkan Timur Laut adalah kelas Ekhinoidea, Asteroidea dan Krustasea.

42

Banyaknya kelas Gastropoda yang ditemukan di daerah lamun disebabkan oleh daerah lamun banyak memiliki bahan organik. Bahan organik berupa detritus berasal dari plankton dan tumbuhan lamun yang mati, bakteri, dan bahan organik lain yang terakumulasi dalam sedimen atau terkubur/terjebak di sela-sela butiran pasir dan lumpur. Detritus tersebut dimanfaatkan oleh organisme detritus feeder

sebagai bahan makanan utama. Gastropoda umumnya pemakan detritus/deposit (detritivores/deposit feeder).

Bahan organik di daerah lamun lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa lamun. Bahan organik yang ditemukan di lamun (stasiun Tenggara dan Timur Laut) sekitar 4,3-4,5%. Tingginya Gastropoda di daerah lamun ditemukan pula oleh Klumpp et al. (1992). Ia menemukan sekitar 20-60% biomassa epifit di padang lamun Filipina dimanfaatkan oleh komunitas epifauna yang didominasi oleh Gastropoda.

Lamun (Stasiun Tenggara)

Tanpa Lamun (Stasiun Tenggara)

Lamun (Stasiun Timur Laut)

Tanpa Lamun (Stasiun Timur Laut)

Selain itu, di daerah lamun guguran daun-daunnya tidak seluruhnya menjadi detritus, tetapi ada juga yang menjadi bahan organik terlarut, yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton. Fitoplankton dimakan oleh zooplankton sebagai konsumen tingkat pertama, yang selanjutnya dimakan oleh ikan sedang, dan pada akhirnya transpor energi dan materi akan masuk ke dalam rantai makanan detritus.

Daerah tanpa lamun banyak ditemukan kelas Bivalvia baik di stasiun Tenggara maupun Timur Laut yakni berkisar 35% dan 69%. Hal ini disebabkan oleh bahan organik yang ditemukan di daerah lamun sangat rendah. Bahan organik di daerah tanpa lamun berkisar 0,8-1,04%. Bahan organik di daerah tanpa lamun hanya berasal dari partikel tersuspensi di kolom air yang terbawa oleh arus atau ombak. Bivalvia termasuk filter feeder, yaitu menyaring makanan di kolom air.

Komposisi terkecil makrozoobenthos adalah dari kelas Krustasea. Hal ini disebabkan oleh organisme dari kelas Krustasea yang mobile, menyebabkan organisme dari kelas ini berpindah-pindah untuk mencari makan, mengingat organisme dari kelas ini merupakan kelompok organisme pemakan bahan-bahan suspensi yang berasal dari plankton dan bahan organik lainnya yang terbawa oleh arus dan gelombang, sehingga membutuhkan pergerakan aktif dalam mencari makanan (Nybakken 1992).

Di daerah lamun dan daerah tanpa lamun ada beberapa spesies yang ditemukan paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan spesies lainnya. Spesies kelas Gastropoda yang paling banyak ditemukan di lamun stasiun Tenggara ada 5 spesies yaitu Viriola sp berjumlah 145 individu, Mitra pelliserpentis-pelliserpentis dan Turbo coomansis masing-masing berjumlah 102 individu, Siphonaria javanica berjumlah 94 individu, Atys cylindricus berjumlah 77 individu. Sementara yang berasal dari kelas Bivalvia ada 3 spesies yakni

Placemen calophylum berjumlah 85 individu, Condakia tigerina dan Tellina radiata masing-masing berjumlah 60 individu. Kelas Skaphopoda ada 1 spesies yaitu Dentalium longitosum berjumlah 119 individu. Kelas Asteroidea ada 1 spesies yakni Linckia laevigata berjumlah 26 individu. Kelas Ekhinoidea ada 1 spesies yaitu Diadema sitosum berjumlah 68 individu.

44

Daerah lamun stasiun Timur Laut, kelas Gastropoda yang paling banyak ditemukan ada 3 spesies yaitu Cerithium balteatum berjumlah 77 individu, Nerita insculpta dan Atys cylindricus masing-masing berjumlah 60 individu. Kelas Bivalvia ada 2 spesies yakni Condakia tigerina berjumlah 70 individu, Condakia punctata berjumlah 60 individu. Kelas Skaphopoda ada 1 spesies yaitu Dentalium logitosum berjumlah 85 individu. Kelas Asteroidea tidak ditemukan. Kelas Ekhinoidea ada 1 spesies yaitu Diadema sitosum sebanyak 9 individu. Kelimpahan kelas makrozoobentos yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat Tabel 11.

Tabel 11 Kelimpahan berdasarkan kelas makrozoobentos (ind/m2) di lokasi penelitian

Parameter Stasiun Tenggara Stasiun Timur Laut

Lamun Tanpa Lamun Lamun Tanpa Lamun

Gastropoda 239-604 34-68 230-451 17-43 Rerata 422 51 341 30 Skaphopoda 26-51 - 17-51 - Rerata 39 34 Bivalvia 43-204 34 26-119 68 Rerata 124 34 73 68 Polikhaeta 9-34 - 9-17 - Rerata 22 13 Asteroidae 9-17 - - - Rerata 13 Ekhinoidae 9-43 9 9 - Rerata 26 9 9 Krustasea 9-26 - - - Rerata 18

Daerah tanpa lamun stasiun Tenggara, kelas Gastropoda yang paling banyak ditemukan ada 1 spesies yaitu Conus (Asprella) sulcatus berjumlah 17 individu. Kelas Bivalvia ada 2 spesies yaitu Condakia punctata sebanyak 26 individu dan

Dosinia fibula sebanyak 17 individu. Kelas Skaphopoda tidak ditemukan. Kelas Polikhaeta ada 1 spesies yaitu Nereis diversicolor berjumlah 51 individu. Kelas Asteroidea ada 2 spesies yaitu Linckia Laevigata dan Asterias astrubs masing- masing berjumlah 9 individu. Kelas Ekhinoidea ada 1 spesies yaitu Diadema sitosum berjumlah 17 individu.

Kelas Gastropoda di daerah tanpa lamun stasiun Timur Laut, tidak ditemukan spesies yang lebih banyak. Masing-masing spesies berjumlah hampir sama yakni sekitar 9 individu. Kelas Bivalvia yang paling banyak ditemukan ada 1 spesies yakni Tellina radiata berjumlah 26 individu. Kelas Polikhaeta ada 1 spesies yakni Nereis diversicolor berjumlah 45 individu. Kelas Polikhaeta dan Ekhinoidea tidak ditemukan.

4.5.2 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi dan Pola Sebaran Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi spesies merupakan kajian indeks yang sering digunakan untuk menduga kondisi suatu perairan berdasarkan komposisi biologi. Keanekaragaman merupakan sifat komunitas yang ditentukan oleh banyaknya jenis serta kemerataan kelimpahan individu tiap jenis yang diperoleh (Odum 1993). Tabel 12 menunjukkan indeks

keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dominansi (C) dan pola sebaran (Id)

makrozoobentos yang ditemukan di lokasi penelitian.

Tabel 12 Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dominasi (C) dan

pola sebaran (Id) di lokasi penelitian

Parameter Tenggara Timur Laut

Lamun Tidak ada lamun

Lamun Tidak ada lamun Keanekaragaman (H’) 3,44-3,74 2,27-2,46 3,28-3,86 2,16-2,35 Rerata 3,59 2,37 3,57 2,26 Keseragaman (E) 0,95-0,98 0,99-0,99 0,96-0,99 0,98-0,99 Rerata 0,97 0,99 0,98 0,99 Dominansi (C) 0,03-0,04 0,09-0,11 0,02-0,04 0,10-0,12 Rerata 0,04 0,1 0,03 0,11

Pola sebaran (Id) 0,03-0,06 0,04-0,05 0,01-0,07 0,07-0,08

Rerata 0,05 0,05 0,04 0,08

Tabel 12 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman di daerah lamun lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa lamun. Hal ini disebabkan oleh jumlah spesies yang ditemukan di daerah lamun lebih banyak dibandingkan dengan daerah tanpa lamun. Daerah lamun jumlah spesies yang ditemukan sekitar 111

46

spesies sementara daerah tanpa lamun sekitar 31 spesies. Tingginya jumlah spesies di daerah lamun disebabkan oleh banyaknya bahan organik dan ortofosfat yang ditemukan dalam substrat. Di daerah lamun (stasiun Tenggara dan Timur Laut) total bahan organik yang ditemukan sekitar 4,3-4,5% dan ortofosfat sekitar 12,5-13,5 mg/kg. Sementara daerah tanpa lamun total bahan organiknya hanya sekitar 0,8-1,04% dan ortofosfat sekitar 6,0-10,3 mg/kg.

Indeks keseragaman makrozoobentos di daerah lamun maupun daerah tanpa lamun menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Indeks keseragamannya cenderung mendekati nilai 1. Ini menunjukkan bahwa di daerah lamun maupun daerah tanpa lamun memiliki kemerataan jumlah individu untuk setiap jenis yang ditemukan.

Indeks dominansi makrozoobentos daerah lamun maupun tanpa lamun menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Nilai indeks dominansinya termasuk rendah, dimana nilai indeks dominansinya cenderung mendekati nilai 0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sementara berdasarkan perhitungan indeks penyebaran makrozoobentos menunjukkan nilai yang kurang dari 1. Ini menunjukkan bahwa pola penyebarannya merata/seragam. Seragam disini dapat diartikan sebagai seragam dengan pola sebaran acak, yakni didalam sebaran jenis yang acak terdapat jenis-jenis yang seragam sebarannya.

Jadi yang membedakan daerah lamun dan tanpa lamun (stasiun Tenggara dan Timur Laut) yaitu keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobentos, dimana daerah lamun memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi sedangkan daerah tanpa lamun memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang rendah. Sementara indeks keseragaman dan dominansi serta pola penyebarannya cenderung sama antara daerah lamun dan daerah tanpa lamun.

4.6 Keterkaitan Faktor Lingkungan dengan Lamun dan Makrozoobentos

Dokumen terkait