• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Struktur Mitos dalam Upacara Nopahtung

Fokus analisis struktur pada bagian ini adalah struktur instrinsik. Struktur instrinsik adalah unsur yang membentuk sebuah mitos dari dalam. Berikut adalah analisis struktur mitos Rombiya dalam upacara Nopahtung.

1. Struktur Mitos Rombiya Teks A

Struktur instrinsik yang akan dianalisis ada empat unsur. Adapun unsur-unsur tersebut yaitu tokoh, alur, latar dan tema. Berikut ini adalah analisis struktur mitos Rombiya teks A.

a. Tokoh

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra (Mihardja, 2012: 5). Dalam mitos Rombiya teks A, tokoh-tokoh yang dimunculkan yaitu Rombiya, Awak Kesanduk, dan Ocan Suit (tikus). Tokoh yang terdapat dalam mitos Rombiya hampir semuanya bersifat mendukung cerita. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penokohan dalam mitos Rombiya teks A adalah sebagai berikut.

1) Rombiya

Rombiya merupakan tokoh utama karena memiliki waktu penceritaan yang lebih lama dibandingkan tokoh lainnya. Rombiya adalah tokoh utama. Sosok Rombiya merupakan sosok yang pemilih dalam hal menerima lamaran dari orang-orang. Rombiya juga adalah sosok yang silau akan harta, tidak ingin hidup susah namun keberatan untuk bekerja keras. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Kutipan 1

Adat istiadat seperti pada biasanya, memikul harta benda

tidak mau. ”Aku tidak mau!” ujar Rombiya. ”Aku tidak ingin

bersuamikan orang yang berdagang, itu akan membuat kepalaku sakit. Terlebih lagi menikah dengan orang yang berjualan ke sana kemari, aku tidak ingin terkena panas matahari,kata Rombiya.

”Aku hanya ingin tinggal di dalam rumah.” Kutipan 2

Aduh.. aku sudah bosan menghadapi orang yang terus datang untuk melamarku tanpa henti, aku sudah tidak sanggup. Lebih baik aku menikahi Awak Kesanduk. Aku tidak akan capek, tidak akan terkena panas matahari. Aku hanya akan tinggal di dalam rumah saja. Jika aku menikahi orang-orang itu, aku akan turut menemaninya berdagang dan pergi ke lading,kata Rombiya.

”Aku tidak mau. Lebih baik aku menikah dengan Awak saja. Aku

tidak akan capek-capek dan hanya tinggal di dalam rumah saja.”

Berdasarkan kutipan di atas, jelas bahwa tokoh Rombiya adalah seorang tidak ingin bekerja keras. Ia menolak ketika dilamar oleh orang yang pekerjaannya berdagang. Penolakan Rombiya itulah yang kemudian membuatnya menjadi sosok yang sangat pemilih.

2) Awak Kesanduk

Awak Kesanduk adalah roh halus yang mendiami kodiring (rumah untuk menyimpan anggota tubuh orang yang sudah meninggal). Tokoh ini merupakan tokoh yang menimbulkan konflik. Awak Kesanduk adalah sosok yang pekerja keras, dan juga menghargai orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 1

Angin terbang pun membawa kabar tersebut ketika Awak Kesanduk sedang membuat sampan di hilir rumah. Tidak ada pekerjaannya yang lain.

Kutipan 2

Ia pun pulang ke rumah dan matahari pun mulai tenggelam. Iya kemudian memeriksa jala yang digantung di tengah rumah. Dijemurnya di atas tempat untuk menaruh kayu bakar sambil memeriksa jalanya dan dilihatnya tidak ada yang koyak.

Kutipan 3

“Masaklah, jangan memasak di tempat yang kecil Bu. Masaklah di periuk yang besar. Panggil orang sekampung untuk datang ke rumah nanti,katanya. ”Makan bersama di sini, rasanya sangat rindu karena tidak bertemu mereka,lanjutnya. ”Selama ini

selalu membuat sampan yang tak kunjung selesai.”

Pada kutipan 1 dan 2 menunjukan bahwa Awak Kesanduk adalah sosok yang rajin. Pada kutipan 1 Awak Kesanduk sedang membuat sampan dan pada kutipan 2, ia pulang ke rumah dan kemudian pergi lagi untuk menjala ikan. Selain sebagai orang yang rajin, Awak juga merupakan sosok yang baik. Hal itu dapat dilihat pada kutipan 3. Awak meminta ibunya untuk masak dan mengundang semua orang di kampung untuk makan bersama-sama ikan hasil tangkapannya.

3) Ocan Suit (Tikus)

Ocan Suit adalah tikus yang mengaku sebagai jelmaan dari roh nenek moyang tokoh Rombiya. Ia adalah tokoh yang mengeluarkan Rombiya dari dalam

kodiring dan menyelamatkan Rombiya. Ocan Suit digambarkan sebagai tokoh yang baik hati. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Kutipan 1

“Kalau kau ingin turun, beritahu aku baik-baik. Jangan bunuh aku,

Kutipan 2

Ia kemudian naik ke atas tiang kodiring, kemudian digigitnya. Sekiranya mereka berdua cukup melalui lubang itu.

“Bagaimana? Kalian berdua sudah bisa lewat?” ia kemudian turun. Kutipan 3

“Begini,” kata tikus. “Lewat sebelah sini. Kau lewat tanjung

kemudian kau pulang ke ibumu sana. Nanti kalau sudah sampai di sana, suruhlah ibumu mengambil abu di dapur, telur ayam untuk makanannya supaya menyerupai kalian berdua. Agar Awak beristerikan abu itu dan tidak lagi beristerikan kau, sedangkan kau

sudah pulang.”

Pada kutipan 1, Rombiya berniat membunuh Ocan Suit akan tetapi Ocan Suit malah menawarkan diri untuk membantu mengeluarkan Rombiya dari dalam

kodiring. Hal tersebut sudah menunjukan kemurahan hati dari Ocan Suit. Selain itu, usaha Ocan Suit menyelamatkan Rombiya dapat dilihat pada kutipan 2 yang merupakan realisasi atas hal yang ia tawarkan. Ia menggigit dinding hingga cukup dilalui oleh Rombiya. Bantuan Ocan Suit juga tidak hanya sampai di situ, ia kembali memberitahukan jalan pulang ke pada Rombiya dan memintanya untuk melakukan upacara agar terbebas dari Awak Kesanduk. Kutipan-kutipan di atas menunjukan bahwa Ocan Suit adalah tokoh yang murah hati dengan menolong Rombiya.

b. Alur

Waluyo (2014: 9), mengatakan alur atau plot sering disebut sebagai kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Adapun alur dalam mitos

Rombiya adalah alur maju. Diawali dengan Rombiya yang dilamar banyak orang, ia mengatakan mau menikah jika dilamar oleh Awak Kesanduk. Rombiya pun akhirnya menikah dengan Awak Kesanduk dan tinggal bersamanya. Ternyata, tempat tinggal Awak Kesanduk adalah kodiring. Rombiya akhirnya terjebak dan kemudian ditolong oleh seekor tikus.

Sudjiman (1988: 30), menggambarkan struktur umum alur yaitu awal (paparan, rangsangan, dan gawatan), tengah (tikaian, rumitan, dan klimaks), akhir (leraian dan selesaian). Berdasarkan struktur umum alur di atas, berikut adalah analisis struktur umum alur dalam mitos Rombiya.

1) Awal (Paparan, Rangsangan, dan Gawatan)

Pada mitos Rombiya, paparan diawali oleh penutur dengan penggambaran seorang gadis yang dilamar oleh banyak orang. Oleh Rombiya, lamaran tersebut tidak satu pun yang diterima dengan alasan tidak ingin bekerja keras. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 1

”Aduh.. aku sudah bosan menghadapi orang yang terus

datang untuk melamarku tanpa henti, aku sudah tidak sanggup. Lebih baik aku menikahi Awak Kesanduk. Aku tidak akan capek, tidak akan terkena panas matahari. Aku hanya akan tinggal di dalam rumah saja. Jika aku menikahi orang-orang itu, aku akan turut menemaninya berdagang dan pergi ke lading,kata Rombiya.

Rangsangan kemudian muncul ketika Rombiya mengatakan bahwa akan menikah dengan Awak Kesanduk. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 2

”Aku tidak mau. Lebih baik aku menikah dengan Awak saja.

Aku tidak akan capek-capek dan hanya tinggal di dalam rumah

saja.”

Gawatan kemudian muncul ketika kabar tersebut ternyata sampai pada Awak Kesanduk. Awak Kesanduk berniat untuk melamar Rombiya dengan meminta pendapat dari teman-temannya terlebih dahulu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 3

“Jadi begini.. aku sekurangnya kalian makan dan nyirih

pinang, ada orang yang ingin bersuamikan aku. Itulah keperluanku terhadap kalian. Menurut kalian bagaimana?

2) Tengah (Tikaian, Rumitan, dan Klimaks)

Tikaian muncul ketika Awak berangkat melamar Rombiya. Lamaran Awak ternyata diterima oleh Rombiya dan pesta pernikahan dilakukan saat itu juga. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan-kutipan berikut ini.

Kutipan 1

Ibunya kemudian membuka petinya. Ia mengeluarkan pakaian, kain untuk melamar seperti syarat melamar di Suku Dayak Uud Danum. Kain untuk melamar disatukan dengan sambon setelah itu disatukan dengan rawai. Pakaian untuk ganti, cincin, gelang dan anting-anting.

“Persiapan sudah selesai. Ayo! Takut hari mulai terang, supaya kita berangkat sekarang juga.”

Kutipan 2

“Tidak ada yang ingin aku katakan, sudah aku katakan

waktu itu. Selalu menjadi kesalahanku jika aku tidak menikah seperti ini, lebih baik aku menikahi Awak saja. Itulah yang aku katakan dulu,jawab Rombiya.

Kutipan 3

Rombiya kemudian segera mendudukkan dirinya dengan perasaan senang. Amai Sawang Parik mengambil ayam dan kemudian mohpas mereka berdua. Setelah mohpas (ritual pemberkatan perkawinan) ke arah matahari terbenam, ia kemudian mohpas ke arah matahari terbit. Ia pun memotong ayam tersebut kemudian memberkati Rombiya dan Awak memasangkan siro mereka berdua serta menanam sawang sememerum.

Rumitan muncul saat Awak langsung membawa Rombiya untuk ikut bersamanya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 4

“Begitu pula Rombiya,” kata Awak. ”Jika bersuamikan aku,

maka ia akan ikut bersamaku kalau tidak supaya Rombiya di sini

saja.”

Alur pun berlanjut, klimaks muncul saat Rombiya bangun keesokan paginya di rumah suaminya. Rombiya mendapati dirinya berada di dalam

kodiring. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Kutipan 5

Ia bangun dan kepalanya membentur Guci kodiring (rumah untuk menyimpan abu, tulang, rambut dan kuku dari orang-orang yang sudah meninggal), rumah itu pun menjadi sempit.

3) Akhir (leraian dan selesaian)

Leraian muncul saat Rombiya berusaha keluar dan menyelamatkan diri. Rombiya berusaha keluar, namun tidak bisa. Setelah beberapa hari di dalam

kodiring, muncullah seekor tikus. Tikus itulah yang kemudian mengeluarkan dan menyelamatkan Rombiya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 1

Mendengar bunyi orang memukul-mukul dinding maka meloncatlah hantu yang berbentuk tikus dari sebelah.

Kutipan 2

Ia kemudian naik ke atas tiang kodiring, kemudian digigitnya. Sekiranya mereka berdua cukup melalui lubang itu.

Kutipan 3

“Begini,” kata tikus. “Lewat sebelah sini. Kau lewat tanjung

kemudian kau pulang ke ibumu sana. Nanti kalau sudah sampai di sana, suruhlah ibumu mengambil abu di dapur, telur ayam untuk makanannya supaya menyerupai kalian berdua. Agar Awak beristerikan abu itu dan tidka lagi beristerikan kau, sedangkan kau

sudah pulang.”

Selesaian kemudian muncul ketika Rombiya kembali pada keluarganya. Kondisi Rombiya sangat memprihatikankan saat kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ia meminta ibunya melakukan upacara seperti yang dikatakan oleh tikus dan ia berangsur-angsur sehat kembali. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 4

Terlemparlah manusia abu itu dan Awak Kesanduk segera

menangkapnya. “Inilah istriku. Aku tidak beristrikan Rombiya lagi, tidak perlu aku beristrikan orang yang masak saja tidak bersamaku. Aku sudah berharap ketika menikahinya tapi aku tidak tinggal bersamanya.

Manusia abu itulah yang menjadi istrinya, ia tidak lagi beristrikan Rombiya. Manusia abu itulah yang menemaninya mencari ikan dan daging. Manusia abu itu pandai masak, sedangkan Rombiya sudah pulang ke pada ibunya dan sudah tidak lagi bersama Awak Kesanduk.

Dari kutipan di atas, diceritakan bahwa manusia abu menjadi istri Awak Kesanduk. Manusia abu tersebut menggantikan Rombiya sebagai istri dari Awak Kesanduk. Rombiya pun selamat dan tinggal dengan aman bersama ibunya dan tidak lagi menjadi istri Awak Kesanduk.

c. Latar

Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra (Mihardja, 2012: 7). Latar atau setting dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu dan suasana. Latar tempat pada mitos Rombiya teks A ini yaitu di sungai, di rumah Rombiya, dan di dalam

kodiring. Latar waktu yaitu pada malam dan siang hari. Selanjutnya, latar suasana dalam mitos ini yaitu suasana sedih.

1) Latar Tempat

Mitos Rombiya mempunyai tiga latar tempat. Adapun tempat-tempat tersebut, sebagai berikut.

a) Di Sungai

Latar tempat di sungai dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Kutipan 1

Dari lanting mereka menaburkan jala berkali-kali, banyak ikan yang mereka peroleh karena jarang ada yang mencari ikan. Mereka pun semakin ke hulu, kira-kira di hilir rumah Rombiya mereka mendengar anak-anak di hilir rumah sedang menumbuk tanah dan menumbuk abu untuk mainan mereka.

Latar tempat di sungai ditunjukan pada kalimat pertama. Pada kalimat pertama dikatakan bahwa Awak Kesanduk menaburkan jala dimulai dari lantingnya. Lanting merupakan tempat suku Dayak Uud Danum menambat perahu, mandi, mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga lainnya. Suku Dayak Uud Danum juga memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi.

b) Di Rumah Rombiya

Latar tempat di rumah Rombiya ditunjukan dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

Tidak lama kemudian, Ibu Rombiya segera menangkap babi dan ayam, mengambil sawang sememerum (tanaman puring dan cocor bebek). Ia kemudian menghamparkan tikar di tengah rumah. Semua perlengkapan jala diletakannya, ayam dan babi juga sudah disiapkan.

Pada kutipan di atas, Ibu Rombiya sibuk menyiapkan perlengkapan dan persyaratan untuk pernikahan anaknya Rombiya dengan Awak Kesanduk. Menurut adat suku Dayak Uud Danum, pesta pernikahan pertama kali akan di lakukan di rumah keluarga pihak perempuan. Oleh sebab itu, tempat dalam mitos tersebut yaitu di rumah Rombiya.

c) Di dalam Kodiring

Latar tempat di dalam kodiring ditunjukan dalam kutipan berikut ini. Kutipan 1

“Ah.. tidurku terganggu, hari sudah terang.” Ia bangun dan kepalanya membentur guci di kodiring (rumah untuk menyimpan abu, tulang, rambut dan kuku dari orang-orang yang sudah meninggal), rumah itu pun menjadi sempit.

Pada cuplikan itu, Rombiya terbangun dan menyadari bahwa rumah yang semula dilihatnya besar telah berubah menjadi kecil dan sempit. Pada kalimat kedua dengan jelas disebutkan bahwa Rombiya terbangun dan kemudian kepalanya membentur guci di kodiring. Kutipan di atas menunjukan dengan jelas tempat tersebut yaitu di dalam kodiring.

2) Latar Waktu

Dalam mitos Rombiya, terdapat dua latar waktu penceritaan. Latar waktu tersebut yaitu malam dan siang hari.

a) Latar Waktu Malam Hari

Latar waktu malam hari dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

“Begini, aku menuturkan tidak pada hari yang terang. Awak memintaku untuk melamar, jika Rombiya mau supaya mau saat ini juga, jika tidak supaya kami segera pulang.

Pada kalimat pertama, hantu suruhan Awak mengatakan bahwa ia melamar Rombiya untuk Awak tidaklah pada hari yang terang. Hari yang terang maksudnya adalah siang hari. Kutipan di atas menunjukan bahwa rombongan Awak datang melamar Rombiya saat malam hari.

b) Latar Waktu Siang Hari

Latar waktu siang hari dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Jika siang hari, ia mulai berteriak dan memukul-mukul dinding dan atap. Maksudnya agar runtuh tapi ia tidak mampu.

Pada kutipan di atas, dijelaskan mengenai hal yang Rombiya lakukan di saat siang hari yaitu memukul-mukul dinding dan atap. Dari kutipan tersebut sudah dapat diketahui bahwa latar waktunya adalah siang hari.

3) Latar Suasana

Latar suasana dalam mitos ini adalah suasana senang yang dirasakan oleh Rombiya ketika ia akhinya menikah. Suasana senang dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 1

Rombiya kemudian segera mendudukkan dirinya dengan perasaan senang. Amai Sawang Parik mengambil ayam dan kemudian mohpas mereka berdua. Setelah mohpas ke arah matahari terbenam, ia kemudian mohpas ke arah matahari terbit. Ia pun memotong ayam tersebut dan nyahkik Rombiya dan Awak memasangkan siro mereka berdua dan menanam sawang sememerum.

Suasana mencekam ketika Rombiya terbangun dan menyadari bahwa ia tinggal di dalam kodiring dan tidak bisa makan dan minum selama beberapa hari. Suasana tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini.

Kutipan 2

Ia bangun dan kepalanya membentur Guci kodiring (rumah untuk menyimpan abu, tulang, rambut dan kuku dari orang-orang yang sudah meninggal), rumah itu pun menjadi sempit.

Pada kutipan di atas, susana mencekam saat Rombiya menyadari bahwa ia berada dalam sebuah kodiring. Bagi suku Dayak Uud Danum, kodiring

merupakan tempat untuk menyimpan anggota tubuh dari orang-orang yang sudah meninggal dunia. Anggota tubuh tersebut berupa abu, tulang, rambut dan kuku.

d. Tema

Mihardja (2012: 5), mengatakan tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Waluyo (2014:7), kemudian mengatakan tema

adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Dari dua pandangan di atas dapat disimpulkan tema adalah gagasan pokok atau persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Dalam mitos Rombiya teks A terdapat dua tema.

Tema dari mitos Rombiya ini adalah tema kehidupan dan adat istiadat. Tema kehidupan di sini maksudnya tentang bagaimana hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan hubungan manusia dengan roh-roh yang tak kasat mata. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

Makanan untuk pihak Awak disediakan berbeda dengan makanan untuk pihak Rombiya. Daging-daging itu pun mulai dimasak, cabai, garam, dan serai dimasukan bersamaan dengan daging. Aroma dari sayur sangat enak. Sayuran diaduk dan diangkat, makanan untuk sawang dilemparkan untuk roh sesuai dengan kepercayaan mereka. Makanan dihidangkan dan didinginkan, orang-orang dipanggil untuk makan. Para hantu teman Awak makan di tempat yang berbeda, riuh sekali. Mereka makan sekenyang-kenyangnya setelah itu, ibu Rombiya melemparkan makanan untuk sememerum (tumbuhan cocor bebek) sesuai adat suku Dayak Uud Danum. Orang-orang yang masih tidur tongomarek, yang sudah bangun disuruh untuk makan. Setelah kenyang mereka pun mulai berunding.

Pada kutipan di atas, pihak Rombiya melayani pihak Awak dengan menyediakan makanan untuk mereka. Ibu Rombiya juga memberikan makanan untuk roh dan juga untuk tanaman cocor bebek. Hal tersebut menggambarkan bahwa suku Dayak Uud Danum sangat menghargai sesamanya. Kutipan tersebut juga menggambarkan bahwa suku Dayak Uud Danum mengakui, menghormati, dan menjaga hubungan dengan roh-roh sesuai dengan kepercayaan mereka.

Selanjutnya adalah tema adat istiadat. Adat istiadat yang dimaksud tentang bagaimana adat tradisi suku Dayak Uud Danum hidup dan dalam melaksanakan pernikahan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 2

Ibunya kemudian membuka petinya. Ia mengeluarkan pakaian, kain untuk melamar seperti syarat melamar di suku Dayak Uud Danum. Kain untuk melamar disatukan dengan sambon setelah itu disatukan dengan rawai. Pakaian untuk ganti, cincin, gelang dan anting-anting.

Pada kutipan di atas, Awak Kesanduk meminta ibunya untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melamar seorang wanita. Tanpa melengkapi persyaratan-persyaratan tersebut, lamaran Awak Kesanduk tidak akan diterima. Kutipan di atas merupakan adat tradisi yang masih berlaku di masyarakat suku Dayak Uud Danum. Kutipan di atas menggambarkan tentang adat tradisi masyarakat tersebut.

2. Struktur Mitos Rombiya Teks B

Struktur instrinsik yang akan dianalisis ada empat unsur. Adapun unsur-unsur tersebut yaitu tokoh, alur, latar dan tema. Berikut ini adalah analisis struktur mitos Rombiya teks B.

a. Tokoh

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra (Mihardja, 2012: 5). Dalam mitos Rombiya teks A, tokoh-tokoh yang dimunculkan yaitu Rombiya, Romamang Sandung, dan Kancil. Tokoh yang terdapat dalam mitos Rombiya hampir

semuanya bersifat mendukung cerita. Berdasarkan pernyataan di atas, penokohan dalam mitos Rombiya teks B adalah sebagai berikut.

1) Rombiya

Rombiya merupakan tokoh utama karena memiliki waktu penceritaan yang lebih lama dibandingkan tokoh lainnya. Rombiya adalah tokoh utama. Sosok Rombiya merupakan sosok yang pemilih dalam hal menerima lamaran dari orang-orang. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Kutipan 1

Rombiya sudah beranjak dewasa. Orang-orang datang pagi pulang malam dan datang malam pulang pagi untuk melamar

Rombiya.”Aduhhaii..” Kata ibunya. Jika Rombiya mengatakan

setuju, orangtuanya melarang. Begitu pula sebaliknya ketika orangtuanya setuju Rombiyalah yang tidak mau. Mata anak tangga pun tenggelam satu, sirih tinggal yang muda saja dan pinang tinggal yang masih muda karena terlalu banyak orang datang ke rumah.

Berdasarkan kutipan di atas, jelas bahwa tokoh Rombiya adalah seorang yang sangat selektif. Hal tersebut terlihat dari kutipan di atas. Rombiya tidak kunjung menikah karena tidak ada yang sesuai dengan yang ia inginkan.

2) Romamang Sandung

Romamang Sandung adalah roh halus yang mendiami kuburan. Tokoh ini merupakan tokoh yang menimbulkan konflik. Romamang Sandung adalah sosok yang licik. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kutipan 1

“Hari sudah malam, tidurlah Rombiya,” kata Romamang. ”Begini.. kau kalau pagi-pagi hari sudah terang segera masak nasi dan sayur. Setelah itu hidangkan untuk kita dan siapkan bekalku.

Jangan lupa sirih pinang dimasukkan juga!” lanjutnya. ”Aku sedang membuat sampan.”

Dokumen terkait