• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H ADAM MALIK

3.3 Instalasi Farmasi RSUP H Adam Malik

3.3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmas

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Nomor OT.01.01./IV.2.1./10281/2011. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan telah mengalami perubahan untuk meningkatkan efisiensi dan pendekatan pelayanan kesehatan yaitu dilakukannya penggabungan Instalasi Anestesi dan terapi Intensif (IATI) dengan Instalasi Bedah Pusat (IBP) menjadi Instalasi Central Medical Unit (CMU).

3.3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik

Direktur Utama

Direktur Umum dan Operasional

Ka. Instalasi Farmasi

Wa.Ka. Instalasi Farmasi

Ka. Tata Usaha

Ka. Pokja Farmasi Klinis Ka. Pokja Perencanaan dan Evaluasi Ka. Pokja Perbekalan Ka. Pokja Apotek I Ka. Pokja Perbekalan Ka. Depo Farmasi IGD Ka. Depo Farmasi Rindu A Ka. Depo Farmasi Rindu B

Ka. Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensive Ka. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat

3.3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan menggantikan tugas kepala instalasi farmasi apabila kepala instalasi farmasi berhalangan hadir.

3.3.2.3 Tata Usaha Farmasi

Tata usaha farmasi bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian instalasi farmasi.

3.3.2.4 Kelompok Kerja

a. Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja perencanaan dan evaluasi sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi dalam melakukan evaluasi laporan pelayanan kefarmasian dan melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi, juga bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dan pengadaan sediaan farmasi untuk kebutuhan Rumah Sakit.

b. Pokja Perbekalan

Pokja perbekalan sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali

perbekalan farmasi, mengusulkan pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi yang tidak layak pakai.

c. Pokja Apotek I

Pokja apotek I sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai pasien BPJS dan pasien umum serta melaksanakan SIRS instalasi farmasi.

d. Pokja Apotek II

Pokja apotek II sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien umum, BPJS Mandiri, pasien perusahaan serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi.

e. Pokja IGD

Depo farmasi IGD sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien IGD.

f. Depo Farmasi Rindu A

Depo farmasi Rindu A sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu A.

g. Depo Farmasi Rindu B

Depo farmasi Rindu B sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu B.

h. Depo Farmasi Anestesi dan Terapi Intensif

Depo farmasi Anestesi dan Terapi Intensif sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.

Pokja farmasi klinis sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelayanan Farmasi Klinis.

j. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat

Depo farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok sediaan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan sediaan farmasi untuk pasien Instalasi Bedah Pusat.

3.3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.3.3.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan perbekalan farmasi ini berdasarkan :

• Formularium

• Standar sediaan farmasi yang telah ditetapkan

• Pola penyakit

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Formularium Nasional (Fornas), dan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO),dan e-catalogue. Penentuan pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi yaitu dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit.

3.3.3.2 Perencanaan

Perencanaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga sediaan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat. Adapun perencanaan kebutuhan dilakukan melalui beberapa metode:

l. Metode konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi sediaan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah sediaan farmasi yang dibutuhkan yaitu pengumpulan dan pengolahan data dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

b. Metode epidemiologi

Perhitungan kebutuhan dengan metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu. Langkah-langkah dalam metode ini adalah menentukan jumlah/frekuensi penyakit dan menyediakan standar pengobatan.

c. Metode kombinasi

Berdasarkan konsumsi dan epidemiologi yaitu menghitung perkiraan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai standar pengobatan.

3.3.3.3 Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUP H. Adam Malik dibagi menjadi 2 bagian yaitu dengan menggunakan sistem

e-catalogue oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang dibuat oleh Lembaga

Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP) dan pengadaan manual

(non e-catalogue) yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi.

Metode pengadaan meliputi pelelangan/ kontrak/ tender sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 yaitu penunjukkan langsung dan pembelian langsung. Pembelian langsung dilakukan untuk pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan harga kurang dari 50 juta dan mengutamakan sediaan generik dengan 3 pembanding distributor, sedangkan penunjukan langsung dilakukan untuk pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan harga kurang dari 200 juta dengan kontrak/tender.

3.3.3.4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian dengan kondisi fisik yang diterima meliputi: jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga tertera dalam kontrak atau surat pesanan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:

- Harus sesuai antara faktur/surat pengantar dengan surat pesanan barang. - Harus sesuai kontrak (SPK).

- Kondisi fisik barang dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun. - Bahan baku harus disertai sertifikat analisa.

(MSDS).

- Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai Certificate of

Origin.

Penerimaan sediaan farmasi dilaksanakan oleh panitia penerima. Didalam panitia penerima harus terlibat tenaga apoteker. Setelah penerimaan barang kontrak/SPK selesai dibuat berita acara penerimaan oleh panitia penerima. Setiap penerimaan sediaan farmasi di entri ke komputer SIRS.

3.3.3.5 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara sediaan farmasi. Pokja perbekalan bertanggung jawab atas penyimpanan sediaan farmasi di gudang dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock sediaan farmasi. Pokja, Depo Farmasi dan instalasi user (SMF) bertanggung jawab atas penyimpanan sediaan farmasi di unit kerja masing-masing dan melaksanakan pengendalian serta menentukan buffer stock sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

Penyimpanan sediaan farmasi dilakukan di gudang BPJS, gudang Floor

Stock, gudang umum serta di gudang bahan berbahaya dan mudah terbakar.

Sediaan farmasi disimpan pada tempat yang aman dan terhindar dari kehilangan, suhu ruangan penyimpanan diatur pada suhu 15-30ºC dan kelembapan 59-80%, untuk sediaan farmasi yang stabil pada suhu 2-8ºC disimpan dalam lemari pendingin yang dilengkapi dengan alat pengukur suhu, untuk obat berkewaspadaan tinggi (High Alert) disimpan secara terpisah dari sediaan farmasi yang lain dan diberi label atau penandaan khusus berwarna merah. Penyimpanan untuk bahan berbahaya, terpisah dari obat atau perbekalan farmasi lainnya.

Penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) diberi jarak antara satu dengan yang lainnya dan diberi tanda atau label LASA berwarna hijau. Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus dengan sistem double

lock dan dibuat kartu stock tersendiri.

Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan: a. Jenis sediaan farmasi.

b. Kelas terapi, LASA dan High Alert. c. Bentuk perbekalan farmasi.

Disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

3.3.3.6 Pendistribusian

Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan instalasi farmasi dengan menggunakan sistem:

a. Floor Stock.

b. Resep perseorangan/Kartu Obat Pasien.

c. One Day Dose Dispensing (ODDD)/One Unit Dose Dispensing (OUDD).

Distribusi sediaan farmasi yang masuk kedalam paket pelayanan atau

tindakan yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor stok. Distribusi perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien rawat inap dilakukan dengan sistem one day dose dispensing. Distribusi sediaan farmasi untuk kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan. Distribusi sediaan farmasi untuk pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor stok, resep perseorangan, dan one unit dose dispensing. Distribusi perbekalan farmasi untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stok (paket) dan one unit

dose dispensing. Distribusi sediaan farmasi pada hari libur panjang (lebih dari tiga hari) dari pokja perbekalan ke pokja/depo farmasi dilaksanakan dengan sistem on call.

a. Pemberian obat dan penulisan resep:

- Pemberian obat kepada pasien berpedoman kepada formularium rumah

sakit, Formularium Nasional untuk pasien BPJS. - Penulisan resep/kartu obat dengan nama generik

- Penulisan resep ditulis pada blanko resep dan Kartu Obat Pasien (KOP)

RSUP H. Adam Malik sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang lengkap.

- Penulisan/permintaan obat bermerek untuk pasien BPJS dapat diganti

dengan obat yang termasuk dalam Formularium Nasional dengan generik yang sama dan kadar yang sama.

b. Pelayanan obat pasien rawat jalan:

- Resep yang dapat dilayani adalah resep yang sudah memenuhi persyaratan

yang sudah ditentukan.

- Pemberian obat maksimal untuk tiga hari kecuali antibiotik, obat antifungi dapat diberikan sesuai dengan yang ditentukan lima hari dan kasus-kasus tertentu/penyakit kronis dapat diberikan maksimal untuk pemakaian satu bulan.

- Jumlah/jenis obat setiap lembar resep maksimal tiga macam. c. Pelayanan obat pasien obat rawat inap dilakukan dengan sistem:

- ODDD (One day dose dispensing).

- Pemberian obat pasien pulang maksimum tiga hari.

3.3.3.7 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.

3.3.3.8 Pengendalian

Adapun kegiatan pengendalian di rumah sakit adalah:

a. Memperkirakan atau menghitung jumlah pemakaian rata-rata per periode distribusi.

b. Menentukan stok optimum, stok pengaman dan menentukan waktu tunggu (lead time).

c. Melakukan kegiatan stock opname setiap bulannya.

3.3.3.9 Administrasi

Administrasi sediaan farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan sediaan farmasi secara rutin dalam periode bulanan dan tahunan.

Tujuan administrasi:

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b. Tersedianya informasi yang akurat

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d. Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan

e. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan sediaan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif.

3.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

3.3.4.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan apotik II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontra indikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kemudian resep di telaah oleh apoteker, untuk resep yang tidak tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.

3.3.4.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

3.3.4.3 Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak

diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Rekonsiliasi obat di RSUP HAM telah dilaksanakan.

3.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat (PIO) adalah pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat tentang obat kepada profesi kesehatan lainnya dan pasien. Untuk pasien rawat inap, PIO dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan oleh apotek I dan apotek II, dan juga dilaksanakan oleh seluruh pokja yang ada di IFRS. Kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu menjawab pertanyaan dan melakukan penyuluhan. Penyuluhan di rumah sakit dikoordinasikan oleh PKRS dan yang sudah terstruktur dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu bulan, Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.

3.3.4.5 Konseling

Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pelaksanaan konseling di RSUP H. Adam Malik dilaksanakan belum optimal, dimana data pasien yang di konseling belum disimpan dengan sistem komputer masih dicatat dalam buku. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan Apotek II.

Kriteria pasien yang di konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, penderita yang menerima obat dengan indeks terapi sempit (misalnya digoksin, karbamazepin), pasien lanjut usia, anak-

anak, penderita yang tidak patuh dalam meminum obat, pasien dengan resep polifarmasi (5 atau lebih obat) dan pasien yang menggunakan obat dengan tehnik khusus.

3.3.4.6 Visite

Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multidisplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker dalam melakukan kegiatan ini menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaan nya, aturan pemakaian, dosis yang diberikan dan efek samping obat.

3.3.4.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantuan terapi obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Pemantauan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite.

3.3.4.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bertujuan untuk memantau efek samping obat yang jarang dan berbahaya. Kegiatan monitoring efek samping obat di RSUP. H. Adam Malik dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di RSUP. H. Adam Malik dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan efek samping obat yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja farmasi klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang efek samping obat yang jarang dan

berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir ESO dan selanjutnya dikirimkan ke Pusat Meso Nasional.

3.3.4.9Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau. Program ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik bersamaan pada saat visite.

3.3.4.10 Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan khusus merupakan kegiatan pelayanan yang di mulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai di sertai dokumentasi. Dispensing sediaan steril yang telah dilakukan oleh pokja farmasi klinis adalah penanganan sediaan sitostatika.

3.3.4.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Pemantauan kadar obat dalam darah merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau usulan dari Apoteker kepada dokter. Pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP HAM belum terlaksana.

Dokumen terkait