• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3.4 Model organisasi K3.

Model organisasi K3 ada dua yaitu:

a. Model 1: merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada KPS PSTKG. Bentuk organisasi K3 di PSTKG merupakan organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di PSTKG dan disesuaikan dengan kondisi atau unit masing-masing.

b. Model 2: merupakan unit orgaisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab langsung ke KPS. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3PSTKG, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di PSTKG.

KPS

Bidang Akademik

Bidang Kemahasiswaan

Bidang sarana dan prasarana Ketua K3PSTKG Sekretaris Anggota Anggota

3.3.5 Keanggotaan.

Keanggoataan dari organisasi K3PSTKG adalah:

a. Organisasi atau pelaksana K3PSTKG beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan jajaran pengurus PSTKG.

b. Organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG terdiri dari sekurang-kurangnya ketua, sekretaris, dan anggota. Organisasi atau unit pelaksana K3 dipimpin oleh ketua.

c. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota.

d. Ketua organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi di PSTKG atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung KPS PSTKG. e. Sedang sekretaris organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG adalah seorang tenaga

profesional K3 PSTKG, yaitu ahli K3 atau manajer K3.

3.3.6 Mekanisme Kerja.

a. Ketua organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG.

b. Sekretaris organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretaiatan dan melaksanakan keputusan organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG.

c. Anggota organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG mengikuti rapat organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di PSTKG. Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan kerja. Dan sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik kerena kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan serta lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.

Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja PSTKG terutama yaang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisannya. Data dan informasi dibahas dalam organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada KPS PSTKG. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG serta alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.

Organisasi atau unit pelaksana K3PSTKG membantu melakukan upaya promosi di lingkungan PSTKG baik pada pegawai, mahasiswa maupun dosen yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di PSTKG.

3.4 Pelaksanaan.

Pelaksanaan K3 meliputi:

1. Penyuluhan K3 ke semua pegawai PSTKG.

2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.

3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, diantaranya: a. Pemeriksaan kesehatan pegawai.

b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat. d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan. e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit.

f. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.

g. Melakukan biological monitoring. h. Melakukan surveilans kesahatan kerja.

3.5 Pemantauan dan Evaluasi.

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di PSTKG adalah salah satu fungsi manajemen K3PSTKG yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3PSTKG itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3PSTKG dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi:

1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan manajemen PSTKG, yang meliputi:

a. Pencatatan dan pelaporan K3. b. Pencatatan semua kegiatan K3. c. Pencaatan dan pelaporan KAK. d. Pencatatan dan pelaporan PAK. 2. Inspeksi dan pengujian.

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai kegiatan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis).

3. Melaksanakan audit K3.

Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.

Tujuan audit K3:

a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.

b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan. c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan

mutu.

Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

BAB 4 PENUTUP

Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan K3PSTKG.

1. Mensosialisasikan kebijakan K3 pada seluruh karyawan, dosen dan mahasiswa. 2. Menyediakan sarana kesehatan kerja.

Kebersihan adalah dasar dari cara bekerja yang aman dan sehat. Beberapa faktor di bawah ini juga harus dijalankan berkaitan dengan kebersihan lingkungan kantor:

a. Merokok hanya diperkenankan di suatu tempat yang telah ditentukan.

b. Untuk keperluan air minum bagi karyawan, hanya diperbolehkan menggunakan air mineral dalam kemasan yang telah terjamin kualitas kebersihannya.

c. Ventilasi udara dan penerangan harus cukup, perawatan terhadap AC harus diperhatikan untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

d. Sarana obat-obatan (kotak P3K) harus tersedia di setiap ruangan dan isinya harus diperbaharui dan dilaksanakan pemeriksaan berkala.

e. Tempat kerja mempunyai ruang yang cukup lapang dan bebas halangan dari bahaya.

3. Mensosialisikan penggunaan alat pelindung diri.

4. Menyediakan alat pelindung diri bagi semua karyawan.

Merupakan kewajiban setiap karyawan, dosen dan mahasiswa dilingkungan PSTKG untuk memakai alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga semua SDM yang ada dapat melindungi diri dari segala resiko yang mungkin terjadi. Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

a. Pakaian pelindung : baju lab. b. Pelindung respirator : masker

c. Pelindung mata : kaca mata, disesuaikan dengan tempat dan resiko pekerjaan yang dilakukan.

d. Pelindung tangan : sarung tangan, disesuaikan dengan tempat dan resiko pekerjaan yang dilakukan.

e. Pelindung telinga : saat bekerja ditempat dengan tingkat kebisingan > 85 db. 5. Mensosialisasikan petunjuk penggunaan paralatan dalam praktikum.

6. Menetapkan kebijakan perlindungan lingkungan, diantaranya melalui: a. Sistem manajemen pengelolaan limbah.

Sampah harus dibuang dalam tempat sampah yang disediakan serta sesuai dengan kode warna (colour coding) dan sampah makanan hanya boleh dibuang ke dalam tempat sampah makanan dan tidak diperbolehkan berada selama lebih dari 24 jam di tempat sampah.

Warna Hijau : untuk sampah organik (makanan, dedaunan, kertas, dll). Warna Kuning : untuk sampah anorganik (plastik, mika, kaca, kain, sisa bahan

tanam, dll).

Warna merah : untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya (tinta foto copy, tinta printer, spidol, sisa polimer, sisa monomer, dll). b. Penghematan sumber daya alam.

Melakukan usaha-usaha penghematan sumber daya dengan cara penghematan terhadap pemakaian listrik dan air.

c. Perlindungan hutan.

Membantu perlindungan hutan di indonesia dengan cara menerapkan kebijakan terhadap penghematan pemakaian kertas dengan menggunakan e-mail dalam aktifitas perkantoran.

7. Mengadakan pelatihan K3.

Pendidikan dan pelatihan karyawan diperlukan untuk memastikan bahwa setiap karyawan mempunyai keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan pelatihan dibidang K3, diharapkan semua karyawan dapat memahami pentingnya K3 dilingkungan tempat bekerja.

8. Mensosialisasikan keadaan darurat pada semua karyawan, dosen dan mahasiswa, misalnya bahaya kebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori (2007). Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. USU Repository. Available from; http://www.library.usu.ac.id. accessed on Maret 2008.

Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan.

Available from; http://www.binarasano.co.id. accessed on 8 Maret 2008.

Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja (2004). Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI.

Irga (2008). Kesehatan Kerja. Available from; http://www.irwanashari.blogspot.com. ccessed on Maret 2008.

Leimena, S.L, dkk (1991). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.

Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja (2002). Alat Pelindung Diri. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sumakmur, PK (1988). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV. Haji Masagung, Jakarta.

Tresnaningsih, Erna (2008). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Setjen Depkes RI. Available from; http://www.depkes.go.id. accessed on Maret 2008.

Wijono, Joko (2007). Manajemen Program dan kepemimpinan kesehatan. CV. Duta Prima Airlangga.

Yulini, Emma (2002). Introduction to Office Hygiene (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Available from; http://www.phitagoras.co.id. accessed on Maret 2008.

PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT DI LABORATORIUM TEKNIK GIGI

1. SAND BLASTER

a. Cek : pasir dalam sand blaster terisi penuh, sarung tangan pada blaster tertutup rapat

b. Buka kran compressor c. Nyalakan lampu saklar

d. Gunakan sand blaster dengan menginjak pedal e. Apabila selesai menggunakan matikan lampu saklar f. Tutup kran kompressor

2. PORCELAIN FURNACE

a. Hidupkan mesin dengan menekan tombol Switc on/off pada bagian belakang furnace (dalam posisi “I”) selama kurang lebih 10 detik. Layar akan menyala secara otomatis dan furnace siap digunakan

b. Untuk melakukan pembakaran  Letakkan coping pada firing tray

 Buka kepala furnace dan letakkan firing tray kedalamnya (pastikan posisi firing tray tidak menghalangi kepala furnace untuk menutup rapat)

 Pilih program yang diinginkan dan tekan ”enter” (furnace akan menutup dengan sendirinya dan proses pembakaran berlangsung)

 Tunggu proses pembakaran selesai, waktu dan suhu pembakaran tertera pada display

 Apabila kepala furnace telah terbuka, tunggu sampai furnace mengeluarkan suara dan firing tray siap untuk dikeluarkan

 Tutup kepala furnace dengan menekan tombol disebelah kanan furnace (gambar furnace tertutup)

c. Setelah selesai digunakan alat segera dimatikan

 Cek, furnace tidak dalam keadaan beroperasi dan kepala furnace dalam keadaan tertutup rapat

 Matikan mesin furnace dengan menekan tombol Switch on/off pada bagian belakang furnace (dalam posisi “O”)

3. BURN OUT FURNACE a. Sankin auto furnace

a. Tekan saklar on/off pada bagian belakang mesin b. Alat siap digunakan suhu maksimal 850°C

c. Apabila alat telah selesai digunakan maka alat dimatikan dengan menekan saklar on/off

b. Program K9

a. Tekan saklar on/off

b. Tekan dan tahan tombol Run/Abort hingga lampu indikator menyala

c. Alat siap digunakan pada keadaan normal (voltage stabil), suhu 1000°C akan dicapai dalam waktu 2 jam

d. Apabila alat telah selesai digunakan maka alat dimatikan yaitu dengan menekan Run/Abort hingga lampu indikator mati

e. Tekan saklar on/off untuk mematikan mesin

c. Programix 100

a. Tekan saklar on/off yang ada disebelah kana mesin

b. Pastikan seluruh program belum berjalan/lampu indikator tidak menyala, yang ada hanya tampilan suhu awal pada display

c. Tekan depart/stop hingga lampu ndikator menyala semua.

d. Kemudian tekan cycle dan oven siap bekerja pada keadaan normal (voltage stabil), suhu 1000°C akan dicapai dalam waktu 1,5 jam

e. Apabila alat telah selesai digunakan maka alat dimatikan yaitu dengan menekan depart/stop hingga lampu indikator mati

f. Tekan saklar on/off untuk mematikan mesin

d. EP 600 Press Furnace

a. Hidupkan mesin dengan menekan tombol on/off pada bagian belakang furnace dan pada display akan nampak logo EP 600

c. Hasil test akan nampak pada display, jika tidak terjadi malfungsi/ mesin tidak

error, program preheating akan dimulai (preheating berfungsi untuk

mengendalikan suhu optimum dari mesin). Proses preheating berlangsung selama 30 menit.

d. Setelah preheating selesai mesin siap digunakan.

e. Pilih program yang di inginkan dan tipe dari bumbung tuang f. Buka kepala furnace dengan tombol yang telah tersedia

g. Letakkan bahan tanam, ingot dan alox plunger kedalam furnace

h. Tekan tombol ”start”, LED pada tombol start akan menyala (proses akan dimulai secara otomatis)

i. Apabila proses pressing telah selesai maka kepala furnace akan terbuka secara otomatis dan mesin akan berbunyi

j. Pindah bahan tanam dari dalam furnace dan letakkan pada ”cooling grid” hingga dingin

k. Program akan kembali dalam keadaan semula setelah tombol stop ditekan. l. Tutup kepala furnace dengan menekan tombol yang tertera pada bagian kanan

layar

m. Setelah kepala furnace tertutup rapat dan mesin tidak digunakan lagi, maka segera matikan mesin dengan menekan tombol on/off pada bagian belakang furnace.

4. TRIMMER

a. Hidupkan tombol on/off yang ada dibagian samping mesin b. Letakkan model pada “table plate”

c. Trimming model dengan mengikuti panduan sudut yang ada pada “table plate” d. Setelah selesai digunakan, matikan alat dengan menekan tombol on/off yang ada

dibagian samping mesin.

5. PINDEKS SYSTEM

e. Hidupkan mesin pindex dengan menekan tombol on/off yang berada di bagian belakang pindex

a. Letakkan model pada permukaan meja kerja dan luruskan titik lampu dengan tanda pansil pada model (yang akan dilubangi)

b. Gunakan kedua tangan, kedua jempol untuk memegang model sedangkan jari yang lain memegang ujung meja kerja.

c. Tekan meja kerja kebawah perlan-lahan hingga titik lampu dan mesin mati secara otomatis.

d. Lepaskan meja kerja secara perlahan.

Matikan mesin dengan menekan tombol on/off pada bagian belakang furnace setelah mesin pindex selesai digunakan

6. CASTING MACHINE

a. CENTTRIFUGAL CASTING MACHINE

 Putar lengan sebanyak 3 kali kemudian kunci dengan pin

Blow torch dinyalakan dan disetel keseimbangan tekanan “gas-air/oxygen

torch”

Crucible dopanaskan (preheated) diatas batu tahan api

Kemudian letakkan crucible di ”casting ring” dan letakkan logam pada “crucible

casting”

Panaskan logam dengan api dari “blowtorch” dengan menggunakan api jenis “reducing zone” hingga logam mencair, berwarna keperakan dan menggumpal  Setelah logam siap tuang, lengan casting machine dilepas dari pin dan biarkan

berputar

 Jika putaran telah berhenti maka bumbung tuang bisa dipindahkan

b. INDUCTION CSTING MACHINE

 Tancapkan stop kontak.

Nyalakan stavolt (power supply), tunggu hingga posisi stabil 220V Tekan tombol “Marche/Arret” (“on/off”)

 Buka tutup mesin

 Pastikan lengan casting berada pada posisi seimbang (menghadap operator) atu hingga alat berbunyi ”bip”

Masukkan logam kedalam crucible casting  Tutup penutup mesin

Tekan ”fusion”, tunggu hingga logam benar-benar mencair

Tekan ”inject”, proses pengecoran logam berjalan tunggu 1-2 menit. Tekan ”stop”

Tekan tombol “Marche/Arret” (“on/off”)  Matikan stavolt.

 Lepaskan stop kontak.

7. POLISHING MACHINE

Pasang alat poles pada “handler chuck” sesuai yang diperlukan (felt cone atau

brush)

a. Basahi alat poles

b. Hidupkan mesin dengan menekan tombol ”on/off” c. Gunakan alat

d. Jika selesai digunakan maka segera matikan alat dengan menekan tombol ”on/off”.

8. MICROMOTOR

a. Hidupkan tombol on/off, lampu hijau akan menyala

b. Gunakan “variabel” jika ingin menggunakan pedal sebagai pengendali motor c. Gunakan “on/off” jika menggunakan pengendali “turning speed control” d. Jika sudah tidak digunakan, matikan alat dengan menekan tombol “on/off”

9. ALAT GERINDA & HAND PIECE

a. Hand piece memasukkan dan mengeluarkan mata bur

Buka kunci hand piece dengan memutar “lifting chuck control” hingga membentuk sudut 90°C

 Masukkan mata bur sesuai kebutuhan

Tutup kunci hand piece dengan mengembalikan “lifting chuck control” kea rah semula.

b. Alat gerinda

 Tancapkan stop kontak

 Masukkan hand piece ke ujung bur  Mesin siap digunakan

“foot control” digunakan untuk mengatur kecepatan sesuai yang diinginkan.

10. ULTRASONIC CLEANER

a. Hidupkan mesin yang telah terhubung dengan listrik dengan menekan tombol

on/off pada bagian depan mesin

b. Alat siap digunakan, masukkan coping ketabung yang berisi alkohol terlebih dahulu c. Kemudian putar pengatur waktu (sesuai dengan aturan pemakaian bahan)

d. Setelah alat berhenti, pindahkan coping ke tabung yang berisi aquades dan putar pengatur waktu (sesuai dengan aturan pemakaian bahan)

e. Setelah alat berhenti, keluarkan coping dan matikan alat dengan menekan tombol on/off.

11. ELECTRO POLISHING

a. Tancapkan stop kontak

b. Masukkan logam kedalam tabung yang berisi larutan dengan cara menggantungkan logam pada gantungan/ cantolan yang telah disediakan pastikan seluruh bagian logam masuk kedalam larutan.

c. Atur waktu sekitar 20-30 menit untuk mencapai hasil maksimal.

d. Pastikan penunjuk amper meter menunjukkan angka 6-8 ampere dengan cara menggerakkan tombol merah atau dengan melihat lampu indikator yang berwarna hijau (jika menyala berarti mesin telah menunjukkan angka yang tepat)

e. Mesin akan berhenti secara otomatis. f. Matikan alat setelah digunakan.

12. HIDROKOLOID MELTING MACHINE (Duplicating Unit)

b. Masukkan kedalam duplicating unit

c. Hidupkan mesin dengan menekan tombol on/off

d. Tunggu hingga duplicating unit mencapai suhu 90°C -100°C (semua agar meleleh) e. Dinginkan agar hingga mencapai suhu 50°C-55°C

f. Tuangkan agar kedalam duplicating flask

13. HIGH SPEED GRINDER

a. Tancapkan stop kontak

b. Nyalakan lampu dengan menekan tombol “switch lamp” ( tombol kanan)

c. Geser “handle pembuka knoop” untuk memasukkan mata bur yang dibutuhkan (separating disc) kemudian tutup kembali.

d. Hidupkan mesin dengan menekan tombol “on/off” (tombol kiri) dan alat siap digunakan.

e. Matikan mesin setelah pekerjaan selesai dilakukan.

f. Keluarkan mata bur dengan menggeser ”handle pembuka knoop” dan tutup kembali.

g. Matikan lampu dengan menekan ”switch lamp” (tombol kanan) h. Lepaskan stop kontak.

14. HYDROLIC PRESS

a. Kuvet diletakkan pada “press plate” dengan “pressure release value” dalam keadaan terbuka

b. Press kuvet dengan “hand screw”

c. “pressure release value ditutup” dan “ram” serta “press plate” dipompa naik secara perlahan dengan memompa “pump level”

d. Pompa sampai tekanan mencapai tekanan yang diinginkan

e. Apabila jarum pada ”built-in gauge” belum menunjukkan tekanan yang diinginkan atau setelah dipompa tekanannya turun kembali maka pompa kembali hingga mencapai tekanan yang diinginkan

f. Buka ”pressure release value” untuk membebaskan kuvet dan “press plate” akan kembali ke posisi permukaan secara otomatis.

15. LIGHT CURING UNIT

a. Hidupkan light curing unit dengan menekan tombol on/off

b. Kemudian letakkan restorasi yang akan disinar ke ujung alat dan tekan tombol satu kali

c. Jika restorasi tebal bisa tekan tombol lebih dari satu kali agar restorasi mendapatkan primery polimerisasi secara sempurna

d. Setelah digunakan, matiakan alat dengan menekan tombol on/off e. Poles restorasi yang telah terpolimerisasi sempurna

f. Setelah selesai, masukkan restorasi kedalam oven unit agar restorasi mendapatkan

secondary polymerization sehingga restorasi terpolimerisasi secara sempurna

g. Tekan tombol on/off dan biarkan hingga alat berbunyi

h. Setelah alat berbunyi matikan alat dengan menekan tombol on/off dan keluarkan restorasi

PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

APAR : alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api di awal terjdinya api.

Jenis APAR dan klasifikasi penggunaannya

Berat : ≤ 16 kg.

Jenis : busa/foam, gas (CO2 dan BCP/hallon), dry chemical/powder

Klas Api Sumber Jenis APAR

Powder Foam CO2, hallon

A Benda padat mudah terbakar (kertas, kayu, kain, dll) Y Y Y B Cairan yang mudah terbakar (bensin, minyak, oli, dll) Y Y Y

C Alat-alat listrik Y N Y

D Komputer, peralatan presisi, dll N N Y

Note: Y= yes, N= No

SOP penggunaan APAR

a. Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau

b. Bawa ke sumber api dan jaga jarak ± 3 m, dan jangan melawan arah angin

c. Bentangkan hose pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan semprotkan sampai padam

Posisi kode penempatan APAR

a. Mudah dijangkau

b. Tidak terhalang/tertutup benda lain c. Ditandai dengan rambu “APAR”

Dokumen terkait