• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDRIANI NOVITA PRATIWI. Analisis Pemetikan dan Pengaruhnya terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari sampi 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai aspek pemetikan daun teh serta menambah dan mengembangkanketerampilan di lapangan dan membandingkan dengan teori yang telah didapat di bangku kuliah. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek - aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis pemetikan sehingga dihasilkan pucuk teh yang bermutu.

Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti langsung segala kegiatan yang telah dijadwalkan oleh perusahaan, metode tidak langsung dilakukan dengan mengambil data sekunder yang bersumber dari arsip maupun laporan-laporan dari kantor.

Kegiatan langsung yang dilakukan penulis meliputi kegiatan yang bersifat teknis maupun manajerial. Kegiatan yang bersifat teknis dilakukan selama satu bulan dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) diantaranya: pemeliharaan pembibitan, pmeliharaan TBM dan TM serta pemetikan. Kegiatan yang bersifat manajerial meliputi satu bulan menjadi pendamping mandor dan dua bulan menjadi pendamping kepala blok. Selama menjadi pendamping mandor kegiatan yang dilakukan diantaranya membantu mengawasi pekerja dan membuat laporan harian atau mingguan. Sedangkan selama menjadi pendamping kepala blok kegiatan yang dilakukan diantaranya membantu mengawasi mandor, membentu pembuatan laporan upah dan belajar mengenai pembuatan RKAP.

Kegiatan pemetikan di UP (Unit Perkebunan) Tanjungsari menerapkan jenis pemetikan medium dan memiliki gilir petik yang masih bervariasi antara 8 - 19 hari.

bahkan cenderung berlebih. Kondisi tanaman di UP Tanjungsari sedang dalam kondisi yang tidak sehat sehingga diadakan Program Recovery yang bertujuan untuk menyehatkan tanaman kembali. Program Recovery ini berisi beberapa kegiatan yang umumnya tidak dilakukan dalam budidaya tanaman teh, tetapi dilakukan di UP Tanjungsari agar tanaman dapat sehat kembali.

Analisis pemetikan di UP Tanjungsari terdiri dari analisis petik yang dilakukan oleh mandor di kebun dan analisis pucuk yang dilakukan di pabrik pengolahan. Rata - rata dari analisis petik pada masing-masing blok selama bulan Maret-Mei 2011 adalah 44.41 % dan termasuk dalam petikan medium. Analisis pucuk untuk masing-masing blok selama bulan Maret - Mei 2011 berkisar antara 33.89 % - 45.95 % untuk pucuk memenuhi syarat olah (MS). Analisis pemetikan diantaranya dipengaruhi oleh gilir petik, ketinggian tempat, tahun pangkas dan jenis klon.

Gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik akan semakin luas. Hal ini karena semakin pendek gilir petik maka pertumbuhan peko semakin banyak sehingga hanca petik juga semakin luas. Ketersediaan pucuk ini harus diimbangi dengan penanganan yang tepat setelah pemetikan agar mutu pucuk tetap terjaga dari saat pemetikan sampai pucuk sampai di pabrik dan diolah. Ketersediaan pucuk juga mempengaruhi kapasitas pemetik, semakin banyak ketersediaan pucuk maka kapasitas pemetik juga akan semakin besar. Ketepatan kegiatan pemetikan harus didukung oleh sarana panen dan transportasi agar kegiatan panen dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan perusahaan.

Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas adalah tahun pangkas. Produktivitas berdasarkan tahun pangkas di UP Tanjungsari mencapai puncaknya pada tahun pangkas ketiga yaitu rata-rata untuk ketiga blok adalah 2 562.68 kg/ha/th. Produktivitas tanaman mulai menurun pada tahun pangkas keempat sehingga pada tahun pangkas keempat tanaman perlu dipangkas untuk menaikkan produksi dan produktivitasnya. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh kembali dan mengahsilkan pucuk - pucuk baru yang berkualitas.

Latar Belakang

Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara - negara Cina Selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis (PPTK, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684 berupa biji teh dari Jepang. Biji teh ini dibawa oleh seorang warga Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Sekarang teh telah banyak dibudidayakan dalam bentuk perkebunan, baik yang dikelola oleh negara maupun swasta.

Komoditas teh merupakan tanaman yang menyegarkan dan menyehatkan sehingga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Komoditas teh Indonesia sudah sangat terkenal dan memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa dari China, bahkan sumbangan devisa dari ekspor teh nasional pada tahun 2010 mencapai USD 110 juta (Rp 1 trilyun) per tahun (PTPN VIII, 2010). Peran lain dari subsektor perkebunan teh selain menyumbang devisa bagi negara adalah penyediaan lapangan kerja bagi sebagian penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan pada umumnya letak perkebunan teh berada di pedesaan atau lebih tepatnya pegunungan. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2007), diperkirakan perkebunan teh melibatkan kurang lebih 286 000 tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi di wilayah tersebut.

Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2007 adalah 133 734 ha dengan produksi 150 623 ton dan produktivitas sebesar 1 363 kg/ha/th. Volume ekspornya mencapai 83 658 ton, sedangkan volume impornya mencapai 10 336 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Pada tahun 2009 luas areal perkebunan teh Indonesia mengalami penurunan menjadi 123 506 ha tetapi didukung dengan kenaikan produksi menjadi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 432 kg/ha/th (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Peningkatan produksi tanaman teh dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang baik dan benar agar diperoleh pucuk teh yang bermutu tinggi baik secara kualitas maupun kuantitas. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam pengolahan teh, baik teh hitam maupun teh hijau (PPTK, 2006). Mutu pucuk hasil pemetikan, yaitu kehalusan dan keseragaman jenis pucuk dipengaruhi oleh panjang daur pemetikan (Mahmud dan Sukasman, 1988). Kualitas pucuk juga dapat ditingkatkan dengan memperhatikan cara dan jenis pemetikan serta manajemen tenaga kerja.

Pemetikan sendiri merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Melalui sistem pemetikan yang dilaksanakan, diharapkan dapat mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil panen (Setyamidjaja, 2000).

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai aspek pemetikan daun teh serta menambah dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh di lapangan dan membandingkannya dengan teori yang didapat di bangku kuliah.

Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek - aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis petik.

Botani Teh

Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk kedalam famili Theaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden, 1965). Tanaman teh berasal dari daerah subtropis pada 250 LU - 350 LS dan 950 BT - 1050 BT yang terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini akan tumbuh baik di daerah dataran tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan tanaman teh juga dapat tumbuh di dataran rendah tetapi dengan mutu yang kurang baik.

Tanaman teh berbentuk pohon dan biasanya dipangkas ketika tingginya mencapai 90 - 120 cm. Menurut Putri (2002) ketinggian tanaman teh berbeda - beda, untuk teh Cina ketinggiannya dapat mencapai 2.75 m, sedangkan teh jenis Assamica mencapai 6 - 8 m. Akar tanaman teh merupakan akar tunggang yang panjang, daunnya berbentuk bulat telur terbalik dengan tepi yang bergerigi.

Syarat Tumbuh

Ketinggian optimum untuk tanaman teh adalah 700 - 1 200 m dpl, sebagaimana yang terlihat di beberapa perkebunan teh di Jawa barat. Tanaman teh yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 1 200 m dpl akan menghasilkan produksi optimum setelah tanaman berumur 10 tahun (Fordham, 1977). Menurut Ghani (2002) semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi pula mutunya.

Lingkungan fisik yang baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman teh. Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2 000 mm - 2 500 mm dan suhu harian berkisar 130 C - 150 C. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang hari tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992).

Kondisi tanah juga turut menentukan mutu daun teh. Tanah dengan kedalaman olah tinggi, berdrainase baik serta kaya unsur hara sangat cocok untuk areal perkebunan teh. Adisewojo (1982) menambahkan tanaman teh dapat tumbuh

 

pada berbagai jenis tanah di daerah pegunungan tinggi, tanah pegunungan tua, tanah laterik merah dan merah tua yang terbentuk bukan dari endapan laut.

Pemetikan

Pemetikan merupakan cara pengambilan hasil tanaman teh berupa pucuk daun yang dilakukan secara teratur dan terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan berfungsi membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000). Teknik pemetikan teh yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau tidaknya produksi teh (Anggorowati, 2008).

Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan oleh perkebunan teh. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pemetikan adalah gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jarak waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan selanjutnya yang dipengaruhi oleh pertumbuhan tunas dan kecepatan pertumbuhan pucuk. Hanca petik adalah luas areal pemetikan yang harus diselesaikan oleh pemetik dalam satu hari (Qibtiyah, 2009).

Menurut Adisewojo (1982), pemetikan teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, dengan tujuan membentuk bidang petik. Setelah tiga sampai lima kali pemetikan jendangan, selanjutnya dapat dilakukan pemetikan produksi. Pemetikan produksi bertujuan untuk mendapatkan pucuk untuk pengolahan serta membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Sedangkan pemetikan gendesan merupakan pemetikan pucuk daun teh yang dilakukan beberapa bulan sebelum tanaman dipangkas dengan tujuan mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan.

Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa selain jenis pemetikan, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemetikan tanaman teh, diantaranya :

 

1. Jenis petikan

Jenis petikan merupakan jenis/macam pucuk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pemetikan. Ada tiga jenis petikan yang umum dikenal, yaitu : a. Petikan halus, merupakan pucuk yang yang dihasilkan dari pucuk peko

(p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m). Rumus petiknya p+1 atau b+1m.

b. Petikan medium, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. Rumus petiknya p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m.

c. Petikan kasar, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t). Rumus petiknya p+4 atau lebih, b+(1+4)t.

2. Giliran petik

Gilir atau daur petik adalah selang atau jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan lainnya yang dihitung dalam hari. Faktor - faktor yang mempengaruhi gilir petik diantaranya :

a. Umur pangkas, semakin tua umur pangkas maka makin panjang daur petiknya.

b. Iklim, gilir petik pada musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan.

c. Elevasi, makin tinggi ketinggian suatu kebun dari permukaan laut, makin panjang gilir petiknya.

d. Kesehatan tanaman, makin sehat tanaman, makin cepat pertumbuhannya.

3. Hanca petik

Hanca petik ataupun areal petik adalah luas areal pemetikan yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari.

 

produksi pucukha 4. Tenaga pemetik

Jumlah tenaga pemetik (TP) dapat dihitung dengan rumus :

th x rendemen kapasitas pemetikHKE

ha /th

x A %

dengan A merupakan persentase absensi pemetik dalam satu tahun.

Analisis Pemetikan

Kegiatan analisis pemetikan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pemetikan yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan suatu perusahaan atau belum. Ada dua macam analisis pemetikan yaitu analisis petik dan analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Petik

Analisis petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Kegunaan analisis petik adalah untuk menilai kondisi tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur maupun cara pemetikan, serta menilai keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Pucuk

Analisis pucuk merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda dan tua serta bagian yang rusak yang dinyatakan dalam persen. Pucuk yang rusak yaitu pucuk yang sobek, terlipat maupun terperam. Tujuan analisis pucuk adalah untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk serta memperkirakan mutu teh jadi yang dihasilkan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk juga dapat digunakan untuk menentukan premi yang diterima pemetik apabila persentase pucuk yang memenuhi syarat olah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan.

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari tanggal 14 Februari sampai tanggal 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT. Tanjungsari, Wonosobo, Jawa Tengah dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Penulis melaksanakan metode langsung dengan mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pembibitan, pemeliharaan TM maupun TBM, pemetikan, administrasi serta manajerial. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip - arsip serta laporan - laporan yang ada di perusahaan.

Kegiatan yang dilakukan penulis dimulai secara bertahap yang diawali dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan. Selama menjadi KHL, penulis melakukan semua kegiatan di bawah pimpinan mandor meliputi pembibitan sampai pemetikan sesuai dengan kegiatan yang telah dijadwalkan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Satu bulan berikutnya penulis bekerja sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi pekerjaan karyawan setiap hari serta mencatat prestasi kerja karyawan pada setiap aspek pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dua bulan terakhir di perusahaan, penulis bekerja sebagai pendamping kepala blok/afdeling. Pendamping kepala blok/afdeling bertugas membantu mengawasi dan mengontrol mandor dan karyawan. Kegiatan lain yang dilakukan penulis ketika menjadi pendamping kepala blok/afdeling diantaranya membantu pembuatan laporan upah karyawan serta membantu admisitrasi kantor kebun yang berkaitan dengan prestasi karyawan. Selama menjadi pendamping kepala

blok/afdeling, penulis tidak hanya melakukan aspek teknis di kebun, tetapi juga mempelajari aspek manajerial di kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping kepala blok/afdeling dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan yang dilakukan untuk aspek khusus dalam kegiatan magang ini adalah pemetikan daun teh secara langsung di lapangan. Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan atau mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan - laporan dan arsip perusahaan. Data sekunder yang diambil dari perusahaan diantaranya data mengenai luas areal perusahaan, topografi, curah hujan lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, serta standar perusahaan dan hal - hal lain yang berhubungan dengan aspek khusus yang akan diamati. Pengamatan dilakukan pada tiap blok berdasarkan tahun pangkas sesuai dengan data - data primer yang dibutuhkan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing tahun pangkas. Peubah - peubah yang diamati meliputi:

1. Analisis petik

Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Masing - masing pemetik diambil segenggam pucuknya untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 gr dan dipisahkan sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen. Analisis petik dilakukan dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi :

•Petikan halus : p+1, p+2m

•Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m •Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1 – 4t)

•Petikan rusak : pucuk yang tidak terpetik sempurna atau terkena hama penyakit

2. Analisis pucuk

Analisis pucuk dilakukan sendiri oleh penulis di kebun dikarenakan UP Tanjungsari tidak memiliki pabrik pengolahan. Analisis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang sama seperti pengambilan sampel untuk analisis petik. Setelah dilakukan analisis petik kemudian dilakukan analisis pucuk. Analisis pucuk di UP Tanjungsari meliputi :

• Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3,b+1m, b+2m, b+3m • Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t

3. Gilir petik dan hanca petik

Gilir petik merupakan waktu dilaksanakannya pemetikan, dari satu pemetikan ke pemetikan selanjutnya. Hanca petik merupakan luas areal yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari. Pengamatan gilir petik dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan pada masing - masing blok, pengamatan hanca petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan hanca petik menggunakan rumus :

Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik gilir petik

Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik

4. Kapasitas petik

Kapasitas petik adalah kapasitas pemetik per hari dalam satu kemandoran. Kapasitas petik diamati selama tiga bulan dari bulan Maret - Mei 2011. 5. Kebutuhan tenaga petik (TP)

Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu :

Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100+absensi) % Kapasitas pemetik x HKE/th

6. Sarana panen dan transpotasi

Sarana panen dan transportasi diamati langsung sesuai dengan kondisi di kebun.

7. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas

Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas didapat dari arsip atau laporan tahunan perusahaan.

Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis deskripstif kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %, rata-rata dan persentase.

t–student =

dengan Sp =

keterangan:

= rata – rata pengamatan 1 dan 2 = ragam contoh 1 dan 2

= jumlah pengamatan 1 dan 2 Sp = simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1 + n2 – 2) (Walpole, 1990).

Sejarah Kebun

PT Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1856 disewakan kepada pengusaha swasta dari Belanda yang bernama D. Nander Ships dan W. D. Jong. Pada tahun 1880-an, PT Tambi dibeli oleh Mr. M.P. Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed. Jacobson yang kemudian secara bersama-sama mendirikan Bagelan Thee en Kina Maatschappi (BTKM) di Wonosobo. Kepengurusan dan pengelolaankebun tersebut kemudian diserahkan kepada Firma Jhon Peet and Co yang berkedudukan di Jakarta.

Pada saat awal kedatangan bangsa Jepang, kebun Tanjungsari digunakan sebagai penjara bagi orang Jepang. Kemudian setelah Indonesia merdeka PT Tambi (kebun Bedakah, Tambi dan Tanjungsari) diambil alih oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah koordinasi Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berpusat di Surakarta. Kantor perkebunan Bedakah dan Tanjungsari pada saat itu dipusatkan di Magelang.

Berdasarkan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada November 1949 maka UP Bedakah, Tambi dan Tanjungsari dikembalikan kepada pemilik semula yaitu BTKM. BTKM tidak segera mengelola ketiga kebun tersebut, sehingga para mantan pegawai PPN membentuk kantor bersama yang dinamakan Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1951. Akhirnya pada tanggal 17 Mei 1954 BTKM menjual ketiga perkebunan tersebut dan berdirilah PT NV ex PPN Sindoro Sumbing.

Pada tahun 1957 tercapai kesepakatan antara Pemerintah Daerah Wonosobo dengan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing, yaitu dengan membagi kepemilikan modal masing - masing 50 % untuk Pemerintah Daerah Wonosobo dan 50 % untuk PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Berdasarkan kesepakatan ini dibentuklah perusahaan baru dengan nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi atau disingkat PT NV Tambi dengan akte Notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman pada tanggal 10 April No. 5/30/25 yang kemudian diterbitkan pada lembaran berita Negara nomor 63 tanggal 12 Agustus 1960.

Seiring dengan perkembangannya, maka perusahaan membangun tiga pabrik pengolahan teh yaitu UP Bedakah, UP Tambi dan UP Tanjungsari. Sejak tahun 1991, UP Tanjungsari hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan teh basah atau pergudangan pucuk daun teh. Pengolahan pucuk yang dihasilkan UP Tanjungsari diolah pada UP Tambi. Pada bulan Mei 2010 kepemilikan modal PT Tambi berpindah dari PT NV ex PPN Sindoro Sumbing ke PT Indo Global dengan 50 % modal lainnya masih dikelola oleh Pemerintah Daerah Wonosobo.

Letak Wilayah Administratif

Unit Perkebunan Tanjungsari merupakan salah satu Unit Perkebunan yang dikelola oleh PT Tambi. Unit Perkebunan Tanjungsari terletak di lereng Gunung Sumbing dan berjarak 14 km dari kota Wonosobo ke sebelah tenggara. Secara administratif UP Tanjungsari terletak di Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kalikajar dengan kantor UP Tanjungsari yang terletak di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Wonosobo.

Batas administratif dari UP Tanjungsari adalah sebelah utara berbatasan

Dokumen terkait