• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Struktur Putusan Hakim

Dalam proses beracara perdata melalui jalur litigasi, selalu akan diakhiri dengan Penetapan Hakim atau Putusan Hakim. Demikian pula dalam perkara yang bersifat HPI, hakim pada pengadilan lex fori akan memberikan penetapan atau putusannya.

Dalam teori hukum formil hukum perdata internasional, hukum yang digunakan untuk beracara adalah hukum acara dari lex fori (hukum forum).

Dengan demikian, pada perkara hukum perdata internasional yang diajukan di pengadilan Indonesia, wajib hukumnya untuk menggunakan hukum acara perdata Indonesia, yakni Het Herziene Indonesisch Reglement, S.1941 Nomor 44 yang sering disebut HIR.

Pasal 178 ayat (1) HIR menyebutkan: “Hakim karena jabatannya wajib menambah dasar-dasar hukum yang tidak diajukan para pihak”. Berkaitan dengan ketentuan pasal tersebut, Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2004 menentukan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum. Hakim wajib untuk memutus perkara. Dengan demikian, hakim tidak boleh menolak untuk mengadili perkara. Dasar untuk memutus perkara adalah hukum. Ketika hakim tidak menemukan hukumnya, hakim tetap wajib memberikan putusannya.

Ketentuan ini membenarkan adagium “Ius curia novit”, hakim dianggap mengenal hukumnya, tahu hukumnya.32

Mengenai isi dan sistematik putusan hakim, di dalam HIR tidak ada ketentuan tentang bagaimana putusan hakim harus dibuat. Sudikno Mertokusumo menyebutkan bahwa suatu putusan hakim terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu: (1) kepala putusan; (2) identitas para pihak; (3) pertimbangan;

dan (4) amar.33

Setiap putusan pengadilan mencantumkan kepala pada bagian atas putusan yang berbunyi: “Demi keadilan berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.

Kepala putusan ini memberi kekuatan eksekutorial pada suatu putusan. Apabila kepala putusan ini tidak dibubuhkan pada suatu putusan pengadilan, maka hakim tidak dapat melaksanakan putusan tersebut (Ps 224 HIR, 258 Rbg).34

Identitas para pihak menjelaskan tentang para pihak yang berperkara, yang sekurang-kurangnya memuat: nama, umur, alamat, dan nama pengacara bila ada/memakai jasa pengacara.

Setiap putusan hakim harus mencantumkan pertimbangan. Menurut Sudikno Mertokusumo, pertimbangan merupakan dasar putusan. pertimbangan dalam putusan perdata dibedakan menjadi dua, yaitu pertimbangan duduknya perkara atau peristiwanya, dan pertimbangan hukumnya.35 Apabila pertimbangan hukum tidak cukup kuat, maka hakim akan mencari sumber hukumnya dalam sumber hukum lain seperti: kebiasaan/hukum kebiasaan setempat, yurisprudensi, perjanjian (jika ada), dan doktrin. Doktrin menjadi sumber hukum yang tak terbatas. Di sinilah kemudian berkembang doktrin/ajaran-ajaran yang telah dikenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

Terlebih dalam sengketa Hukum Perdata Internasional, dimana tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang persoalan hukum perdata

32 Baca Mochammad Dja’is dan RMJ. Koosmargono, 2011, Membaca dan Mengerti HIR Edisi Revisi, Semarang: Penerbit Badan Penerbit Undip, hlm. 181. Bandingkan pula dengan Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata dalam Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju. hlm. 111-112.

33 Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi kedelapan, Yogyakarta:

Liberty, hlm. 222

34 Ibid.

35 Ibid., hlm. 223.

internasional, maka doktrin akan memegang peran penting dalam penyelesaian perkara sengketa HPI.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian mengenai penggunaan doktrin dalam perkara HPI ini dilandasi keingintahuan tentang penggunaan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu pengetahuan hukum. Namun pada saat penelitian ini semula direncanakan di Pengadilan Negeri Semarang. Namun karena pada saat pengumpulan data primer hendak dilangsungkan, terkendala oleh pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka penelitian ini kemudian didasarkan hanya pada penelitian berbasis data sekunder. Perlu pula peneliti sampaikan, untuk membatasi permasalahan, maka kasus yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kasus dalam hukum orang dan keluarga.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap data sekunder, diperoleh beberapa kasus yang cukup menarik perhatian dunia akademisi. Beberapa kasus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kasus Perceraian Manohara Odelia Pinot dengan Tengku Muhammad Fakhry Petra

Manohara Odelia Pinot (dalam tulisan ini akan disebut Manohara) adalah seorang model belia kelahiran Jakarta, 28 Februari 1992.

Manohara lahir dari ayah yang berkebangsaan Amerika Serikat bernama George Manz dan ibunya seorang keturunan bangsawan Bugis bernama Daisy Fajarina. Setelah kedua orangtuanya bercerai, ibunya menikah dengan Reiner Pinot Noack yang berkebangsaan Perancis.36

Perkenalan antara Manohara dengan Tengku Muhammad Fakhry Petra (untuk selanjutnya dalam tulisan ini disebut Tengku Fahkry) putra Sultan Kelantan, terjadi di Perancis pada bulan Desember 2006. Mereka bertemu dalam acara jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia. Dari situlah Tengku Fakhry menjalin

36 https://id.wikipedia.org/wiki/Manohara_Odelia_Pinot, diakses 16 Juni 2020.

hubungan dengan Manohara. Meski selisih usia mereka cukup jauh, namun akhirnya keduanya menikah pada 26 Agustus 2008 di usia Manohara yang masih sangat muda (16 tahun). Perkawinan dilangsungkan di Malaysia. Perkawinan tersebut sempat terganjal mengingat Manohara baru mencapai usia 16 tahun dan tidak ada wali serta surat dari KBRI setempat. Namun, pada akhirnya pernikahan tersebut tetap terlaksana.37 Setelah menikah, Manohara mendapat gelar Cik Puan Temenggong dan menjadi anggota keluarga kerajaan Kelantan.38

Perkawinan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan ini tidak berlangsung lama. Pada akhir tahun 2008 Manohara melarikan diri dari rumah kediamannya di Malaysia ke Jakarta, karena mengalami perlakukan tidak menyenangkan dari suaminya. Ia juga meminta sang suami memenuhi janjinya menggelar pesta pernikahan di Jakarta. Tengku Fakhry kemudian menjemput Manohara, membelikan mobil sebagai hadiah ulang tahun, serta mengajak Manohara beserta keluarganya untuk umrah bersama.

Ketika selesai umrah pada tanggal 9 Maret 2009, Tengku Fakhry membawa istrinya kembali ke Malaysia, namun tidak membawa serta keluarga Manohara. Ibu Manohara, Daisy Fajarina, kemudian menyatakan bahwa ia mengalami pencekalan ketika akan mengunjungi putrinya di Malaysia. Daisy lalu meminta bantuan Pemerintah Indonesia dan Komnas HAM untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada hari Minggu 31 Mei 2009, Manohara tiba kembali di Indonesia bersama dengan ibunya dari Singapura, selepas mengunjungi ayah mertua Manohara, yakni Sultan Kelantan yang tengah sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Singapura.Melalui konferensi pers, Manohara menyatakan bahwa ketika ia bersama keluarga Kerajaan Kelantan sedang berada di Singapura untuk menjenguk Sultan Kelantan yang tengah berobat di Singapura, ia berhasil lolos dari penjagaan

37 https://yinyang8793.blogspot.com/2017/12/makalah-hukum-perdata-internasional.html, diakses 9 Mei 2020.

38 Menjadi anggota keluarga Kesultanan Kelantan berarti memiliki kewarganegaraan Malaysia.

pengawal Kesultanan Kelantan. Dengan bantuan aparat Singapura dan staf diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat, Manohara berhasil bertemu dengan ibunya yang saat itu juga sedang berada di Singapura.

Manohara bersama ibunya segera kembali ke Indonesia. Setelah masa tersebut, dikabarkan bahwa Manohara sempat melaporkan kasus penculikan dan penganiayaan yang dialaminya. Manohara juga menyatakan tidak bersedia kembali ke Kelantan dan menyatakan niatnya untuk bercerai dari Tengku Fakhry.

Pada bulan Juli 2009, Tengku Fakhry mengajukan gugatan cerai terhadap Manohara. Gugatan diajukan di Pengadilan Syariah Islam Malaysia. Sidang pertama digelar pada tanggal 2 Agustus 2009.

Pengadilan Tinggi Malaysia, pada 13 tanggal Desember 2009 memenangkan gugatan Tengku Fakhry. Pengadilan memerintahkan Manohara kembali ke suaminya dan membayar hutang sebesar R.M 1,2 juta yang dipinjamnya, setelah gagal mengajukan pembelaan serta tidak menghadiri kasus pengadilan. Jika Manohara tidak kembali kepada suaminya, pengadilan tersebut menganggapnya telah derhaka (nusyuz, tidak taat), dan oleh karena itu tidak layak memperoleh apa pun dari suaminya.

Pengadilan memerintahkan Manohara mengembalikan uang yang disebutkan sebagai hutang kepada suaminya, dalam tempo 30 hari. Jika tidak bersedia, ia dapat dinyatakan tidak “setia” dan Tengku Fakhry tidak diwajibkan membayar setiap biaya perawatannya. Artinya, perkawinan harus berakhir dengan perceraian, dan pada masa depan Manohara takkan memperoleh kompensasi perceraian karena ketidaksetiaan pada suami serta kehilangan gelar yang diberikan oleh pihak Kesultanan.39

39 Dari berbagai sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Manohara_Odelia_Pinot, diakses tanggal 15 Juni 2020; Pajar Rahmatuloh, Contoh Kasus Hukum Perdata Internasional, https://pajarr.blogspot.com/2011/09/contoh-kasus-hukum-perdata.html, 9 Mei 2020.

2. Kasus Adopsi Tristan Joseph Dowse

Kisah Tristan Joseph Dowse (untuk selanjutnya akan disebut sebagai Tristan Dowse) berawal dari adopsi terhadap seorang bayi bernama Erwin oleh pasangan suami isteri Joseph Dowse dan Lala.

Tristan Dowse adalah seorang anak berkewarganegaraan Indonesia, yang lahir pada 26 Juni 2001.

Joseph Dowse adalah seorang akuntan muda berkewarganegaan Irlandia dengan seorang isteri yang berprofesi sebagai dokter dan berkewarganegaraan Azerbaijan. Lala telah memiliki seorang anak perempuan bernama Tata dari hubungan sebelumnya.

Pada waktu itu Joseph Dowse ditugaskan ke Jakarta, sehingga diboyonglah keluarga kecilnya tersebut ke Jakarta. Joseph Dowse menginginkan seorang anak laki-laki dari istrinya Lala. Telah lama hal tersebut diusahakan, namun tidak segera berhasil. Oleh karena itu Joseph dan Lala berniat untuk mengadopsi anak laki-laki.

Anak Indonesia merupakan salah satu pilihan logisnya, dengan pemikiran bahwa adopsi di Indonesia akan lebih sedikit birokrasi dan lebih mungkin untuk dinegoisasikan.

Gambar 1: Foto Tristan Dowse sewaktu kecil.

Faktanya, Tristan Dowse alias Erwin dibeli dari seorang broker/calo jasa perdagangan anak bernama Rosdiana. Rosdiana kemudian menuduh bahwa Joseph Dowse secara khusus meminta ikatan anak sesedikit mungkin dengan ibu kandungnya. Rosdiana juga mengklaim bahwa Dowse telah memerintahkan ibu kandung Tristan Dowse untuk melakukan diet khusus untuk kesehatan anak dan bahwa dia tidak boleh menyusui ketika dia lahir. Dan, Joseph Dowse membayar biaya 500 Euro untuk adopsi dan biaya medis ibu Tristan Dowse.

Joseph Dowse kemudian mengajukan permohonan adopsi anak warga negara asing ke Pengadilan di Irlandia, dan Dewan Adopsi Irlandia telah mengakui adopsi Tristan Dowse sebagai anak pasangan suami isteri Joseph Dowse dan Lala, karena adopsi tersebut telah disahkan di Irlandia, maka pemerintah Irlandia juga memberikan kewarganegaraan Irlandia bagi Tristan Dowse, hak atas pemeliharaan dan hak atas warisan nantinya.

Delapan belas bulan setelah kedatangan Tristan Dowse di keluarga tersebut, Lala hamil. Setelah Lala hamil, keluarga itu tidak lagi menghendaki Tristan Dowse sebagai anak angkat mereka. Di sisi lain, Joseph dijadwalkan untuk kembali ke Azerbaijan.

Sebelum pulang kembali ke negeri asalnya, Tristan Dowse diserahkan ke Panti Asuhan Emmanuel di Bogor, yang kemudian ternyata bahwa panti asuhan tersebut sebenarnya tidak berijin. Tristan Dowse ditinggalkan di panti tersebut. Ia yang hanya bisa berbahasa Inggris pada waktu itu, tiap malam menangis sehingga mengganggu teman-teman satu kamarnya. Sementara itu, Joseph dan Lala masih tinggal di Jakarta selama kurang lebih tujuh (7) bulan lamanya. Mereka masih bergabung dengan komunitasnya, yang kemudian mempertanyakan keberadaan anak adopsi mereka, Tristan Dowse, karena menyerahkan anak angkatnya ke panti asuhan, Joseph Dowse dianggap menterlantarkan anak.

Kasus Tristan Dowse akhirnya menjadi pembicaraan masyarakat Irlandia setelah media setempat memberitakan permohonan pembatalan adopsi oleh pasangan Joseph Dowse dan Lala. Namun pengadilan Irlandia menolak permohonan menghapus nama Tristan Dowse dari daftar anak

hasil adopsi asing. Pemerintah Dublin pun tampak sepenuh perhatian mengurus masalah ini. Dublin sampai mengutus Duta Besar negara itu di Singapura untuk datang ke Indonesia, menemui pejabat Depsos dan orang tua asli Tristan di Tegal.40

Pengadilan Tinggi di Dublin, Irlandia, memutuskan bahwa Joseph dan Lala telah melanggar tugas konstitusional mereka sebagai orang tua dan harus memberi nafkah pada Tristan Dowse sampai ia berusia 18 tahun. Mereka harus membayar Tristan Dowse sejumlah besar € 20.000 (setara dengan Rp. 221 Juta) dan lebih lanjut € 350 (Rp. 3,87 juta) per bulan sampai Tristan Dowse berusia 18 tahun. Pengadilan Tinggi juga memerintahkan agar Tristan Dowse dihapus dari Daftar Adopsi Asing yang dikelola oleh Dewan Adopsi Irlandia. Bocah lelaki itu akan mempertahankan kewarganegaraan Irlandia dan hak waris atas properti Joseph dan Lala.

Sementara itu, Suryani ibu kandung Tristan Dowse mengklaim kembali Tristan Dowse. Dia menjelaskan bahwa dia telah ditipu dan ditekan oleh Rosdiana dan perawat lain di rumah sakit tempat dia melahirkan. Investigasi resmi di Indonesia menunjukkan bahwa Suryani belum dibayar untuk adopsi.41

C. Pembahasan

Dari kasus tersebut di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kasus Perkawinan Manohara Odelia Pinot dan Tengku Muhammad Fakhry Petra.

Kasus perkawinan dan perceraian Manohara dengan suaminya, Tengku Fakhry, merupakan kasus yang amat menarik perhatian masyarakat. Hal ini antara lain karena Manohara adalah seorang model dan pesohor di Indonesia.

40 Proses adopsi anak warga negara Indonesia oleh warga negara asing: Studi kasus Tristan Dowse, http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-111274.pdf, diakses 16 Juni 2020. Detik.news., 25 Februari 2006, Depsos Awasi Putusan Pengadilan Irlandia untuk Tristan, https://news.detik.com/berita/d-547331/depsos-awasi-putusan-pengadilan-irlandia-untuk-tristan, diakses 16 Juni 2020.

41 Disarikan dari Independent,ie (news paper), 8 February 2009, The curious case of Tristan Dowse, https://www.independent.ie/life/family/mothers-babies/the-curious-case-of-tristan-dowse-26512267.html, diakses 22 Juni 2020.

Wajahnya yang rupawan menyebabkan kasusnya semakin terekspos oleh media.

Dalam perkara ini, terdapat beberapa fakta, yakni:

a. Bahwa perkawinan dilangsungkan di Malaysia;

b. Bahwa karena perkawinan tersebut Manohara mendapatkan kewarganegaraan Malaysia.

c. Bahwa perkawinan tersebut sebenarnya adalah perkawinan di bawah usia, secara hukum di Malaysia maupun di Indonesia.

d. Manohara memiliki kewarganegaraan rangkap, yakni Amerika Serikat, Indonesia dan Malaysia.

e. Manohara mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

f. Pengadilan Syariah Malaysia memutuskan perkawinan antara Manohara dan Tengku Fakhry.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, dalam persoalan perkawinan Manohara, terdapat beberapa persoalan:

a. Keabsah-an Perkawinan Manohara Odelia Pinot

Perihal sah tidaknya sebuah perkawinan antara suami isteri yang berbeda kewarganegaraan, untuk melihat sahnya perkawinan tersebut maka pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yakni (1) dari segi formalitas perkawinan dan (2) dari segi syarat materiil.

Perihal formalitas perkawinan, pada berbagai sistem hukum di dunia, berlaku asas lex loci celebrationis, yakni hukum yang mengatur formalitas perkawinan adalah hukum dari tempat dimana perkawinan dilangsungkan.

Dalam soal perkawinan Manohara ini adalah hukum perkawinan Malaysia. Jadi dengan demikian, kiranya formalitas perkawinan tersebut telah memenuhi ketentuan hukum perkawinan Malaysia, maka perkawinan tersebut telah sah secara hukum.

Di Indonesia, perihal syarat formal perkawinan, berlaku ketentuan Pasal 18 ayat (1) AB yang menyebutkan bahwa: “Bentuk dari setiap perbuatan dinilai menurut per-UU-an Negara dan tempat perbuatan itu dilakukan.” Jadi dengan demikian, berdasarkan doktrin vested rights, hak/status hukum tersebut dapat diakui di Indonesia.

Selain itu terdapat ketentuan Pasal 56 UU Perkawinan serta Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 56 UU Perkawinan mengatur tentang perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia, menentukan bahwa:

(1) Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang warganegara Indonesia atau seorang warganegara Indonesia dengan warga negara Asing adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara di mana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warganegara Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.

(2) Dalam waktu 1 (satu) tahun setelah suami isteri itu kembali di wilayah Indonesi, surat bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor Pencatatan Perkawinan tempat mereka tinggal.

Pasal 10 dan 11 PP No. 9 Tahun 1975 ada di bawah Bab III yang mengatur tentang Tata Cara Perkawinan. Pasal 10 menentukan bahwa:

(1) Perkawinan dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat seperti yang dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini.

(2) Tatacara perkawinan dilakukan menurut hukum mamsing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

(3) Dengan mengindahkan tatacara perkawinan menurut masing-masing hukum agamanya dan kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan di hadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi.

Pasal 11 PP No. 9 Tahun 1975 menentukan:

a. Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah ini, kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh Pegawai Pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku.

b. Akta perkawinan yang telah ditandatangani oleh mempelai itu, selanjutnya ditandatangani pula oleh kedua saksi dan Pegawai Pencatat yang menghadiri perkawinan dan bagi yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, ditandatangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya.

c. Dengan penandatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.

Mengingat bahwa Manohara adalah pemeluk agama Islam, maka juga tunduk pada ketentuan perkawinan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Perkawinan harus memenuhi Rukun dan Syarat Perkawinan. Dalam Pasal 14 KHI, untukm melaksanakan perkawinan harus memenuhi 5 (lima) Rukun Perkawinan, yakni:

a. Calon Suami;

b. Calon Isteri;

c. Wali Nikah;

d. Dua orang saksi; dan e. Ijab dan Kabul.

Dalam KHI, terdapat dua jenis wali nikah, yakni wali nasab dan wali hakim. Wali nasab terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu didahulukan daripada kelompok lain, sesuai erat tidaknya susunan kekerabatan dengan calon wanita. Kelompok pertama adalah kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas, yakni ayah, kakek dari pihak ayah dan seterusnya. Kelompok kedua adalah kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah dan keturunan laki-laki mereka. Kelompok ketiga adalah kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka. Kelompok keempat adalah saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan keturunan laki-laki mereka.42

Apabila dalam sebuah perkawinan tidak terdapat wali nasab (wali yang berasal dari keluarga sedarah), maka barulah wali hakim atau penguasa berperan. Dalam sistem hukum Indonesia, wali hakim baru dapat bertindak apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkan atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib, adhal atau enggan. Namun dalam hal wali adhal ini, wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang adhal-nya wali, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 1982 tentang Wali Adhal atau Wali yang Membangkang.43

Dalam perkawinan Manohara, yang tidak terpenuhi adalah adanya wali nikah.44 Dapat diperkirakan dalam kasus ini, bahwa wali nikah Manohara tidak bisa hadir di Malaysia pada saat perkawinan dilangsungkan. Wali nikah dalam

42 Baca Pasal 21 KHI, juga Abdul Manan, 2012, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 62. Baca pula Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2006, Hukum Perdata Islam Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, Kencana Prenada Media Group Jakarta. hlm. 72-73.

43 Ibid. hlm 64.

44 https://yinyang8793.blogspot.com/2017/12/makalah-hukum-perdata-internasional.html, diakses 9 Mei 2020.

hubungan keluarga terdekat adalah ayah kandung Manohara. Mengingat bahwa ayah dan ibunya telah bercerai, dan ayah kandungnya tidak hadir, sehingga tidak memungkinkan bagi ayah kandung Manohara untuk menjadi wali nikahnya. Demikian pula tidak ada wali nasab lain dalam urutan wali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 KHI, sehingga kemungkinan diambil

“jalan pintas” menikah dengan wali hakim. Peneliti menyebut sebagai jalan pintas, mengingat situasi yang sudah tidak memungkinkan untuk mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama karena posisi sudah ada di Malaysia.

Namun hal inipun tidak semata dapat disalahkan, mengingat bahwa kemungkinkan secara formalitas hal tersebut dimungkinkan di Malaysia.

Bagaimana jika hal itu (soal wali hakim) merupakan penyelundupan hukum? Jika hal tersebut merupakan penyelundupan hukum, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan agar perkawinan tersebut dibatalkan.

Hal ini selaras pula dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU Perkawinan yang menyebutkan:

“Perkawinan yang dilangsungkan di muka pegawai pencatat perkawinan yang tidak berwenang, wali nikah yang tidak sah atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat dimintakan pembatalannya oleh keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri, jaksa dan suami atau isteri.”

Permohonan pembatalan sebagaimana disebut dalam Pasal 26 ayat (1) tersebut dapat diartikan bahwa perkawinan tersebut adalah perkawinan yang dapat dibatalkan, bukan batal demi hukum. Apabila permohonan tersebut tidak diajukan maka perkawinan tersebut tetap berlangsung. Mengutip pandangan Abdul Manan, perkawinan semacam itu dapat dikategorikan sebagai nikah bathil atau nikah rusak, sehingga mereka yang mengetahui adanya cacat hukum harus segera memberitahukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan tersebut untuk diajukan pembatalan.45

Perihal syarat materiil perkawinan, mengingat bahwa Manohara adalah juga warga negara Indonesia, maka berlaku asas nasionalitas sebagaimana diatur dalam Pasal 16 AB. Artinya hukum perkawinan Indonesia mengikat terhadap Manohara dimanapun berada.

45 Ibid.

Syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan “materi” dalam hal ini subyek hukum yang hendak menikah, meliputi:

1) Adanya persetujuan bebas antara kedua calon mempelai;

2) Adanya ijin dari orangtua/wali bagi mempelai yang belum berusia 21 tahun;

3) Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencaai 16 tahun; dan

4) Tidak berada dalam masa tunggu bagi mempelai wanita yang janda.

Pada saat perkawinan dilangsungkan, yakni tahun 2008, Manohara sebagai mempelai wanita berusia 16 tahun. Secara UU Perkawinan maka hal tersebut telah memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU

Pada saat perkawinan dilangsungkan, yakni tahun 2008, Manohara sebagai mempelai wanita berusia 16 tahun. Secara UU Perkawinan maka hal tersebut telah memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU

Dokumen terkait