• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Struktur Trofik Komunitas Ikan

Sebagaimana disebutkan pada sub bab sebelumnya, terdapat 32 spesies dominan di lokasi penelitian, spesies dominan ini yang dianalisis lebih lanjut untuk mengkaji struktur trofik pada komunitas ikan. Dalam menganalisis struktur trofik, trofik level dikelompokkan menjadi empat kelompok dengan lebar selang masing-masing 0,5 dan densitas masing-masing spesies dalam setiap kelompok

dijumlahkan (Lopez et al. 2005). Pengelompokan trofik level ini dimaksudkan

untuk mengetahui komposisi relatif biomasa setiap kelompok trofik level dalam

komunitas ikan. Dengan asumsi bahwa densitas ikan (kg.m-3) sebagai gambaran

dari biomasanya, maka terdapat kesetaraan antara densitas dengan biomasa ikan di perairan. Atas dasar ini maka komposisi relatif biomasa setiap kelompok trofik level dianalisis berdasarkan nilai densitas yang telah diperoleh. Jumlah biomasa ikan pada setiap kelompok trofik level tersebut disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Struktur trofik komunitas ikan berdasarkan kategori trofik level

Keterangan: TL=trofik level.

Hasil pengelompokan trofik level menunjukkan bahwa jumlah biomasa

ikan pada trofik level 2,00 – 2,50 paling tinggi diantara kelompok lainnya (5,979

kg.m-3 atau 61,38% dari biomasa total), dan jumlah biomasa ikan pada kelompok

-

- -

trofik level 2,51 – 3,00 paling rendah (0,242kg.m-3 atau 2,42% dari biomasa total), terdapat penurunan yang tajam terhadap jumlah biomasa pada kelompok trofik level ini. Biomasa ikan pada kelompok trofik level 2,00-2,50 didominasi oleh

Chlorourus sordidus dan Scarus sp., pada kelompok trofik level 2,51–3,00 oleh

Scarus ghobban, pada kelompok trofik level 3,01-3,50 didominasi oleh

Choerodon anchorago, Scolopsis monogramma dan Epibulus sp. dan pada

kelompok trofik level 3,51-4,00 didominasi oleh Epinephelus fuscoguttatus.

Biomasa ikan dominan dari masing-masing kelompok trofik level 2,00-3,00 memperlihatkan bahwa spesies pada kelompok trofik level ini merupakan anggota

dari famili Scaridae. Hal ini sesuai hasil penelitian Brawner et al. (2007) bahwa

famili Scaridae memiliki keutamaan dalam hal tingginya daya adaptasi terhadap sumberdaya makanan namun pada umumnya bersifat harbivor. Banyak penelitian

menunjukkan peran penting Famili Scaridae (terutama Chlorourus sordidus)

dalam mengontrol pertumbuhan makroalga (Mc.Wain & Taylor 2009).

Secara keseluruhan terlihat adanya penurunan biomasa dari kelompok

trofik level rendah (2,00 – 2,50) hingga kelompok trofik level tinggi (3,51 – 4,00).

Kondisi demikian sesuai dengan pendapat Nontji (2006) bahwa semakin rendah trofik level akan semakin kecil energi yang dibutuhkan untuk memperoleh makanannya sehingga dapat tumbuh lebih banyak. Total seluruh biomasa pada trofik level semakin kecil dengan semakin meningkatnya trofik level. Hal yang agak berbeda ditemui pada biomasa ikan di Pulau Semak Daun yaitu adanya variasi perubahan biomasa dari trofik rendah ke trofik level tinggi. Dari

kelompok trofik level 2,00 – 2,50 ke kelompok trofik level 2,51-3,00 terjadi

penurunan biomasa sebesar 95,95%, dari kelompok trofik level 2,51-3,00 ke kelompok trofik level 3,01-3,50 meningkat sangat tajam (75,4 %), dan dari kelompok trofik level 3,01-3,50 ke kelompok trofik level 3,51-4,00 berkurang 29,92%. Pada ekosistem yang seimbang, total seluruh biomasa pada trofik level semakin kecil dengan semakin meningkatnya trofik level. Perubahan biomasa ikan di lokasi penelitian tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tersebut

karena terjadi peningkatan biomasa dari kelompok trofik level 2,51 – 3,00 ke

Penurunan yang tajam biomasa kelompok trofik level 2 (2,51 – 3,00) kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penangkapan, perubahan lingkungan, dan tidak efisiennya transfer energi dalam bentuk makanan diantara komunitas ikan di trofik level tersebut. Penangkapan telah umum menjadi penyebab utama berkurangnya biomasa ikan, terutama terjadi di Kepulauan Seribu (Suwandi et al. 2001 dan Estradivari et al. 2007). Jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level 2 bukan merupakan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi sehingga rendahnya biomasa kemungkinan juga disebabkan oleh perubahan sumberdaya makanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Effendie (1997), bahwa ikan dapat merubah kebiasaan makanannya ketika terjadi berubahan lingkungan. Kemungkinan yang terjadi adalah, sebagian dari jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level ini merubah kebiasaan makanannya menjadi herbivor sejati (pemakan

utama alga) sehingga termasuk dalam kelompok trofik level 1 (trofik level 2,00 –

2,50), karena penutupan alga bentik berpengaruh positif terhadap biomasa

komunitas ikan herbivor (Vincent et al. 2011). Hal ini merupakan suatu indikasi

adanya perubahan lingkungan di perairan Pulau Semak Daun sehingga sumberdaya makanan berubah dan lebih jauh merubah kebiasaan makanan jenis-

jenis ikan tertentu. Hal serupa pernah dilaporkan oleh Lopez et al. (2005) bahwa

peningkatan spesies detritivor (spesies gerreid) di Terminos Lagoon merupakan

respon hilangnya vegetasi air, sesuai dengan dugaan penyesuaian komunitas ikan dalam merespon tingginya tekanan penangkapan dan perubahan habitat.

Sebaliknya peningkatan yang tajam biomasa ikan pada kelompok trofik level 3 (3,01-3,50) menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level ini mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia dengan sangat baik. Jenis-jenis ikan seperti ini pada umumnya memiliki luas relung makanan yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan sumberdaya makanan. Pernyataan in didukung dengan hasil analisis kebiasaan makanan yang memperlihatkan jenis makanan utama yang lebih beragam dibanding kelompok trofik di bawahnya maupun di atasnya. Ikan-ikan pada kelompok trofik level ini memanfaatkan alga, invertebrata bentik, krustase dan polip karang dalam porsi yang hampir seimbang.

Penurunan biomasa pada kelompok trofik level 4 (3,51-4,00) kemungkinan disebabkan oleh penangkapan, selain kemungkinan tidak efisiennya transfer energi dalam bentuk makanan dari kelompok trofik level di bawahnya

(kelompok trofik level 3,00 – 3,50). Jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level 4

(kelompok trofik level 3,51 – 4,00) merupakan jenis-jenis ikan ekonomis tinggi,

diantaranya kerapu (Epinephelus fuscoguttatus) dan kakap (Lutjanus lutjanus).

Hal serupa telah dilaporkan oleh Jennings & Polunin (1992) bahwa penurunan

biomasa ikan piscivor (kerapu dan kakap) merupakan akibat dari tekanan

penangkapan ikan multispesies karena ikan ini bernilai tinggi sebagai ikan konsumsi dan menyebabkan peningkatan produksi atau biomasa dari mangsanya. Pada terumbu karang yang tidak mengalami tekanan penangkapan, biomasa ikan

pada trofik level tinggi mencapai lebih dari 50% biomasa total (Singh et al. 2010).

Sebagai spesies yang menempati posisi tertinggi dalam rantai makanan, peningkatan biomasa dari spesies mangsa dalam jangka panjang ternyata tidak

cukup untuk menggantikan hilangnya ikan piscivor akibat penangkapan (Jennins

& Polunin 1992). Dengan demikian pemulihan biomasa ikan pada trofik level tinggi membutuhkan waktu yang sangat panjang. Selain itu berdasarkan kebiasaan makanannya terlihat bahwa jenis-jenis ikan ini pada kelompok trofik level ini termasuk selektif dalam memanfaatkan sumber makanan di perairan, ditunjukkan dengan nilai Indeks Bagian Terbesar yang hanya terdiri dari krustase (100%). Selain peka terhadap tekanan penangkapan, jenis ikan pada kelompok trofik level ini (3,51-4,00) juga tidak bisa beradaptasi dengan baik terhadap perubahan sumber makanan di perairan.

Distribusi ikan per kelompok trofik level dianalisis menggunakan Sidik

Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan distribusi biomasa ikan antar kelompok trofik level (Lampiran 8). Berdasarkan biomasanya, kelompok trofik level 1 (2,00

– 2,50) berbeda nyata dengan kelompok trofik level 2 (2,51 – 3,00), berbeda nyata

dengan kelompok trofik level 3 (3,00 – 3,50) dan berbeda nyata dengan kelompok

trofik level 4 (3,51 – 4,00), namun kelompok trofik level 2, 3, dan 4 tidak berbeda

nyata (Tabel 7). Jika melihat nilai rataannya, terlihat bahwa perbedaan terbesar adalah antara kelompok trofik level 1 dan 3.

Tabel 7 Rerata biomasa ikan per kelompok trofik level

Kelompok trofik level Rerata biomasa (kg.m-3)

4 1,8117a

3 1,7142a

2 2,7195a

1 5,6770b

Keterangan: huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan

menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5% (alpha = 0.05)

Dokumen terkait