• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian gedung yang menahan dan meneruskan gaya akibat getaran tanah gempa disebut elemen struktural (contohnya, balok, kolom, dinding, dan pelat), sedangkan isi gedung dan elemen lainnya disebut elemen non-struktural. Sama halnya dengan elemen struktural, elemen non-struktural perlu didesain agar mampu menahan akibat gempa (gaya inersia dan pergerakan relatif). Lebih jauh, hubungan yang baik diperlukan untuk meneruskan semua gaya dengan aman dari elemen non-struktural ke elemen struktural (lihat Gambar 50a). Biasanya, gaya yang terjadi pada elemen non-struktural tidak sebesar seperti pergerakan relatif pelat lantai. Sebagai contoh, ketika pipa air kotor melewati satu lantai ke lantai lainnya, pipa tersebut perlu untuk memiliki kemampuan untuk bergerak secara lateral dalam besaran yang berbeda-beda pada berbagai level lantai tanpa

kehilangan fungsinya (lihat Gambar 50b).

Cara pemasangan elemen non-struktural di dalam sistem struktur memberikan dampak yang berarti bahkan seringkali membahayakan sistem struktur. Sebagai contoh, dinding pengisi dari bata yang dibuat monolit dengan kolom dan balok sering disebut sebagai elemen non-struktural, tanpa diperhatikan dampaknya pada bangunan. Namun demikian, dalam kenyataannya, dinding– dinding ini merupakan elemen struktural karena dinding-dinding tersebut tidak bebas dari pengaruh pergerakan lateral kolom dan mampu mengubah perilaku bangunan (lihat pembahasan pada Bab 2). Dalam semua kasus, tidak diperbolehkan adanya penam-bahan, pembuangan, atau perubahan material, yang dapat mengubah perilaku elemen struktural dari desain aslinya. Desain dan pemasangan semua elemen non-struktural harus memenuhi spesifikasi dan peraturan yang diterapkan (lihat Gambar 51). Elemen-elemen non-struktural, seperti tangga, dapat mengubah respon bangunan terhadap gempa dan mengakibatkan kerusakan yang parah apabila tidak

diperhitungkan dalam perencanaan struktur Plat baja Kolom praktis Bata Kolom rangka struktur utama Sengkang Ø 6mm – 200 c.o.c

Tulangan di bagian atas balok sesuai perhitungan Tumpuan pada bagian akhir

balok atas untuk mentransfer beban tegak lurus bidang gambar dari dinding tapi membolehkan struktur rangka untuk bergerak bebas menuju atau menjauh dari dinding

Celah sesuai hasil analisa (min. 50 mm)

Balok Kolom

Celah yang cukup untuk mencegah balok membebani dinding pada saat balok menerima beban gravitasi

Bata Balok

Kolom praktis Jika diperlukan celah

ditutup dengan material “fire-proof”

Tulangan dibungkus dengan isolasi untuk menghindari lekatan dengan beton di balok Ujung tulangan diberi sumbat untuk

memungkinkan balok berdeformasi tanpa membebani tulangan

Gambar 49. Detail angkur antara dinding pengisi dan struktur rangka ketika dinding bata perlu diintegrasikan dengan struktur rangka (sumber: Murthy et al. 2006).

(a) (b)

Gambar 50. Desain elemen-elemen non-struktural seharusnya memperhitungkan hal-hal sebagai berikut: (a) gaya-gaya lateral yang ditransfer ke elemen-elemen struktural , dan (b) gerakan lateral relatif sepanjang tinggi bangunan (sumber: C.V.R. Murthy).

Dalam beberapa kasus, elemen struktural yang sangat kaku dan kuat dapat dipisahkan dari sistem struktur bangunan, dan diperlakukan sebagai elemen non-struktural. Sebagai contoh, di area tangga bangunan, pelat miring dan balok tangga memberikan kekakuan yang besar dan menghalangi gerakan simetris bolak – balik akibat gempa yang

seharusnya dapat terjadi pada bangunan. Pada beberapa kasus seperti ini, memisahkan elemen diagonal dari struktur utama sedemikian sehingga elemen tersebut hanya menumpu dan dapat bergerak bebas dalam arah horizontal (lihat Gambar 52), akan meningkatkan kinerja bangunan secara signifikan.

Penghubung

Balok Kolom

________________________________________________________________________________

(a) (b)

Gambar 51. Contoh-contoh praktik konstruksi yang buruk: (a) pemasangan instalasi pipa di dalam rangkaian tulangan kolom yang tak bisa diterima, dan (b) pemasangan instalasi listrik dengan merusak sebuah balok beton bertulang eksisting yang tak dapat diterima (foto: A. Irfanogulu).

Gambar 52. Pelat dan balok diagonal pada tangga menampung konsentrasi gaya inersia gempa yang besar, dan oleh karenanya menyebabkan kerusakan: persyaratan landasan yang bisa bergeser (sliding) efektif untuk membatasi magnitude gaya-gaya inersia gempa (sumber: C.V.R. Murthy).

Balok Tangga

Lembaran teflon untuk bergeser

4. Pertimbangan–Pertimbangan Dalam Konstruksi

Kualitas konstruksi memberikan pengaruh penting pada kinerja seismik yang daktail dari sebuah bangunan; – konstruksi yang buruk akan menghasilkan kinerja seismik bangunan yang buruk pula. Oleh karenanya, struktur tahan gempa yang baik mem-butuhkan keberhasilan penyele-saian seluruh langkah yang dibutuhkan dalam membangun sebuah gedung, yaitu:

Desain: Pengembangan konsep

desain yang rasional berdasarkan pada standar tata cara perencanaan yang berlaku secara umum.

Konstruksi: pelaksanaan

pem-bangunan secara fisik, yaitu penerapan desain, dan

Pemeliharaan: inspeksi,

pemeliharaan, pemantauan, dan pemodelan ulang selama umur bangunan.

Proses di atas seperti membuat sebuah rantai: untuk mendapatkan sebuah rantai yang kuat, hubungan antar komponen harus cukup kuat. Sama halnya untuk membangun sebuah bangunan yang bagus, semua langkah dalam proses konstruksi juga harus

dilaksanakan memenuhi spesifikasi minimum dalam desain. Pembahasan mengenai desain bangunan rangka beton bertulang dikemukakan pada awal dokumen ini, sedangkan pembahasan yang terkait dengan konstruksi disajikan secara ringkas di bawah ini; pembahasan mengenai pemeliharaan tidak dibahas dalam dokumen ini. Pembangunan fisik sebuah bangunan beton bertulang dapat dikategorikan sukses hanya jika:

(a) Bangunan dibangun berdasarkan pada gambar

struktur yang diproduksi selama tahap desain;

(b) Material bangunan yang digunakan sesuai dan berkualitas baik, dalam arti

dapat diterima berdasarkan standar yang berlaku.

(c) Konstruksi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada peraturan–peraturan dalam pelaksanaan, dengan inspeksi yang dapat dipertanggung jawabkan, teliti, dan jujur.

Jauh lebih mudah dan murah untuk membangun suatu bangunan berkualitas dari awal, dari pada membangun suatu konstruksi yang jelek dan kemudian menanggung biaya, ketidak nyamanan dan akibat berbagai penundaan sehubungan dengan proses perbaikan konstruksi yang jelek atau sistem struktur yang tidak sempurna. Aspek–aspek konstruksi berikut ini merupakan bagian dari praktik-praktik pelaksanaan yang biasa dilakukan sebagaimana dispesifikasi dalam standar nasional:

Dokumen terkait