• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strukturisasi Kelembagaan Kementrian ; Dibentuk

BAB III SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA MASA ORDE

B. PERIODE DASA WARSA KEDUA PEMERINTAH

2. Strukturisasi Kelembagaan Kementrian ; Dibentuk

Pemerintah melakukan berbagai penguatan peraturan dalam rangka mendukung pembinaan dan pengembangan koperasi. Bahkan

di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1983

menegaskan ptentang urgensi pembinaan koperasi, penegasan tersebut meliputi.

a. Pembinaan koperasi ditujukan agar koperasi tumbuh menjadi lembaga-lembaga yang kuat dan menjadi wadah utama untuk pembinaan kemampuan usaha golongan ekonomi lemah. Sehubungan dengan itu perlu di tingkatkan kesadaran berkoperasi serta langkah-langkah pembinaan dan penyuluhan untuk mengembangkan koperasi. Di samping itu di lanjutkan pula bantuan dan pemberian fasilitas seperti penyediaan kredit dengan syarat yang memadai guna pengadaan sarana produksi

Hukum Koperasi

yang dibutuhkan, bantuan tenaga menejemen dan lain-lain. b. Peranan dan usaha koperasi perlu di tingkatkan dan di perluas di

berbagai sektor, seperti pertanian, perindustrian, perdagangan, angkutan, kelistrikan dan lain-lain. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan koperasi di berbagai sektor tersebut, perlu di dorong dan dikembangkan kerja sama antara koperasi dengan usaha swasta dan usaha negara.

c. Dalam melaksanakan pembinaan koperasi yang diutamakan pada koperasi unit desa dan koperasi primer lainnya, perlu dilanjutkan pula pembinaan koperasi fungsional sebagai koperasi buruk dan karyawan perusahaan, pegai negeri, mahasiswa dan sebagainya sehingga koperasi makin memasyarakat dan membudaya. d. Dalam membina koperasi perlu di tingkatkan penyuluhan yang

diarahkan pada peningkatan kemampuan koperasi dan anggota koperasi dalam mengelola organisasi koperasi, menghimpun dan mengarahkan dana untuk modal koperasi, menjalankan usaha serta menyelenggarakan pengawasan terhadap koperasi.

Ketentuan di dalam GBHN tersebut menjadi dorongan bagi keseriusan pemerintah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan koperasi. Pembinaan dan pengembangan koperasi didesain bukan hanya sekedar selera pemerintah dan Presiden saja tetapi merupakan amanat rakyat. Kebijakan Presiden RI dalam melakukan pembinaan koperasi sangat serius. Hal tersebut tercermin dari awal Orde Baru sektor koperasi hanya ditangani pada tingkat Direktur Jenderal. Pada tahun 1978 Direktorat Jenderal

Koperasi masuk dalam Departemen Perdagangan dan Koperasi, dengan Radius Prawiro sebagai Menterinya. Untuk memperkuat kedudukan koperasi Presiden Soeharto kemudian menunjuk Bustanil

Arifin yang dijadikan Menteri Muda Urusan Koperasi merangkap Kepala BULOG (Badan Urusan Logistik). Bustanil Arifin memiliki

konsentrasi yang tinggi terhadap kemajuan KUD. Ia memelopori pendirian Koperasi Unit Desa (KUD) melalui Inpres nomor 2 tahun

1978 dengan mewajibkan didirikannya KUD pada setiap kecamatan.

Hal yang menjadi kontroversi ketika itu adalah lantaran koperasi didirikan secara top down meskipun sisi positifnya besar

Meskipun kebijakan itu menyalahi prinsip gerakan koperasi yang seharusnya swadaya tetapi di sisi lain mampu menggerakkan potensi ekonomi di perdesaan secara efektif. Karena secara sosiologis

Hukum Koperasi

masyarakat, khususnya petani di perdesaan masih perlu keteladanan dan contoh untuk melakukan sesuatu. Dengan prakarsa Bustanil, koperasi tumbuh hingga ke desa-desa. Selain itu peran koperasi dalam pengadaan pangan nasional di mana KUD dilibatkan dalam pengadaan pangan strategis. Pada waktu itu, pengadaan pangan itu melibatkan koperasi, Pemda, dan Bulog sehingga semua aspek pangan dari mulai masalah suplai, harga, prognosis, dan lain-lain selalu melibatkan KUD-KUD yang ada hingga di desa-desa.

Birokrasi di kementrian Koperasipun dipangkas, dengan memberikan berbagai kemudahan dan layanan cepat dan tidak berbelit. Adanya Sekretaris Menteri Muda Urusan Koperasi menjadikan birokrassi lebih efektif dan cepat. Selain itu, Bustanil

Arifin melihat bahwa potensi KUD sangat besar, sebagai sarana

untuk memperbesar potensi tersebut Bustanil kemudian memperluas dan memperkuat infrastruktur KUD sebagai sarana pembinaan kegiatan usaha, gudang lantai semut, dan kios, serta meningkatkan kemampuan manajerial dalam pengadaan pangan. Namun demikian, sejatinya pembangunan Koperasi pada masa awal kementrian

dipimpin oleh Bustanil Arifin tidaklah landai tanpa masalah. Ketika

itu koperasi sudaha sedemikian hingga mengandalkan pemerintah, aspek usaha sangat lemah. Justru koperasi ketika itu banyak berperan selayaknya lembaga sosial. Bahkan sebagaian koperasi ada yang hanya berkegiatan sosial dan tidak melakukan kegiatan usaha atau bisnis. Oleh karena itu perombakan dan pembaharuan gagasan dilakukan besar-besaran oleh Kementrian Muda Urusan Koperasi. Perombakan dan pembaharuan yang dilakukan memberikan dampak positif, KUD kemudian dapat menjangkau seluruh sendi-sendi kehidupan rakyat, khususnya sektor pertanian.. Pertanian (dari gabah, pupuk, obat-obatan hingga sistem irigasi), perikanan (nelayan hingga tempat pelelangan ikan), peternakan (hingga penghasil susu sapi & kambing), ayam, produk telur ayam, usaha listrik, pertambangan, simpan-pinjam, tahu-tempe dan masih banyak lagi. Bahkan di Timor-Timur (kini Timor Leste) provinsi termuda di Indonesia itu, KUD bisa berkembang cepat. Pelaksanaan tataniaga kopi sebagai hasil utama setempat, sudah bisa ditangani oleh KUD.

Salah satu kebijakan yang luar biasa pada masa Bustanil Arifin,

adalah ketika ia mampu menaikkan harga susu dari Rp 60 per liter

Hukum Koperasi

Koperasi melangkah maju di berbagai bidang dengan memperkuat kedudukan dalam pembangunan nasional. Begitu luasnya lapangan garap koperasi, menimbulkan potensi dan masalah yang muncul juga semakin besar dan komplek. Untuk itu koperasi harus dikuatkan secara kelembagaan. Oleh karena itu penataan dan penguatan secara organisasi pemerintah yang mengurusi koperasi terus dilakukan, salah satunya adalah di dalam Kabinet Pembangunan IV Direktorat Jenderal Koperasi ditetapkan menjadi Departemen Koperasi, Pada

tangal 23 April 1983 ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1983 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun

1974 tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah. Dan terakhir Keppres ini dirubah melalui

Keputusan Presiden No. 24 tahun 1983 pada tanggal 19 Mei 1983.

Dan keputusan ini diperbaiki lagi pada tahun yang sama melalui

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1983

Tentang Perubahan Atas Lampiran 15 Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 Tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden

Nomor 24 Tahun 1983.

3. Inpres No. 4 Tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan