• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah sakit Santosa berlokasi di JL.Kebonjati No.38 dan merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang memiliki taman terapi/ healing garden yang digunakan sebagai sarana terapi pasien. Rumah sakit Santosa diresmikan pada tanggal 4 november 2006 oleh dr.Siti Fadilah Supaari,Sp.JP (K) dan didirikan di atas lahan seluas 1,3 Ha dengan total luas bangunan 36.000 m² dan terdiri dari 9 lantai dan 2 basement yang difungsikan sebagai lahan parkir. 2.15.2 Studi banding taman terapi/ healing garden RS.Santosa

Rumah sakit santosa dilengkapi dengan taman terapi yang terbuka untuk pasien, keluarga pasien serta para staff rumah sakit. Taman terapi RS.Santosa terletak di lantai 4 dan lantai 9 rumah sakit serta bisa dijangkau dengan menggunakan lift.

Gambar 2.11 Lokasi taman terapi pada bangunan rumah sakit. Sumber: WWW.santosa-hospital.com, diakses tanggal 27 maret 2013

Taman terapi yang terletak dilantai 4 dan lantai 9 dapat dijangkau dengan mudah lewat lift dan terbuka untuk pasien, keluarga pasien dan staff rumah sakit. Kedua taman terapi di lantai ini digunakan sebagai sarana untuk rekreasi dan terapi serta memiliki elemen taman yang beraneka ragam mulai dari jenis-jenis tanaman, material serta furniture-furniture taman. Taman terapi di lantai 4 dan lantai 9 RS.Santosa dilengkapi dengan satu jalur yang

Taman Terapi lantai 9

Taman Terapi lantai 4

berisi batu-batu untuk refleksi dimana pasien, keluarga ataupun staff bisa berjalan diatasnya.

Taman terapi di lantai 9, dilengkapi dengan ramp sebagai sarana untuk terapi, jalur batu refleksi, gazebo untuk istirahat serta alunan musik tradisional. Dengan berbagai fasilitas untuk terapi yang ada di taman lantai 9 maka, dapat disimpulkan kalau taman ini lebih ditujukan untuk terapi pasien jika dibandingkan dengan taman yang ada di lantai 4.

Gambar 2.12 Taman terapi di lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.13 Batu refleksi yang bisa digunakan pasien, keluarga dan staff rumah sakit. Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.15 Ramp dan jalur batu refleksi untuk pengunjung pada taman di lantai 9. Sumber: dokumentasi pribadi

Jenis-jenis tanaman yang ada pada taman terapi dilantai 4 dan 9 cukup beragam dan terdiri dari pohon-pohon jenis palem yang difungsikan sebagai shadding bagi tanaman lain dan terletak di area terluar taman, dekat dengan pagar pembatas taman serta bunga-bunga dan semak-semak beraneka warna.

Warna bunga yang terdapat di kedua taman terapi didominasi oleh bunga-bunga warna pink, orange, dan ungu muda. Pada lantai 4, bunga warna putih diletakkan dekat dengan pintu masuk taman. Jenis bunga terbanyak pada taman terapi adalah jenis geranium berwarna pink dan orange. Pada taman terapi lantai 4, bunga-bunga teratai ditanam didalam pot yang diletakkan di sisi-sisi. Tanaman bunga teratai ini juga memperkaya elemen taman dengan menambahkan unsur air.

Bunga-bunga warna cerah selain didominasi oleh jenis geranium juga didominasi oleh jenis euphorbia milli (bunga 8 dewa) warna orange namun, bunga tersebut berduri sehingga tidak diletakkan didekat jalur batu refleksi untuk mencegah terjadinya cidera. Bunga euphorbia milli diletakkan di tempat-tempat dimana sirkulasi sedikit dan hanya berfungsi sebagai elemen estetika. Semak-semak yang ditanam di taman terdiri dari warna hijau, ungu dan kuning serta banyak diletakkan di dekat jalur batu refleksi.

Gambar 2.16 Bunga Anthurium warna putih, bercampur dengan warna orange dan pink pada entrance taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.17 Bunga-bunga warna ungu muda serta kuning dan semak di dekat jalur batu refleksi. Pada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.18 Bunga euphorbia milli sebagai elemen estetika dan bunga teratai dalam pot yang menambah unsur airpada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

Pada taman di lantai 9 bunga-bunga berwarna kuning dan orange diletakkan dekat dengan pintu masuk taman, bunga-bunga warna merah dan pink banyak diletakkan di tengah taman dengan jalur sirkulasi berbentuk loop dimana banyak pengguna taman lalu lalang. Semak-semak berwarna hijau, ungu dan kuning diletakkan dekat dengan ramp. Pada taman di lantai 9 ini juga terdapat bunga berwarna ungu muda yaitu Brunfelsia Pauciflora/ melati

ungu yang memiliki wangi tertentu dengan efek menenangkan sehingga bunga ini diletakkan dekat dengan gazebo tempat duduk-duduk.

Gambar 2.19 Layout taman terapi lantai 9. Sumber: dokumentasi pribadi Keterangan:

• 1= bunga warna orange, kuning dan pink pada entrance

• 2= semak warna kuning dan hijau • 3= bunga warna melati

• 4=semak warna hijau, kuning, ungu dan bunga warna putih, orange, pink, ungu, dan merah

5= bunga euphorbia milli (bunga 8 dewa)

• 6= bunga kembang sepatu dan bunga asoka

• 7= pohon palem

Gambar 2.20 Pohon palem disekeliling taman dan semak berwarna hijau dan ungu serta bunga browallia di dekat ramp. Suber: dokumentasi pribadi

Gazebo 1 2 3 4 5 6 7 Entrance

Gambar 2.21 Bunga helliconia psittacorum/ pokok sepit udang warna orange dan Bunga allamanda cathartica/ bunga alamanda warna kuning pada entrance taman lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 2.22 Bunga saraca asoka dan bunga kembang sepatu warna merah di tengah taman serta bunga Brunfelsia Pauciflora didekat gazebo yang terletak pada lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi

Kesimpulan yang bisa didapat mengenai jenis tanaman terkait dengan efek psikologis yang diberikan dan lokasi penempatan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Anthurium warna putih : warna putih memberikan kesan bersih, dan digunakan untuk mereduksi panas, serta mengobati darah tinggi.

2. Geranium: geranium pada taman terapi memiliki aneka warna yaitu pink tua yang memberikan efek menenangkan dan orange yang memberikan kesan ceria dan semangat sehingga banyak diletakkan di jalur-jalur sirkulasi taman tempat pengunjung lalu lalang dan beraktivitas.

3. euphorbia milli (bunga 8 dewa): bunga euphorbia milli yang ditanam pada taman terapi berwarna orange dan hanya difungsikan sebagai elemen estetika. 4. bunga teratai: bunga ini difungsikan sebagai elemen estetika dan memperkaya

elemen taman dengan menambahkan unsur air.

5. Bunga browallia: bunga ini, berwarna ungu dan diletakkan dekat dengan jalur batu refleksi. Warna ungu memberikan efek menenangkan, mengurangi

rasa lapar, digunakan untuk mengobati obesitas,penyakit ginjal, cramp, dan lain-lain.

6. Bunga helliconia psittacorum: bunga ini berwarna orange menstimulasi kreativitas dan mendorong seseorang untuk beraktivitas secara energik. Namun, terpapar warna orange terlalu banyak akan menyebabkan seseorang merasa gugup dan gelisah sehingga jumlahnya pada taman tidak banyak. 7. Bunga allamanda cathartica: bunga ini berwarna kuning yang memberikan

efek ceria namun juga menenangkan bagi pasien dengan gangguan pernafasan. Terpapar warna kuning terlalu banyak berdampak pada rasa tertarik yang berlebihan yang menyebabkan kelelahan karena itu, jumlahnya pada taman tidak terlalu banyak dan hanya di letakkan pada entrance taman. 8. Bunga saraca asoka: bunga ini berwarna merah yang memberikan kesan

ceria dan semangat. Oleh karena itu, bunga ini diletakkan ditengah taman dimana banyak orang lalu lalang dan beraktivitas namun, jumlahnya tidak banyak karena terpapar warna merah terlalu banyak dapat berdampak hipertensi.

9. Bunga kembang sepatu: bunga ini dan bunga saraca asoka pada taman terapi keduanya berwarna merah dan sama-sama diletakkan di tengah taman. 10. Bunga Brunfelsia Pauciflora: Bunga ini berwarna ungu muda yang memberi

efek menenangkan, mengurangi rasa lapar. terpapar warna ungu terlalu banyak dapat menyebabkan depresi sehingga jumlahnya tidak banyak. Wangi bunga ini memberikan efek menenangkan sehingga diletakkan dekat dengan gazebo.

Kesimpulan dari semua landasan teori diatas adalah sebagai berikut:

Kriteria design suatu taman terapi banyak dikemukakan oleh para ahli dan semua kriteria tersebut berserta fokusnya dapat disimpulkan dalam skema berikut:

Skema kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut sumber: thesis Healing Gardens: Creating Places for Restoration, Meditation,

and Sanctuary tahun 2002 oleh vappa hal.62-72disajikan dalam bentuk skema oleh penulis 1. Pengguna harus dilibatkan

dalam proses design

7. Jalur dalam taman harus jelas arahnya

8. Memberikan rasa lega dan bebas stress pada para penggunanya

6. Pergerakan didalam taman/ kebebasan bergerak didalam taman

9. Taman bersifat

menyambut (welcoming) 4. Bersentuhan dengan alam,

mendukung ekosistem, mengundang satwa-satwa setempat

3. Pemilihan Jenis Tanaman

5. Kebebasan untuk memilih ruang bagi pengguna berkaitan dengan kegiatan dan privasi

Kegiatan dan

kebutuhan pengguna Fasilitas

2. Taman harus menstimulasi panca indera penggunanya

Indera penglihatan Indera peraba Indera pendengaran Indera penciuman Indera perasa warna Tekstur (material)

Suara air, burung, dedaunan

Aroma

Tanaman yang bisa dikonsumsi (edible) warna Aroma Kondisi Fisik Alur sirkulasi Penunjuk arah User friendly untuk pasien disable Zoning taman berdasarkan aktivitas

Ruang micro (ruang untuk privasi dan sosialisasi

Skema tersebut menunjukkan kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut. Kotak berwarna merah merupakan kriteria yang menjadi fokus dalam penelitian ini

Dari pengertian rumah sakit dan anak maka dapat disimpulkan kalau rumah sakit anak adalah sarana kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada anak (individu usia 0-20 tahun) baik kuratif maupun rehabilitatif.

Ruang terbuka berupa taman rumah sakit dan segala unsur alam yang terdapat didalamnya berdampak baik bagi kesehatan dan Tanaman sebagai unsur alam untuk taman terapi khususnya untuk anak harus diperhatikan dari warna, aroma, tekstur, bentuk, ketinggian serta faktor keamanan berkaitan dengan efek stimulasinya pada panca indera anak (Said, 2003)

Warna dan aroma memberikan efek tertentu pada jiwa dan raga manusia dan dapat membantu untuk meredakan penyakit dan emosi negatif tertentu seperti rasa cemas, ketakutan, tegang dan lain-lain (lihat tabel fungsi warna hal.33 dan fungsi aroma hal 36 ) sehingga dapat mendukung kegiatan terapi dan proses penyembuhan pasien serta kegiatan pengguna ruang dalam lingkungan rumah sakit.

Dari semua uraian tersebut diatas maka, variabel yang mempengaruhi taman terapi pada penelitian ini yaitu: fasilitas, berkaitan dengan kegiatan terapi (kebutuhan pengguna), material berkaitan dengan tekstur dan jenis tanaman berkaitan dengan warna dan aroma yang mendukung kegiatan dalam rumah sakit.

Dokumen terkait