• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.2 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku, undang-undang atau peraturan-peraturan negara, jurnal dan artikel ilmiah.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data berarti mengolah data, mengorganisasi data, memecahkannya dalam unit-unit yang lebih kecil, mencari pola dan tema-tema yang sama47. Proses mengolah data yang dilakukan peneliti dengan terlebih dahulu mengkategorikan atau mengelompokkan data yang telah terkumpul. Kemudian barulah dilakukan analisis data dengan tiga tahapan setelah data primer dan sekunder terkumpul. Tahapan tersebut diawali dengan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan atau penyederhanaan data yang merupakan catatan-catatan selama di lapangan yang dianggap sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Sedangkan data yang tidak sesuai dengan apa yang ingin diteliti atau tidak mengkode akan dibuang. Sehingga memudahkan peneliti dalam

46 Idrus. 2009. Metode penelitia ilmu sosial. Jakarta: Erlangga. hlm. 107.

47

mejelaskan permasalahan yang diteliti karena data yang terkumpul sudah dispesifikasikan.

2. Penyajian data

Setelah semua data sudah disederhanakan, selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dijelaskan dalam bentuk teks naratif dengan informasi yang relevan sehingga dapat menjawab semua permasalahan yang diteliti.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Pada tahap ini, semua informasi data akan diverifikasi kebenarannya selama penelitian berlangsung. Tahap ini diperlukan untuk lebih mudah memahami alur informasi dan sebab akibat dari sebuah permasalahan. Sehingga mempermudah peneliti dalam menarik kesimpulan apakan masalah yang diteliti bersifat pro atau kontra dengan data/informasi yang didapat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) merupakan salah satu instansi yang ada di bawah pemerintahan Kota Banda Aceh. Badan Pemerintah ini terletak di Jl. Tgk Abu Lam U No. 7, Kp. Baru, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh tepatnya di samping Sekretariat Kota Banda Aceh atau Balai Kota Banda Aceh. BKPSDM Kota Banda Aceh merupakan organisasi perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan tugas umum pemerintahan dibidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang meliputi perencanaan formasi, persyaratan pengangkatan, penempatan dan mutasi, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian pensiun, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment). Tugas dan fungsi tersebut sesuai dengan visi misi yang ada di BKPSDM sebagai berikut:

Visi:

Terwujudnya Aparatur Sipil Negara yang Berintegritas, Profesional, dan Bertanggung Jawab.

Misi:

1) Mengembangkan sistem Pelayanan informasi Manajemen Kepegawaian yang terintegrasi dan berbasis teknologi informasi.

2) Mengembangkan Kompetensi dan kualitas Aparatur Sipil Negara secara optimal, produktif dan profesional berbasis kinerja dalam bingkai Syariah. 3) Meningkatkan pembinaan disiplin dan Kesejahteraan Aparatur Sipil Negara.

Dalam menindak lanjuti Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Banda Aceh, ditetapkan Peraturan Walikota Banda Aceh nomor 64 Tahun 2016 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Tata Kerja Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Banda Aceh. Maka tugas pokok dan fungsi BKPSDM sebagai berikut:

1) Penyusunan kebijakan teknis bidang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan. 2) Pelaksanaan tugas dukungan teknis bidang Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan.

3) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis bidang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan.

4) Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah bidang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan.

5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk menyelenggarakan fungsinya BKPSDM mempunyai kewenangan: 1) Menyusun dan mengembangkan program kerja pelaksanaan pembinaan

kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.

2) Merumuskan kebijakan teknis pembinaan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.

3) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi ASN. 4) Membina dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar.

5) Mengumpulkan dan mengolah data serta menyiapkan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan dan pengembangan karir Aparat Sipil Negara; 6) Melaksanakan dan mengelola mutasi dan tata usaha kepegawaian.

7) Mengumpulkan bahan pelaksanaan ujian dinas dan pemberian penghargaan dan tanda jasa.

8) Membina dan membantu teknis penyelenggaraan diklat.

9) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan dan pelatihan. 10) Menyusun rekomendasi hasil pendidikan dan pelatihan dalam rangka

pengembangan karir ASN.

11) Mengadakan konsultasi dan pembinaan teknis penyelenggaraan diklat.

Struktur Organisasi BKPSDM Kota Banda Aceh dibentuk berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Banda Aceh. BKPSDM Kota Banda Aceh terdiri dari satu kepala badan Eselon II b, satu sekretaris Eselon III a, tiga kepala bidang Eselon III b, sebelas kepala sub bagian/kepala sub bidang Eselon IV a, dua fungsional tertentu, dua puluh lima pelaksana, serta enam orang tenaga kontrak.

4.1.2 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (BP3AP2KB) merupakan salah satu intansi

yang ada di bawah Pemerintah Kota Banda Aceh. Terletak di Jl. Banda Aceh, Kp. Baru, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Dinas ini merupakan dinas yang bertugas untuk memperkuat upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sesuai dengan misi Kota Banda Aceh. DP3AP2KB sebenarnya tidak mempunyai visi dan misi dinas tersendiri, hanya mengikuti visi dan misi dari Pemerintah Kota Banda Aceh khusunya pada misi Pemko poin ke tujuh yaitu “Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak”.

Adapun struktur organisasi DP3AP2KB mempunyai empat puluh lima tenaga kerja yang terdiri dari satu kepala dinas, satu sekretaris, tiga kepala sub bagian, tiga kepala bidang, enam kepala seksie, dua puluh delapan fungsional dan pelaksana tertentu, serta tiga tenaga kontrak. Setiap tenaga kerja tersebut mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing mulai dari kepala dinas sampai dengan petugas lapangan.

4.2 Mobilitas ASN/PNS Perempuan di Birokrasi Pemerintah

Di era globalisasi seperti saat ini, mobilitas sosial perempuan menjadi topik hangat untuk diperbincangkan terutama dalam dunia kerja. Peluang karir yang dialami oleh perempuan di dunia pekerjaan terutama dalam birokrasi pemerintahan seolah memiliki daya tarik tersendiri. Seperti yang kita ketahui dimana kaum perempuan dikenal dengan sebutannya sebagai po rumoh atau dalam bahasa Indonesia berarti pemilik rumah. Dalam adat sebagian masyarakat Aceh, sebutan po rumoh merupakan tradisi mewariskan rumah dari orang tua kepada anak perempuan. Tidak hanya pemberian rumah, orang tua juga

memberikan harta dalam bentuk tanah kepada anak perempuannya. Fenomena adat tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan mempunyai powerfull dalam ruang lingkup keluarga. Dengan begitu juga secara ekonomi perempuan sudah mampu. Selain itu dalam tradisi masyarakat Aceh, setelah menikah pengantin laki-laki tinggal di rumah pengantin perempuan. Tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk usaha yang dilakukan para orang tua masyarakat Aceh dalam memberikan perlindungan untuk anak perempuannya48.

Dalam konteks pemerintah atau instansi pemerintah, Goetz dalam Mandy Macdonald dan kawan-kawan (dkk) mengatakan dalam masyarakat kekuasaan tergenderkan, begitupun dalam organisasi kekuasaan juga tergenderkan49. Dimana cara kerja organisasi mencerminkan masyarakatnya. Sehingga budaya organisasi tersebut pun bersifat maskulin atau mendiskriminasi perempuan. Melihat birokrasi Pemerintah Kota Banda Aceh sendiri, dari data yang didapat menunjukkan bahwa di Pemerintah Kota Banda Aceh jumlah ASN/PNS perempuan lebih mendominasi dibandingkan dengan laki-laki. Untuk lebih jelas berikut pemaparannya.

Tabel 4.1: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh Menurut Jenis Kelamin

Tahun Laki-laki Persentase Perempuan Persentase Jumlah

2015 1939 33% 3859 67% 5798

2016 1555 35% 2914 65% 4469

2017 1456 34% 2885 66% 4341

Sumber: BKPSDM Kota Banda Aceh

48

Srimulyani dan Inayatillah. 2009. Perempuan dalam Masyarakat Aceh: Memahami Beberapa Persoalan Kekinian. Darussalam. Banda Aceh. hlm. 5.

49

Macdonald dkk. 1997. Gender dan Perubahan Organisasi: Menjembatani Kesenjangan antara Kebijakan dan Praktik. Amsterdam.Royal Tropical Institute. hlm. 181.

Tabel di atas menunjukkan bahwa jika dilihat dari jumlah ASN/PNS menurut jenis kelamin, jumlah ASN/PNS perempuan lebih mendominasi dari pada laki-laki per 31 Desember tahun 2015, 2016 sampai 2017. Dari persentase yang ada terlihat jelas bahwa jumlah ASN/PNS laki-laki hanya setengah dari jumlah ASN/PNS perempuan. Data di atas tidak hanya membandingkan jumlah antara pegawai laki-laki dan perempuan, akan tetapi disini kita bisa melihat bagaimana komposisi karir perempuan saat ini memiliki jumlah yang banyak di birokrasi pemerintah.

Namun dalam menduduki jabatan struktural atau Eselon II dan III, jumlah ASN/PNS laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Bahkan menurut data jumlah instansi yang ada di Kota Banda Aceh hingga pada tahun 2017, dari empat puluh lima instansi yang ada di Kota Banda Aceh hanya lima instansi yang dikepalai oleh perempuan. Dari tahun 2015 sampai 2017 pada jabatan eselon ini, jumlah ASN/PNS perempuan hanya meningkat pada Eselon III b di tahun 2017. Agar lebih jelas berikut pemaparannya.

Tabel 4.2: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh berdasarkan Eselon II dan III

Eselon 2015 2016 2017 Lk Pr Lk Pr Lk Pr Eselon II a 1 0 1 0 1 0 Eselon II b 23 3 24 3 22 3 Eselon III a 40 13 39 13 42 14 Eselon III b 67 19 65 20 79 25 Persentase 79% 21% 78% 22% 77% 23%

Grafik 4.1: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh Berdasarkan Eselon II dan III

Sumber: BKPSDM Kota Banda Aceh

Jabatan eselon II dan III bertanggungjawab sebagai pembina dan mengembangkan instansi yang dipimpin serta sebagai penanggungjawab penyusunan dan realisasi program-program pemerintah. Pada pemerintahan daerah mereka tergolong sebagai kepala dinas/badan, sekretaris dinas/badan, kepala bidang dan kepala bagian. Berdasarkan data yang telah tersebut dalam tabel dan grafik di atas, jumlah pegawai laki-laki yang menduduki jabatan ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan pegawai perempuan yang bahkan tidak mencapai setengah dari jumlah pegawai laki-laki.

Sedangkan posisi ASN/PNS di jabatan Eselon IV dan V hampir seimbang antara jumlah pegawai laki-laki dan perempuan. Berikut pemaparannya dalam tabel 4.3. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Lk Pr Lk Pr Lk Pr 2015 2016 2017 Eselon II a Eselon II b Eselon III a Eselon III b

Tabel 4.3: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh berdasarkan Eselon IV dan V

Eselon 2015 2016 2017 Lk Pr Lk Pr Lk Pr Eselon IV a 224 170 212 162 235 187 Eselon IV b 25 34 21 32 14 26 Eselon V a 14 17 8 9 7 8 Persentase 54% 46% 54% 46% 54% 46%

Grafik 4.2: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh berdasarkan Eselon IV dan V

Sumber: BKPSDM Kota Banda Aceh

Berdasarkan jabatan Eselon IV dan V, jumlah pegawai laki-laki dan perempuan yang menduduki jabatan eselon ini hampir seimbang, yaitu hanya berbeda 8% lebih banyak pegawai laki-laki. Pada pemerintah daerah, jabatan Eselon IV dan V personelnya disebut dengan kepala sub bagian atau kepala seksi. Bahkan untuk jabatan Eselon IV b jumlah pegawai perempuan yang

0 50 100 150 200 250 Lk Pr Lk Pr Lk Pr 2015 2016 2017 Eselon IV a Eselon IV b Eselon V a

mendudukinya selama tahun 2015 sampai 2017 lebih unggul dari pegawai laki-laki.

Akan tetapi untuk ASN/PNS yang menduduki jabatan non eselon justru kondisinya sangat berbeda. Boleh jadi pembagian kekuasaan di instansi yang ada di Kota Banda Aceh menggunakan strategi feminin dan maskulin. Dimana dalam pembagian kekuasaannya dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Sifat feminin dan maskulin dibatasi oleh hubungan-hubungan gender yang memutuskan apa saja yang dianggap bersifat ‘keperempuanan’ dan yang bersifat ‘kelelakian’50

. Pada jabatan non eselon, baik fungsional guru, fungsional kesehatan, dan fungsional lainnya lebih didominasi oleh pegawai perempuan. Sedangkan untuk fungsional umum masih didominasi oleh pegawai laki-laki. Namun jika dipersentasekan secara keseluruhan selama tahun 2015 sampai 2017, pada jabatan non eselon yang ada di Pemerintah Kota Banda Aceh lebih didominasi oleh pegawai perempuan yaitu sekitar 70% sampai 71% sedangkan pegawai laki-laki hanya berkisar 29% sampai 30%.

Tabel 4.4: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh berdasarkan Non Eselon

Non Eselon 2015 2016 2017 Lk Pr Lk Pr Lk Pr Fungsional Guru 500 2403 227 1550 212 1479 Fungsional Kesehatan 41 265 52 359 61 369 Fungsional Umum 971 851 873 718 784 722 Fungsional Lainnya 33 84 33 48 29 43 Persentase 30% 70% 30% 70% 29% 71% 50

Grafik 4.3: Jumlah ASN/PNS Kota Banda Aceh berdasarkan Non Eselon

Sumber: BKPSDM Kota Banda Aceh

Dari data pegawai berdasarkan jabatan eselon dan non eselon tersebut bisa dilihat bahwa ASN/PNS perempuan lebih banyak menduduki jabatan menengah ke bawah yaitu mulai dari jabatan Eselon IV b sampai jabatan non eselon. Dengan kata lain, semakin tinggi jabatan eselon semakin rendah jumlah pegawai perempuan yang mendudukinya.

Seperti pendapat Mayling-Oey dalam Yuliani menyebutkan bahwa struktur kepegawaian pegawai negara membentuk belah ketupat, yaitu kecil dibagian atas dan bawah (golongan I dan IV), tetapi melebar di tengah (golongan II dan III)51. Semakin tinggi golongannya, makin rendah jumlah ASN/PNS perempuan. Peristiwa tersebut sesuai dengan yang terjadi di Pemerintah Kota

51

Yuliani. 2004. Pengembangan Karier Perempuan di Birokrasi Publik: Tinjauan dari Perspektif Gender. Jurnal Pusat Studi Pengembangan Gender UNS Wanodya No. 16 Tahun XIV.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Lk Pr Lk Pr Lk Pr 2015 2016 2017 Fungsional Guru Fungsional Kesehatan Fungsional Umum Fungsional Lainnya Persentase

Banda Aceh, hanya saja disini struktur kepegawaiannya kecil di golongan II dan III dan melebar pada golongan IV b dan mengecil lagi pada golongan V.

Dari data yang ada sudah jelas terlihat bahwa perempuan yang berkarir di bidang birokrasi sudah semakin banyak. Namun untuk menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin, peluang yang dimiliki masih sangat tipis. Seperti yang dipaparkan oleh Kabid Kesetaraan Gender DPP3AP2KB yaitu Ibu Nova Indriani, SKM.

“Di zaman yang sudah modern ini perempuan yang berkarir sudah semakin banyak dengan bermacam-macam profesi. Untuk Kota Banda Aceh sendiri khususnya di bidang pemerintah, jumlah ASN/PNS perempuan cukup banyak. Namun masih ada sebagian dari mereka dalam menduduki jabatan pemimpin baik kepala dinas, kepala bagian, kepala bidang atau lainnya peluang yang dimiliki masih terbatas”52.

Mobilitas yang dialami oleh ASN/PNS perempuan yang ada di Kota Banda Aceh tersebut merupakan mobiltas vertikal. Yaitu perpindahan dari pangkat atau golongan terendah ke pangkat atau golongan yang lebih tinggi. Terkait dengan mobilitas tersebut, peluang ASN/PNS perempuan dalam menduduki jabatan yang tinggi masih belum memadai. Walaupun secara proporsi mereka memiliki jumlah yang lebih dominan. Boleh jadi peristiwa ini disebabkan karena pegawai perempuan kurang mampu dalam mendapat dukungan dan tidak mempunyai kedekatan dengan pihak atasan instansi yang dapat membantu mereka dalam memduduki jabatan eselon atau jabatan strategis53.

Di Pemerintah Kota Banda Aceh saat ini hanya sekitar 8% yang menduduki jabatan eselon. Bisa kita lihat dari jumlah mereka yang menduduki jabatan sebagai kepala dinas, seperti pada tahun 2017 saja dari 59 instansi yang

52

Wawancara hari Rabu, 15 Agustus 2018 pukul 09.48 WIB.

53

ada di Kota Banda Aceh hanya 5 instansi yang dikepalai oleh perempuan. Inilah yang menjadi masalah dasarnya, bagaimana dengan jumlah yang lebih banyak dari pada laki-laki pegawai perempuan justru lebih sedikit yang menduduki jabatan eselon.

Jika dilihat dari promosi jabatan, setiap pegawai memiliki peluang yang sama karena untuk mendapatkan promosi jabatan dinilai dari beberapa kriteria seperti pendidikan, kompetisi dan kinerja. Kepala sub bidang mutasi dan promosi dari BKPSDM Kota Banda Aceh, Ibu Miftahul Jannah, SE., MM mengatakan bahwa.

“Pegawai yang akan dipromosikan dilihat dari beberapa kriteria yang memenuhi syarat promosi seperti latar belakang pendidikan, kompetensi dan kinerja pegawai tersebut. Selain itu pegawai tersebut juga sudah bekerja dengan minimal dua tahun masa kerja dan minimal sudah mengikuti Diklat PIM IV dan PIM III. Semua persyaratan promosi dijalankan sesuai dengan Pereturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Banda Aceh”54.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 198 bahwa:55

1) Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 merupakan bentuk pola karier yang dapat berbentuk vertikal atau diagonal.

2) PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar Jabatan Administratif (JA) dan Jabatan Fungsional (JF) keterampilan, JF ahli pertama, dan JF ahli muda

54

Wawancara hari Kamis, 16 Agustus 2018 pukul 09.48 WIB.

55

sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.

3) Dalam hal instansi belum memiliki kelompok rencana suksesi, promosi dalam JA dapat dilakukan melalui seleksi internal oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).

4) PNS yang menduduki Jabatan administrator dan JF ahli madya dapat dipromosikan ke dalam Jabatan Pimpinan Tinggi pratama sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.

5) PNS yang menduduki JF ahli utama dapat dipromosikan ke dalam JPT madya sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.

Selanjutnya pada Pasal 199 dijelaskan bahwa:

1) PPK menetapkan kelompok rencana suksesi setiap tahun dan mengumumkan melalui Sistem Informasi ASN.

2) Kelompok rencana suksesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi kelompok PNS yang memiliki:

a. kompetensi sesuai klasifikasi Jabatan.

b. memenuhi kewajiban pengembangan kompetensi.

c. memiliki penilaian kinerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

3) Kelompok rencana suksesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh unit kerja yang menangani bidang kepegawaian.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok rencana suksesi diatur dengan Peraturan Menteri.

Dari penjelasan peraturan pemerintah seperti yang tersebut di atas sangat jelas bahwa ASN/PNS yang akan dipromosikan harus sudah dua tahun masa kerja. Kemudian ASN/PNS yang akan dipromosikan harus melalui tahapan-tahapan setiap jabatan yang akan ditempati. Dari Jabatan Administrasi ke Jabatan Fungsional sampai ke Jabatan Pimpinan Tinggi dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Promosi PNS/ASN pada jabatan tersebut harus didasari prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu.

Maka dari itu merujuk pada peraturan-peraturan tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil tersebut, secara formal peneliti merangkum syarat-syarat ASN/PNS dalam mendapatkan promosi jabatan sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

2. Serendah-rendahnya mempunyai pangkat satu tingkat di bawah jenjang pangkat yang ditentukan.

3. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang diperlukan.

4. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir.

6. ASN/PNS yang akan atau telah menduduki jabatan struktural harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan untuk jabatan tersebut.

Promosi jabatan atau pengangkatan ASN/PNS dalam jabatan struktural diatur dalam Pasal 14,15 dan 16 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Aparatur Sipil Negara dalam Jabatan Struktural. Untuk tercapainya ASN/PNS yang akan dipromosikan atau diangkat dalam jabatan struktural maka perlu suatu lembaga yang mengaturnya. Lembaga tersebut disebut dengan Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat (Baperjakat). Baperjakat merupakan badan atau lembaga yang mengurusi tentang ASN/PNS yang akan diangkat ataupun dipromosikan dalam suatu jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam setiap instansi mempunyai Baperjakat, begitupun dengan BKPSDM Kota Banda Aceh. Sebagai badan yang bertugas dalam mengembangkan kopetensi ASN/PNS, maka badan ini juga mempunyai Baperjakat yang akan memberikan pertimbangan kepada pejabat pembina kepegawaian Kota Banda Aceh dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural Eselon II ke bawah56. Hal ini juga sesuai dengan pemaparan dari Kepala Sub Bidang mutasi dan promosi dari BKPSDM Kota Banda Aceh, Ibu Miftahul Jannah, SE., MM.

“Dalam hal promosi jabatan, ada lembaga yang mengatur yaitu Baperjakat. Lembaga ini bertugas untuk menyeleksi dan menilai ASN/PNS yang akan dipromosikan dengan melihat kinerja pegawai, latar

56

PP No 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Aparatur Sipil Negara dalam Jabatan Struktural.

belakang pendidikan, prestasi kerja yang telah diraih, serta lulus pendidikan dan pelatihan”57

.

Pegawai yang akan dipromosikan juga harus lulus pendidikan dan pelatihan. Dalam menduduki jabatan struktural, ASN/PNS harus lulus Diklat Kepemimpinan (diklatpim) IV untuk Eselon IV, diklatpim III untuk eselon III dan diklatpim II untuk eselon II. Dalam penelitian ini sampel/informan yang diteliti di DP3AP2KB, terdiri dari empat jabatan yang berbeda yaitu jabatan sekretaris dinas, kepala sub bagian, kepala bidang dan kepala seksie. Semua sampel/informan tersebut mendapatkan promosi jabatan. Yang ditunjuk oleh Wali Kota Banda Aceh dan juga kepala dinas yang bersangkutan.

Masing-masing dari mereka juga sudah lulus diklat sesuai dengan tingkat jabatan masing-masing. Untuk sekretaris dinas DP3AP2KB, beliau sudah lulus diklatpim III dan diklatpim II dalam dua puluh satu tahun masa kerja baru diawal tahun 2018 yang lalu beliau diangkat menjadi sekrretaris dinas. Untuk kasubbag, beliau mengawali karirnya sebagai PNS pada tahun 2006 dan menduduki jabatan

Dokumen terkait