• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Analisis Manfaat dan Biaya: Jokowi-Proyek MRT Diputus 2 Hari Lagi

Selasa, 18 Desember 2012 | 17:34

Dijadwalkan pertemuan dengan Menko Ekonomi untuk memutuskan skema investasi dan subsidi. Pemerintah pusat diharapkan akan mengeluarkan keputusan tentang mega proyek Mass Rapid Transit dalam dua hari ini. Keputusan yang dibuat akan dikaitkan dengan subsidi dan investasi untuk angkutan moda berkapasitas besar itu.

Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, pihaknya akan melakukan rapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa untuk membahas finalisasi MRT. Pertemuan ini merupakan rangkaian perundingan dalam mengambil keputusan terkait skema investasi dan juga subsidi.

”Dua hari lagi bertemu, tinggal keputusan terakhir. Ini mengenai sharing investasi, kita pokoknya minta agar Pak Menko bisa memberikan jalan keluarnya,” ujarnya kepada wartawan di Pangkalan Undara Halim Perdanakusumah, hari ini.

Di tempat yang sama, Hatta mengakui, dalam waktu dua hari ini akan ada keputusan soal MRT keluar dari kementeriannya. Kementerian Koordinator Perekonomian dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan sama-sama mencari solusi terbaik untuk proyek ini.

Yang Hatta tekankan adalah bagaimana subsidi bisa dimanfaatkan untuk harga tiket agar terjangkau oleh masyarakat. ”Ini persoalan bagaimana subsidi bisa diberikan untuk per tiketnya agar tidak membebankan masyarakat dan tidak membebani DKI. Ini perlu kita lihat bagaimana struktur yang pas,” ujarnya.

Penulis: Arientha Primanita/ Ratna Nuraini

Analisa Biaya dan Manfaat Proyek MRT

Ø Analisis Segi Positif Manfaat dan Biaya MRT

MRT merupakan salah satu solusi untuk memecah kepadatan arus Transportasi di Jakarta yang menimbulkan kemacetan, MRT dinilai akan dapat menghindari stagnasi kendaraan di jalan raya akibat pertumbuhan kendaraan pribadi yang meningkat tajam, sementara transportasi umum belum memadai angkutan dalam kota saat ini di Jakarta masih belum memadai.

Disamping itu, MRT juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan kapasitas transportasi publick. Kapasitas angkut MRT (Lebak Bulus ke Bundaran HI) diharapkan mencapai sekitar 412 ribu penumpang per hari. Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya, antara lain:

ü Penciptaan lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT Jakarta diharapkan dapat menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru

ü Penurunan waktu tempuh dan meningkatkan monilitas: waktu tempuh antara Lebak Bulus sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30 menit. Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas warga Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak kepada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan kualitas hidup warga kota

ü Dampak lingkungan: 0,7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93,663 ton per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Ptogram for Jakarta MRT System 2005), sehingga Jakarta dapat mengurangi polusi dan transportasi

ü Transit-Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk merestorisasj tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada jumlah penumpang MRT Jakarta.

Akan tetapi, transportasi modern tersebut memiliki harga yang cukup tinggi sehingga pemerintah harus mengupayakan dana dari Jepang, yaitu Japan Cooperation Agency (Badan Kerjasama Internasional Jepang). Setoran modal dari Pmeprov DKI sebesar 42% dari total pinjaman dari JICA, dan pinjaman pemerintah pusat 58% dari total pinjaman yang diteruskan ke Pemprov DKI, lalu oleh Pemprov DKI ke PT. MRT. Total dana yang dibutuhkan untuk

proyek MRT tahap 1 sebesar Rp. 15 triliun. Dana pinjaman itu harus dikembalikan dengan bunga 0,2% dan 0,4% dengan jangka waktu pengembalian 30 tahun plus 10 tahun.

Dampaknya tiket MRT dapat mencapai Rp.38.000 sungguh nilai yang cukup tinggi. Pemerintah akan mengambil kebijkan dengan memberikan subsidi pada tiket MRT dengan target Rp.10.000 untuk harga tiket MRT supaya transportasi tersebut menjadi efisien bagi penduduk kota Jakarta.

Akan tetapi terdapat pula imbas negatif terhadap pembangunan MRT di kota Jakarta, yaitu:

Pertama, akan menimbulkan kemacetan baru di sepanjang jalan di bawah rel kereta api. Medan jalan itu akan diambil untuk meletakkan tiang-tiang rel dan stasiun. Akses keluar-masuk ke gang-gang di sepanjang jalan Fatmawati–Sisingamangaraja pasti akan terganggu. Apalagi sampai sekarang juga belum jelas analisis dampak lalu lintasnya baik selama maupun setelah pembangunan selesai.

Kedua, akan mematikan bisnis di kawasan Fatmawati yang sudah mulai hidup sejak 20 tahun terakhir. Jangan lupa, untuk memulai bisnis di kawasan itu adalah pengorbanan individu per individu dengan memulai usaha bisnis pada saat kawasan tersebut masih sepi, bukan karena usaha Pemerintah Pusat/Pemprov DKI Jakarta sengaja membuka kawasan bisnis di sana. Kawasan bisnis di Fatmawati itu sekarang telah mampu memecah beban pergerakan ke arah kota sekedar untuk belanja barang-barang elektronik atau karpet. Dengan adanya kawasan bisnis yang tumbuh subur di sepanjang Jalan Fatmawati itu secara otomatis dapat mengurangi beban pergerakan ke arah kota. Bila kawasan bisnis sampai hancur karena pembangunan MRT, maka pembangunan MRT sesungguhnya hanya melahirkan persoalan baru, karena akan mendorong orang-orang dari kawasan Jakarta Selatan harus pergi ke Kota (Glodok) lagi sekedar untuk belanja barang-barang elektronik dan sejenisnya. Akhirnya, akan lebih banyak kendaraan pribadi mengarah ke Kota. Mubazirlah pembangunan MRT tersebut karena justru melahirkan kemacetan baru.

Ketiga, menciptakan kekumuhan baru di sepanjang bawah rel MRT. Kekawatiran ini wajar mengingat sudah banyak bukti yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebetulan belum ada bukti di mana ada kondisi bawah jembatan layang maupun rel kereta api listrik di Jakarta ini rapi, bersih, dan tertib. Yang ada justru kekumuhan baru karena menjadi tempat tinggal gelandangan.

"Jelas bahwa secara matematis, biaya pembuatan subway lebih mahal daripada MRT Layang, tapi kemahalannya itu hanya pada kontruksi, karena setelah operasional, usaha bisnis di sepanjang Fatmawati akan tetap hidup sehingga dapat mengurangi beban traffic ke arah

Kota, tidak menimbulkan angka pengangguran baru, dan juga tetap berkontribusi pada pertumbuhan perekonomian di Jakarta Selatan," kata Jokowi. Menurutnya pembangunan MRT secara melayang memang murah namun hanya dalam konteks konstruksi saja, namun amat mahal biaya ekonomi dan sosial yang harus dibayar oleh masyarakat seumur hidup. "Kalau subway, lebih mahal investasinya dan tarifnya, tapi dalam jangka tertentu investasi tersebut akan balik dan tarif bisa ditekan dengan mengembangkan properti di sekitar stasiun subway," katanya.

Seperti diketahui MRT Jakarta yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ± 110,8 Km, meliputi dua koridor utama, yaitu koridor selatan-utara yang jadi prioritas. Sementara itu koridor timur-barat masih tahap kajian, dari timur Jakarta-Balaraja

SOAL-SOAL

Dokumen terkait