• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Studi Waktu Pada Proses Produksi Minuman Lidah Buaya

Setelah data waktu pada bagian proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) diperoleh, maka selanjutnya data tersebut dikelompokkan untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan harga atau nilai rata-rata, standar deviasi, dan lain sebagainya (Lampiran 1). Pada Tabel 8 menyajikan subgrup data waktu proses produksi minuman lidah buaya.

Tabel 8. Subgrup dari proses produksi minuman lidah buaya

Subgrup ke- Waktu penyelesaian berturut-turut (detik)

Harga rata-rata (detik)

1 78,47 78,47

2 80,87 80,87

3 81,15 81,15

Jumlah 240,50 Nilai / Harga rata-rata (detik) 80,17

Standar Deviasi (detik) 1,47 Standar Deviasi subgrup (detik) 0,85 Batas Kendali Atas (BKA) (detik) 82,72 Batas Kendali Bawah (BKB) (detik) 77,61 Waktu Siklus (Ws) (detik) 80,17 Waktu Normal (Wn) (detik) 93,79 Waktu Baku (Wb) (detik) 111,62

Dari hasil perhitungan subgrup dari proses produksi minuman lidah buaya, didapatkan nilai rata-rata sebesar 80,17 detik dengan standar deviasi 1,47 detik. Sedangkan standar deviasi subgrup sebesar 0,85 detik. Berdasarkan hasil perhitungan, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) didapat masing-masing, BKA sebesar 82,72 detik dan BKB sebesar 77,61 detik (Lampiran 2).

Batas kendali digunakan untuk mengendalikan keseragaman data yang telah diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan. Banyaknya pengukuran setelah dilakukan perhitungan didapatkan sebesar 0,36 (N’). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan telah cukup karena hasil N’ yang lebih kecil dibandingkan dengan N (N’=0,36 < N=16) (Lampiran 3). Maka perhitungan selanjutnya dapat dilakukan ke tahapan berikutnya, yaitu perhitungan waktu siklus.

Waktu siklus bertujuan untuk mendapatkan waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran didapatkan sebesar 80,17 (Lampiran 4). Setelah memperoleh waktu siklus rata-rata dari ke-3 nilai waktu, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan yang memperhatikan cara kerja pekerja dalam metode

didapatkan nilai penyesuaian 1,04 dimana klasifikasi pekerjaan pekerja mengacu pada Tabel 9.

Tabel 9. Penyesuaian menurut Westinghouse Penyesuaian

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Average D 0,00

Usaha Good C2 +0,02

Kondisi kerja Good C +0,02

Konsistensi Average D 0,00

Total 0,04

Setelah melakukan perhitungan penyesuaian tahap pertama (p1) dengan menggunakan metode Westinghouse, maka dilakukan perhitungan tahap kedua (p2) yaitu penyesuaian menurut tingkat kesulitan pekerja dalam bekerja. Penyesuaian objektif diperoleh nilai 1,13. Data pekerjaan yang dilakukan pekerja dalam penyesuaian menurut tingkat kesulitan ini mengacu pada Tabel 10.

Tabel 10. Penyesuaian objektif

Penyesuaian cara objektif

Keadaan Lambang Penyesuaian

Anggota badan terpakai

Lengan atas, lengan bawah, dst D 5

Pedal kaki

Tanpa pedal F 0

Penggunaan tangan

Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0

Koordinasi mata dengan tangan

Cukup dekat J 2

Peralatan

Dengan sedikit kontrol N 0

Berat beban (Kg)

0,45 B-1 6

Total 13% Setelah mendapatkan perhitungan penyesuaian dengan dua metode yang

berbeda, maka langkah selanjutnya adalah penggabungan kedua hasil penyesuaian tersebut. Nilai total dari kedua penyesuaian didapatkan nilai 1,17. Selanjutnya

melakukan perhitungan untuk mendapatkan waktu normal. Waktu normal yang diperoleh sebesar 93,79 detik (Lampiran 4).

Setelah waktu normal diketahui, maka dilakukan perhitungan waktu baku dengan memperhitungkan faktor kelonggaran. Nilai dari kelonggaran yang diperoleh sebesar 0,19. Perhitungan nilai kelonggaran mengacu pada Tabel 11.

Tabel 11. Kelonggaran

Kelonggaran

Tenaga yang dikeluarkan

Sangat ringan 6

Sikap kerja

Berdiri di atas dua kaki 1

Gerakan kerja

Normal 0

Kelelahan mata

Pandangan yang hampir terus menerus 6

Keadaan suhu tempat kerja

Normal 2

Keadaan atmosfer

Baik 0

Keadaan lingkungan

Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0

Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi 2

Hambatan yang tak terhindarkan 2

Total 19% I = 19/100 = 0,19

Waktu baku dari proses produksi pekerjaan ini sebesar 111,62 detik atau 1 menit 51 detik. Waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Dalam hal ini, waktu baku yang diperoleh pada proses produksi minuman lidah buaya sebesar 111,62 detik atau 1 menit 51 detik (Lampiran 4).

Produksi minuman lidah buaya dalam sehari rata-rata mampu menghasilkan 180 cup (kemasan gelas plastik) per adonan masak. Bila dalam proses produksi per satu cup (kemasan gelas plastik) dibutuhkan waktu 111,62 detik atau 1 menit 51 detik maka untuk 180 cup dibutuhkan waktu lebih kurang

(180 cup X 111,62 detik) sebesar 5 jam 35 menit. Dengan mengacu pada total waktu untuk proses produksi sebesar 111,62 detik atau 5 jam 35 menit, jumlah satu orang karyawan yang menangani bagian produksi masih mampu maka belum diperlukan adanya shift kerja pada perusahaan ini. Bahkan produksi dapat ditingkatkan maksimal menjadi 230 cup. Dimisalkan hasil per sekali masak sebanyak 180 cup dengan waktu per satu cup 111,62 detik, selanjutnya dilakukan penambahan sebanyak 50 cup sehingga menjadi 230 cup yang dihasilkan per sekali masak, maka waktu yang diperlukan untuk proses produksi lebih kurang (250 cup X 111,62 detik) sebesar 7 jam 45 menit. Dapat disimpulkan waktu produksi sebesar 7 jam 45 menit untuk menghasilkan minuman lidah buaya sebanyak 250 cup (kemasan gelas plastik) dengan satu orang pekerja maka peningkatan ini masih dapat dilakukan.

4.5. Produktivitas Kerja

Berdasarkan wawancara dengan pemilik perusahaan, hal terpenting dalam peningkatan produktivitas kerja PT. Driyama Purwana diantaranya sumber daya manusia, lingkungan serta peralatan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mangkuprawira (2007) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja perusahaan, diantaranya sumber daya manusia, peralatan dan teknologi, serta lingkungan.

4) Sumber Daya Manusia

Proses penerimaan pekerja di PT. Driyama Purwana dilakukan melalui proses seleksi wawancara. Proses seleksi ini dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap calon pekerja berdasarkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan kepribadian. Peningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja memiliki dampak langsung terhadap peningkatan produktivitas kerja perusahaan.

Sumber daya manusia bagi PT. Driyama Purwana adalah hal yang penting karena merupakan salah satu faktor yang menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pekerja pada perusahaan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang berkaitan dengan produk lidah buaya. Selanjutnya dilakukan pelatihan atau pembinaan secara langsung untuk proses produksi. Upaya ini bertujuan untuk

menambah keterampilan dan pengetahuan pekerja, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. Beberapa faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam memilih tenaga kerja di PT. Driyama Purwana adalah pekerja yang bertanggung jawab, menyukai pekerjaan, cekatan, teliti, dan memiliki kualitas kerja yang baik.

Permasalahan yang sering ditemukan pada pekerja di PT. Driyama Purwana adalah kurangnya pengetahuan terhadap komoditas lidah buaya. Selain itu pekerja terkadang merasa jenuh dengan kegiatan produksi yang dilakukan secara rutin.

5) Lingkungan

Menurut Sutalaksana (2004), lingkungan fisik merupakan semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang mempengaruhi para pekerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya penerangan, suhu dan kelembaban, kebisingan, dan sirkulasi udara. Selain itu, lingkungan kerja yang dirancang secara ergonomik memberikan pengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja. PT. Driyama Purwana sudah merancang lingkungan kerja secara ergonomik dengan memperhatikan tata letak pabrik dan peralatan yang digunakan. Tata letak dan penyusunan peralatan di dalam pabrik pembuatan minuman lidah buaya telah disesuaikan dengan alur kegiatan produksi dari awal sampai akhir proses produksi dan juga kondisi pekerja. Berdasarkan pengamatan secara langsung, kondisi lingkungan kerja pada PT. Driyama Purwana adalah sebagai berikut: a) Penerangan

Penerangan dapat mempengaruhi penglihatan manusia dalam melihat suatu obyek secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Penerangan yang suram dan sumber cahaya yang menyilaukan mata dapat mengakibatkan mata pekerja cepat lelah karena mata berusaha menyesuaikan penglihatannya.

Sumber cahaya di PT. Driyama Purwana berasal dari lampu neon yang ditempatkan di area pabrik. Penerangan dengan menggunakan lampu neon sudah cukup baik dalam menerangi pabrik yang memiliki luas 5,8m x 4,2m.

Selain itu, sumber cahaya lainnya berasal dari beberapa jendela berukuran besar yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk ke dalam pabrik sehingga hal ini memberikan efek terang di dalam pabrik. Pemilihan waktu proses pengolahan minuman yang hanya dilakukan pagi hingga siang hari juga bertujuan menjaga agar lingkungan di dalam pabrik tetap dalam kondisi terang.

b) Suhu dan Kelembaban

Temperatur atau suhu merupakan hal yang berkaitan dengan daya tahan tubuh pekerja. Suhu kerja yang efektif berada pada kisaran 22-280C (Sutalaksana, 2004). Rentang suhu yang berhasil diamati pada PT. Driyama Purwana adalah 24-270C. Keadaan tersebut masih sesuai dengan kondisi suhu kerja yang normal/efektif. Terjaganya suhu tersebut dipengaruhi juga oleh banyaknya titik ventilasi sehingga kenaikan suhu tidak terjadi di suatu titik lokasi.

Tingkat kelembaban pada lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh keadaan temperatur yang ada. Analisa kelembaban hanya berdasarkan pengamatan dan tidak dilakukan pengukuran secara khusus. Temperatur yang berkisar 24-270C menunjukkan bahwa suhu di ruangan produksi PT.Driyama Purwana memiliki tingkat kelembaban yang normal.

c) Kebisingan

Kebisingan dapat mengganggu aktivitas bekerja seorang karyawan. Kebisingan yang dibiarkan terlalu lama dapat mengganggu pendengaran. Di Indonesia Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah 85 desibel (dB). Nilai Ambang Batas merupakan standar faktor tempat kerja yang diterima pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan. Secara umum, kebisingan pada PT. Driyama Purwana tidak terlalu tinggi, berkisar 35-40 desibel (dB). Hal tersebut terjadi karena tidak adanya mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang mengeluarkan kebisingan yang tinggi.

Sirkulasi udara merupakan hal yang penting bagi lingkungan fisik pabrik. Sirkulasi mempengaruhi hampir semua unsur lingkungan fisik kerja baik itu suhu, kelembaban, penerangan, maupun kebisingan. Jika sirkulasi udara dalam ruangan tidak bekerja dengan baik maka orang yang berada di dalamnya akan mudah lelah.

Sirkulasi udara pada PT. Driyama Purwana bisa dikatakan baik. Penempatan ventilasi dilakukan pada bagian atas setiap dinding dengan ukuran yang besar. Oleh sebab itu sirkulasi yang terjadi di dalam pabrik tidak ada masalah. Ventilasi yang baik merupakan tempat pertukaran udara sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara bersih dan segar. Selain itu disekitar lokasi pabrik terdapat beberapa pohon, yang dapat memberikan rasa sejuk dan segar selama bekerja. Di dalam pabrik tidak menggunakan

exhaust fan karena ventilasi yang ada dianggap cukup untuk pengaturan sirkulasi udara. Sedangkan kipas angin tidak digunakan agar kehigienisan proses produksi tetap terjaga dengan baik.

6) Peralatan dan Teknologi

Salah satu masalah yang mempengaruhi produktivitas dalam perusahaan ini adalah faktor peralatan dan teknologi. PT. Driyama Purwana dalam melakukan proses produksi masih menggunakan peralatan dan teknologi modern dan tidak modern. Peralatan modern sudah digunakan untuk beberapa proses produksi seperti pemotongan gel lidah buaya dengan mesin pemotong lidah buaya dan penutupan cup dengan mesin sealer. Sedangkan pada proses pasteurisasi dan pendinginan masih menggunakan peralatan dan teknologi yang manual yaitu menggunakan panci untuk proses pasteurisasi dan ember berisi air untuk proses pendinginan.

Dokumen terkait