• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menjelaskan berbagai masalah yang terdapat dalam rumusan masalah mengenai Upaya Indonesia Dalam Memenuhi Persediaan BBM Pasca Keluar dari OPEC (Organization Petroleum Exporting Countries) 2008?. Peneliti memiliki beberapa perbandingan argument atau pemikiran dari berbagai sumber yang telah ada.

Dalam berbagai kehidupan saat ini minyak menjadi salah satu komodasi paling utama dalam sehari-hari, baik dalam bidang transportasi maupun industri. Menurut Drs. Sahat Simamora13 dalam bukunya yang berjudul Minyak Dalam Politik, Upaya Mencapai Konsensus Internasional, menyatakan bahwa

“kebutuhan akan energi yang semakin meningkat dan ketergantungan pada minyak akan mendorong penghematan, juga berusaha dalam memperbesar produksi, baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi output pada sumur-sumur lama maupun pencarian sumur-sumur baru”. Sedangkan dengan mempertahankan

13 Drs. Sahat Simamora, Minyak Dalam Politik, Upaya Mencapai Konsensus Internasional, (Rajawali, Jakarta, 1983), hal.24-25

7 sumber cadangan yang ada juga akan mengakibatkan beberapa kendala, karena berdampak pada devisa surplus minyak di luar negeri yang kurang memberikan keuntungan. Mengenai harga minyak sendiri tekanan gejolak minyak bisa saja terjadi oleh dua hal14, di antaranya satu : tinginya tingkat konsumsi dan permintaan negara-negara konsumen maju, dua : tingginya laju pertumbuhan impor berbagai komoditi disemua negara OPEC.

Terdapat pemikiran lainnya yaitu menurut Bambang Irawan dalam tulisannya yang berjudul pengaruh regulasi produksi minyak OPEC terhadap kebijakan pemerintah Indonesia mengenai harga bahan bakar minyak 2008, bahwasannya regulasi15 minyak yang dilakukan OPEC telah berdampak pada stabilitas harga yang ditentukan oleh pasar, sedangkan pada tahun 2008 OPEC tidak menambahkan daya produksinya padahal permintaan yang semakin tingginya dari konsumsi anggota OPEC semakin sengit bersaing mendapatkan kuota, begitu juga dengan harga, disebabkan OPEC tidak menambah daya produksi mengakibatkan harga minyak menjadi naik.

Regulasi yang dilakukan OPEC juga berdasarkan apa yang telah dilakukan dan di sepakati oleh anggota-anggota OPEC, sehingga ini menjadikan keseimbangan, kestabilan bersama bagi negara anggota, akan tetapi berbeda dengan Indonesia, regulasi itu menjadikan Indonesia semakin sulit, dimana permintaan dalam negeri meningkat karena faktor produksi dalam negeri mencapai batas serta adannya pertambahan penduduk membuat kebutuhan akan

14

Ibid. Hal.210-211

15

Irawan Bambang, Pengaruh Regulasi Produksi Minyak OPEC Terhadap Kebijakan Peremintah Indonesia Mengenai Harga Bahan Bakar Minyak 2008 (Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2009) dalam skripsi http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/396/jbptunikompp-gdl-bambangira-19782-1-skripsi-n.pdf di akses pada tangal 10 April 2014

8 BBM semakin tinggi. Akan tetapi ini tidak membuat OPEC terpengaruh, regulasi tetap berjalan, jika permintaan akan minyak meningkat dan penawaran tetap, maka harga minyak akan naik. Sebaliknya sedangkan jika permintaan menurun dan penawaran tetap, maka harga minyak akan turun. Permintaan konsumen terjadi apabila negara-negara pengkonsumsi minyak telah mengalami peningkatan akan kebutuhan minyak untuk memenuhi kebutuhannya, dimana kelangkaan minyak terjadi karena pertumbuhan penduduk sehingga konsumen meminta untuk menambah produksi minyak hingga kebutuhan akan minyak terpenuhi.

Pada dasarnya Indonesia telah banyak belajar mengenai keterkaitannya dengan OPEC dalam produksi minyaknya akan tetapi sampai pada saat ini, yang mana sudah 50 tahun lebih Indonesia dalam anggota OPEC tidak mengalami perubahan, sejak tahun 2000an Indonesia sudah dalam proses menjadi negara (net-importir), ini sudah berbeda dengan keinginan masyarakat, karena banyaknya permintaan yang semakin meningkat, kebutuhan minyak akan kunsumsi minyak dalam negeri menjadikan pemerintah akan dalam posisi yang rumit, dikala harga minyak meroket tinggi sedangkan Indonesia juga masih membayar iuran 2 juta setiap tahunnya, ini yang menjadikan alasan bahwa indonesia mempunyai kebijakan untuk keluar dari anggota OPEC.

Adapun beberapa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kebutuhan konsumsi minyak yang kurang dari produksi kilang minyak oleh perusahaan minyak di Indonesia, salah satunya impor minyak dari timur tengah, serta mencari lahan untuk membuat kilang-kilang yang berpotensi menghasilkan minyak mentah yang cukup produktif dan memberikan kesempatan

9 pada para investasi-investasi16 yang ingin memberikan modal pada perusahaan minyak untuk mempercanggih alat produksi minyak sehingga tidak perlu untuk impor lagi.

Menurut Ibnu Sutowo sebagai Dirut Pertamina, dalam bukunya Sanusi Bahrawi, Indonesia Dalam Dunia Perminyakan beranggapan bahwa17 “indonesia banyak belajar dari OPEC, karenanya indonesia masuk OPEC”. Sehingga dari

perkataan Dirut Pertamina tersebut banyak pendapat yang mendukung indonesia masuk OPEC, salah satu tokoh itu adalah Ir.Racmat Witular sebagai ketua komisi VI DPR, yang mana beliau menyatakan bahwa meskipun nasib dari negara-negara berkembang yang menjadi anggota OPEC pada saat itu akan selalu tergantung dengan OPEC dan juga akan membayar adanya iuran, akan tetapi sebagai anggota yang senasib dengan negara berkembang tersebut, yang menjadi berbeda yaitu antara yang kaya dan yang miskin semakin menjauh.

Pada tahun 1960 OPEC melakukan konferensi pertamanya oleh beberapa anggota penghasil minyak yang sudah berjalan sejak lama diantaranya terdapat negara Arab Saudi, Venezuela, Iran, Iraq, dan kuwait serta pada saat itu bulan september 1960 juga meresmikan terbentuknya OPEC di baghdad. Dari hasil konferensi pertama tersebut menghasilkan18 penetapan tujuan dari organisasi OPEC ialah mempersatukan kebijaksanaan di bidang perminyakan dan penentuan

16

Investor.co.id, Indonesia butuh investasi bidang energi dalam http://www.investor.co.id/energy/indonesia-butuh-investasi-bidang-energi/50224 di akses pada tanggal 15 april 2014

17

Sanusi Bahrawi, Indonesia Dalam Dunia Perminyakan, (Universitas Indonesia-Press, 1984), hal.5-6

18

10 cara-cara/langkah-langkah guna melindungi kepentingan-kepentingan negara anggota secara individu maupun kolektif.

Kerjasama Indonesia terhadap OPEC memang sangat lama bahkan sejak awal bergabungnya menjadi anggota OPEC, akan tetapi semakin lama semakin mendesak pada APBN, semakin banyak permintaan, dan konsumtifnya BBM oleh masyarakat indonesia menjadikan impor kita semakin tinggi presentasenya, ini sulit bagi pemerintah untuk menentukan kenaikan harga atau regulasi kuota yang di impor dari OPEC. Menurut Teguh Dartanto dengan tulisannya yang berjudul

BBM, Kebijakan Energi, Subsidi dan kemiskinan di indonesia19. Teguh Dartanto tertarik untuk menganalisis mengenai kebijakan energi, BBM, dan subsidi yang mana dapat mengakibatkan kemiskinan di indonesia pada tahun 2005. Teguh menyatakan bahwa mengapa alasan kenaikan harga minyak di indonesia mengalami pembengkakan bahkan sampai menuju pada krisis. Karena faktor perbedaan harga jual domestik dengan harga luar negeri-nya yang sangat timpang akibat peningkatan harga minyak bumi yang semakin sulit untuk di cari sumbernya, dan pada saat itu harga minyak bumi sekitar U$$ 50 perbarel jauh diatas harga minyak bumi yang di tetapkan dalam asumsi harga minyak dalam APBN 2005 yang hanya sebesar U$$ 24 perbarel20. Perbedaan ini yang megakibatkan timbulknya pembengkakan subsidi BBM.

Setelah dalam kurun waktu 3 tahun dari 2005-2008 harga BBM dan pembengkakan subsidi terus terjadi bahkan sampai produksi bahan minyak

19

Teguh Dartanto, Staf Bidang Pemikiran dan Kajian PPI Jepang

Research Student Graduate School of Economics Hitotsubashi University

Staf Pengajar dan Peneliti LPEM FEUI http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=102 Diakses pada tanggal 19 November 2013

20

11 mentah pun terus mengalami penurunan. Dalam peryataan yang dilakukan oleh Teguh Dartanto dengan dampak kenaikan BBM terhadap Inflasi negara pada tahun 2005, kenaikan BBM ini secara langsung berdampak pada kenaikan harga-harga pada barang lainnya seperti pada bulan maret sampai pada oktober, estimasi dampak inflasi akan mencakup pada struktur komsumsi rumah tangga dan struktur biaya produksi industri.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian No. Peneliti / Judul Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. Sahat Simamora ;

Dokumen terkait