• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.5 Kategori Ketidaksantunan Menimbulkan Konflik

4.2.5.3 Subkategori Menyepelekan

MT : “Seko ngendi koe mau?” P : “Biasa anak muda.” (E4)

MT : (pergi meninggalkan penutur dan membanting pintu).

(Konteks tuturan: penutur tiba di rumah dari bepergian sore hari. Mitra tutur menyapa penutur di ruang tamu sembari melontarkan pertanyaan dari mana penutur pergi. Penutur merasa tidak nyaman ketika mitra tutur bertanya perihal kepergiannya, sehingga penutur hanya menjawab sekenanya dan terkesan menyepelekan)

Cuplikan tuturan 64

MT : “Ayo ngewangi aku neng sawah!”

P : “Halah mangke bu, neng sawah terus koyo dibayar wae.” (E6)

MT : “Bocah ora ngerti kahanan. Koe iso urip tekan dino iki yo mergo seko hasil sawah kui.”

(Konteks tuturan: mitra tutur sedang bersiap-siap di teras rumah hendak pergi ke sawah pada siang hari. Mitra tutur menyuruh penutur untuk membantu pekerjaan di sawah. Penutur enggan melaksanakan perintah dari mitra tutur dan hanya memberi jawaban sembrono)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan E4: “Biasa anak muda.”

Tuturan E6: “Halah mangke Bu, neng sawah terus koyo dibayar wae.” (Halah nanti Bu, di sawah terus seperti dibayar saja).

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4: penutur berbicara kepada orang yang lebih tua dengan sembrono, penutur tidak memberi tahu mitra tutur dari mana ia pergi, penutur menanggapi pertanyaan mitra tutur sembari berjalan.

Tuturan E6: penutur menanggapi ajakan mitra tutur dengan datar tanpa ada rasa tanggung jawab, penutur berbicara kepada orang yang lebih tua, penutur tidak mengindahkan ajakan mitra tutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E4: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi berita, tekanan lunak pada frasa anak muda, nada sedang, dan pilihan kata yang digunakan adalah bahasa populer.

Tuturan E6: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi berita, tekanan keras pada frasa halah, nada sedang, dan pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4: Penutur tiba di rumah dari bepergian sore hari. Mitra tutur menyapa penutur di ruang tamu sembari melontarkan pertanyaan dari mana penutur pergi. Penutur merasa tidak nyaman ketika mitra tutur bertanya perihal kepergiannya, sehingga penutur hanya menjawab sekenanya dan terkesan menyepelekan. Penutur perempuan, kelas XII SMK berusia 19 tahun dan mitra tutur perempuan berusia 42 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan penutur ialah berusaha merahasiakan sesuatu. Tindak verbal yang

terjadi: ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah MT marah dan membanting pintu.

Tuturan E6: Mitra tutur sedang bersiap-siap di teras rumah hendak pergi ke sawah pada siang hari. Mitra tutur menyuruh penutur untuk membantu pekerjaan di sawah. Penutur enggan melaksanakan perintah dari mitra tutur dan hanya memberi jawaban sembrono. Penutur laki-laki, berusia 28 tahun dan mitra tutur perempuan, berusia 53 tahun. Penutur adalah anak dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan tersebut ialah penutur enggan melaksanakan tugas dari MT. Tindak verbal yang terjadi: ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah MT menjawab perkataan penutur dengan kesal kemudian pergi meninggalkan penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Dalam subkategori menyepelekan terdapat dua maksud ketidaksantunan. Maksud yang pertama adalah maksud merahasiakan sesuatu dan terdapat pada tuturan E4. Penutur merasa tidak nyaman dengan pertanyaan mitra tutur, sehingga berusaha merahasiakan kepergian penutur. Berbeda dengan tuturan E6 yang disampaikan dengan maksud menolak. Penutur bermaksud menolak ajakan mitra tuturnya untuk pergi ke sawah.

4.2.5.4 Subkategori Menyindir Cuplikan tuturan 59

MT : (mitra tutur mengambil makanan, namun kurang berhati-hati

sehingga mneimbulkan kegaduhan)

P : “Mbok dibanting sisan! Mbok dibaleni!” (E1)

MT : (mitra tutur kesal dan justru dengan sengaja membuat gaduh

(Konteks tuturan: penutur dan mitra tutur sedang makan siang di ruang makan. Mitra tutur secara tidak sengaja mengambil piring dengan tidak hati-hati, sehingga menimbulkan suara gaduh. Penutur menanggapi tingkah laku mitra tutur dengan melontarkan kata-kata sindiran)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E1: “Mbok dibanting sisan! Mbok dibaleni!” (Dibanting sekalian,

diulang lagi!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1: penutur berbicara dengan ketus dan sengaja melontarkan kata-kata sindiran kepada mitra tutur, penutur berbicara sembari melirik sinis ke arah mitra tutur, penutur sengaja menyindir mitra tutur dengan tujuan agar lebih berhati-hati ketika mengambil sesuatu.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E1: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi perintah, tekanan keras pada kata sisan, nada sedang, pilihan kata yang digunakan adalah bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: mbok.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1: Penutur dan mitra tutur sedang makan siang di ruang makan. Mitra tutur secara tidak sengaja mengambil piring dengan tidak hati-hati, sehingga menimbulkan suara gaduh. Penutur menanggapi tingkah laku mitra tutur dengan melontarkan kata-kata sindiran. Penutur dan mitra tutur laki-laki. Penutur mahasiswa semester 4, berusia 19 tahun dan mitra tutur kelas VIII SMP, berusia 14 tahun. Penutur adalah kakak dari mitra tutur. Tujuan dari tuturan penutur adalah menyuruh MT agar lebih berhati-hati. Tindak verbal

yang terjadi yaitu ekspresif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut adalah MT kesal dan semakin membuat gaduh suasana.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E1 disampaikan dengan maksud menyindir mitra tuturnya yang tidak pernah berhati-hati dalam melakukan aktivitas, sehingga selalu menimbulkan suara gaduh.

4.2.5.5 Subkategori Menolak Cuplikan tuturan 63

MT : “Wisnu ambilkan kursi di depan itu!” P : “Punya kaki sendiri kok!!” (E5)

MT : (mitra tutur menghampiri penutur kemudian menjewer telinga

penutur)

(Konteks tuturan: percakapan terjadi di ruang keluarga pada siang hari (Rabu, 24 April 2013. Pukul 13.15 – 13. 45 WIB). Mitra tutur sedang menerima tamu di ruang tamu, sedangkan penutur sedang menonton televisi di ruang keluarga. Mitra tutur meminta bantuan kepada penutur untuk mengambilkan kursi di depan rumah. Penutur enggan melaksanakan perintah dari mitra tutur, bahkan menanggapi permintaan mitra tutur dengan kata-kata yang tidak santun)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik Tuturan E5: “Punya kaki sendiri kok!!” 2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5: penutur berbicara kepada orang tua dengan ketus, penutur dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak sopan, penutur berbicara tanpa melihat ke arah mitra tutur, penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E5: intonasi yang digunakan penutur adalah intonasi seru, tekanan keras pada kata sendiri kok, nada tinggi, pilihan kata yang digunakan adalah kata populer, dan kata fatis yang terdapat dalam tuturan: kok.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5: Percakapan terjadi di ruang keluarga pada siang hari (Rabu, 24 April 2013. Pukul 13.15–13.45 WIB). Mitra tutur sedang menerima tamu di ruang tamu, sedangkan penutur sedang menonton televisi di ruang keluarga. Mitra tutur meminta bantuan kepada penutur untuk mengambilkan kursi di depan rumah. Penutur enggan melaksanakan perintah dari mitra tutur, bahkan menanggapi permintaan mitra tutur dengan kata-kata yang tidak santun. Penutur laki-laki, siswa kelas 3 SD dan mitra tutur laki-laki berusia 43 tahun. Penutur adalah anak dari MT. Tujuan dari tuturan penutur ialah menolak perintah dari MT. Tindak verbal yang terjadi: komisif. Tindak perlokusi dari tuturan tersebut: MT menjewer telinga penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E5 disampaikan dengan maksud menolak perintah dari mitra tuturnya.

Dokumen terkait