• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.2 Kategori Ketidaksantunan Melecehkan Muka

4.2.2.3 Subkategori Menyindir

Subkategori menyindir pada kategori melecehkan muka terjadi karena penutur dengan sengaja menyampaikan sindirannya kepada mitra tutur agar menarik perhatian mitra tutur sebagai jamaah perempuan yang sudah bersuami. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori menyindir.

Cuplikan tuturan B6

P :“Alangkah inginnya dunia ini tanpa ocehan sang istri!”

MT :“Ocehan istri sangat berguna untuk suami.”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat ceramah sebelum sholat terawih. Isi ceramah yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai menjadikan keluarga yang harmonis. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur menyatakan mengenai kekurangan dari MT dengan cara menyindir. Penutur beranggapan bahwa istri itu cerewet. Penutur berdiri di mimbar dan MT duduk.

Analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dijelaskan sebagai berikut.

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B6: “Alangkah inginnya dunia ini tanpa ocehan sang istri!”

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B6: Penutur secara tidak langsung menyindir MT sebagai seorang istri. Penutur beranggapan bahwa istri itu cerewet. Penutur tidak menyadari bahwa dirinya telah melecehkan muka MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B6: Tuturan dikatakan dengan intonasi seru, penutur berbicara dengan nada sedang, tekanan lemah kata ocehan, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku ocehan..

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B6: Penutur adalah seorang ustadz berusia 52 tahun dan MT perempuan berusia 30 tahun. Tuturan terjadi saat ceramah menjelang sholat terawih di Masjid Syahuda pada hari Kamis, tanggal 18 Juli 2013 pukul 19.15-19.30 WIB. Isi ceramah yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai menjadikan keluarga yang harmonis. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur menyatakan mengenai kekurangan dari MT dengan cara menyindir. Penutur beranggapan bahwa istri itu cerewet. Penutur berdiri di mimbar dan MT duduk. Tujuan penutur menyindir MT. Tindak verbal: direktif (memohon). Tindak perlokusi: MT merespon pernyataan penutur dengan membenarkan bahwa ocehan istri.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B6: Penutur hanya sekedar bercanda terhadap mitra tutur.

4.2.2.4 Subkategori Memberitahu

Subkategori memberitahu pada kategori melecehkan muka terjadi ketika penutur menyampaikan kejelekan mitra tutur yang dijadikan sebagai contoh dalam isi khotbah penutur kemudian disampaikan kepada jamaah lainnya. Akan tetapi penutur telah kelewatan sehingga mitra tutur tersinggung karena

tuturan penutur. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori memberitahu.

Cuplikan tuturan B7

P : “Sampeyan kyai we dudu kok sunah ngingu jenggot barang!”

MT : “ya emang bukan, saya cuma jamaah masjid sini ”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat pengajian pada malam minggu, isi pengajian yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai dampak buruk maksiat. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur menyampaikan kejelekan MT untuk menjadikan contoh dalam khotbahnya, akan tetapi malah membuat MT tersinggung karena tuturan penutur sudah kelewatan. Penutur duduk di mimbar dan MT duduk depan penutur.)

Cuplikan tuturan B9

P : “Sampeyan sok gaya ngerti Islam sedeloe gaya, mondok rataue kok gaya terus nggo jilbab barang!”

MT : “Ya nggak gaya pak Ustadz, ini kan lagi dipengajian jadi wajib memakai jilbab”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada saat pengajian. Isi pengajian yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai dampak buruk maksiat. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur memberikan pernyataan yang menyinggung secara berlebihan sehingga membuat MT kecewa. Penutur duduk di mimbar dan MT duduk depan penutur.)

Analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dijelaskan sebagai berikut.

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B7: “Sampeyan kyai we dudu kok sunah ngingu jenggot barang!” (Anda kyai bukan kok sunah memelihara jenggot segala.)

Tuturan B9: “Sampeyan sok gaya ngerti Islam sedeloe gaya, mondok rataue kok gaya terus nggo jilbab barang!” (Anda sok gaya tahu Islam sebentar gaya, pondok tidak pernah kok gaya terus memakai jilbab segala.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B7: Penutur menghina MT. Penutur menyinggung MT. Penutur merendahkan MT. Penutur tidak menyadari bahwa dirinya telah melecehkan muka MT.

Tuturan B9: Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. Penutur menyindir MT. Penutur memojokkan MT. Penutur tidak menyadari bahwa dirinya telah melecehkan muka MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B7: Tuturan dikatakan dengan intonasi berita, kata fatis: kok, penutur berbicara dengan nada sedang, tekanan lemah pada frasa kyai we dudu, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan B9: Tuturan dikatakan dengan intonasi berita, kata fatis: kok, penutur berbicara dengan nada sedang, tekanan lemah pada frasa sampeyan sok gaya, dan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B7: Penutur adalah seorang ustadz berusia 47 tahun dan MT laki-laki berusia 26 tahun. Tuturan terjadi saat pengajian di Masjid Gedhe Kauman saat ceramah pada hari Sabtu, tanggal 6 Juli 2013 pukul 20.30-22.00 WIB. Isi pengajian yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai dampak buruk maksiat. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur menyampaikan kejelekan MT untuk menjadikan contoh dalam khotbahnya, akan tetapi malah membuat MT

tersinggung karena tuturan penutur sudah kelewatan. Penutur duduk di mimbar dan MT duduk depan penutur. Tujuan penutur memojokan MT dengan pernyataan tersebut. Tindak verbal: asertif (menyatakan). Tindak perlokusi: MT membela diri.

Tuturan B9: Penutur adalah seorang ustadz berusia 47 tahun dan MT perempuan berusia 24 tahun. Tuturan terjadi saat pengajian di Masjid Gedhe Kauman pada hari Sabtu, tanggal 6 Juli 2013 pukul 20.30-22.00 WIB. Isi pengajian yaitu ustadz menyampaikan ceramahnya mengenai dampak buruk maksiat. Pengajian diikuti oleh para jamaah dan dipimpin oleh ustadz. Penutur memberikan pernyataan yang menyinggung secara berlebihan sehingga membuat MT kecewa. Penutur duduk di mimbar dan MT duduk depan penutur. Tujuan penutur memojokan MT dengan pernyataan tersebut. Tindak verbal: asertif (menyatakan). Tindak perlokusi: MT menanggapi dengan menyampaikan alasannya.

5) MaksudKetidaksantunan

Tuturan B7: Penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada mitra tutur.

Tuturan B9: Penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada mitra tutur.

Dokumen terkait