• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Analisis Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

6.1.2 Subsistem Usahatani

2. Pengolahan Lahan 7 2 3. Pemupukan 2 2 4. Pemangkasan 2 2 6. Penyemprotan 10 3 7. Pembungkusan 7 6 8. Panen 2 2 35.000 – 45.000

Keterangan : 1 HOK = 8 Jam

Sebagian besar mesin dan alat pertanian yang digunakan petani belimbing yaitu cangkul, gergaji, pisau stek, mesin sedot air dan power sprayer. Penyediaan mesin dan alat petanian tersebut ada yang diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sebagian besar dibeli sendiri oleh petani.

6.1.2. Subsistem Usahatani 1. Penanaman

Sebagian besar penanaman belimbing dilakukan oleh petani pada saat ketinggian bibit lebih besar dari satu meter dengan kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanam belimbing yang dilakukan oleh petani yaitu 6 x 5 meter sebanyak 31 petani ( 51,67 persen), 6 x 6 meter sebanyak 14 (23,33 persen), 6 x 7 meter sebanyak empat petani (6,67 persen), 7 x 7 meter sebanyak 11 petani (18,33 persen).

Jarak tanam yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok jarak tanam yang sesuai yaitu 7 x 7 meter. Alasan petani tidak menerapkan SOP yaitu karena tanaman belimbing sudah tertanam sejak lama sebelum diterbitkannya SOP dan apabila menerapkan SOP petani merasa banyak lahan kosong, padahal semakin jauh jarak tanam belimbing akan menyebabkan cabang-cabang semakin menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak.

Penggunaan pupuk pada saat penanaman yaitu 50 persen pupuk kandang kambing dan 50 persen NPK. Pupuk kambing lebih banyak digunakan oleh petani karena sifat pupuk kandang kambing tidak terlalu lembab. Pada saat penanaman penggunaan input tenaga kerja lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga.

2. Pemeliharaan/Pemangkasan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada saat ranting-ranting kecil keluar. Kegiatan pemangkasan tidak boleh dilakukan terlalu terang karena akan mengganggu pertumbuhan pohon. Kegiatan pemeliharaan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan ini dilakukan setelah panen buah terakhir. Pada kegiatan pemangkasan dilakukan identifikasi letak atau bagian yang akan dipangkas yaitu cabang atau ranting yang tidak produktif, cabang atau ranting yang rusak terkene OPT dan cabang atau ranting yang mati.

3. Pemupukan

Penggunaan pupuk kandang dan NPK jarang dilakukan, penggunaan pupuk kandang domba dilakukan 3 – 6 bulan sekali dengan dosis 50 kilogram perpohon. Sedangkan penyemprotan obat-obatan dilakukan satu minggu dua kali dengan sistem oplosan. Curacron, Decis dan Dusban digunakan sebagai pestisida, sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A perangsang buah. Pada musim hujan frekuensi penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan.

Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dlihat pada Tabel11 :

Tabel 11. Dosis Pemupukan Buah Berdasarkan SOP

Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan

Pupuk Kandang (Kg) NPK 15 : 15 : 15 (Kg)

3 – 12 bulan setelah tanam 20 - 30 0,2 – 0,3 per empat bulan

1 – 3 tahun setelah tanam 30 - 40 0,4 – 0,6

3 – 4 minggu sekali pada

Kegiatan pemupukan dan penyemprotan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan menggunakan mesin steam. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang sering menyerang pohon belimbing yaitu :

1. Lalat buah

Untuk menghindari serangan lalat buah dilakukan pembungkusan 3 – 4 minggu setelah buah terbentuk dan buah yang terserang lalat buah dibenamkan dalam tanah. Dalam pengendaliaan lalat buah digunakan Petrogenol dengan dosis 50 mililiter untuk 50 pohon belimbing.

2. Jamur upas

Menyerang batang seperti lapisan gabus tebal. 3. Ulat penggerek buah

4. Embun jelaga dan kutu.

4. Pembungkusan

Jarak pohon belimbing mulai berbunga sampai pembungkusan yaitu 1,5 bulan. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Pembungkusan dilakukan pada saat ukuran buah sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua.

Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 – 3 cm atau 15 – 20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang, daam satu domplotan terdapat ebih dari dua buah.

Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah belimbing yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas karbon memiliki kelebihan yaitu bahan ringan, sinar matahari tidak langsung masuk ke buah, buah tumbuh dengan baik dan warnanya kuning mengkilap. Sedangkan kelemahannya kertas karbon sulit diperoleh dan harganya lebih mahal.

Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna

pucat, waktu pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari.

5. Panen

Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur buah 50 hari. Sebanyak 93,33 persen petani menyatakan musim panen dilakukan tiga kali dalam setahun. Tingkat kegagalan karena kerontokkan buah yang telah dibungkus dan siap untuk dipanen adalah 20 persen, hal ini disebabkan karena buah yang sudah dibungkus mudah rontok. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata hasil panen belimbing petani yaitu 1 - 2 ton (73,33 persen), 3,1 – 4 ton per panen (3,33 persen) dan lebih kecil dari satu ton (13,33 persen).

Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. Rata-rata hasil panen petani tiap pohon per musim panen yaitu :

• Umur 2–4 tahun : 225 - 300 buah/pohon/tahun (45 kg) • Umur 5–9 tahun : 450 – 900 buah/pohon/tahun (150 kg) • Umur > 15 tahun : 1950 buah/pohon/tahun (390 kg)

Sedangkan target mutu yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok menyangkut tiga aspek yaitu :

1. Produktivitas tiap pohon per tahun

• Umur 2–4 tahun : 500 buah/pohon/tahun ( 3 kali panen) • Umur 5–9 tahun : 500 – 1.200 buah/pohon/tahun

• Umur > 15 tahun : 2.000 buah/pohon/tahun

2. Mutu buah hasil panen :

• Tidak cacat

• Bebas cemaran fisik (tanah, kotoran) • Ukuran buah seragam sesuai kelas • Tidak memar

• Bebas cemaran OPT dan pestisida • Warna dan bentuk seragam

3. Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon

• Kelas B (buah dengan berat 200 – 250 gram/buah) 50 % • Kelas C (buah dengan berat < 200 gram/buah) 10 %

Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi risiko-risiko seperti risiko produksi (penurunan volume dan mutu produk), risiko kerugian karena kecelakaan dan bencana alam dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.

Dokumen terkait