• Tidak ada hasil yang ditemukan

Substansi Yang Diatur Dalam Framewok Convention on Tobacco Control (FCTC)

TINJAUAN UMUM

2.2 Substansi Yang Diatur Dalam Framewok Convention on Tobacco Control (FCTC)

Kerangka kerja pengendalian tembakau (Framewok Convention on Tobacco Control) terdiri dari Mukadimah, 11 Bab, 38 Pasal, dan 2 lampiran tentang asal mula lahirnya FCTC dan sejarah FCTC. Bagian awal berisi tentang Preambule atau Mukadimah yang berisi tentang pengakuan, penggambaran dan komitmen para peserta konvensi. Secara umum, pasal-pasal dalam FCTC dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok kebijakan. Pertama tentang pasal-pasal

24

pengendalian permintaan konsumsi tembakau (demand reduction) dan kedua tentang pasal-pasal pengendalian pasokan tembakau (supply reduction).4

Kelompok pertama mengenai pasal-pasal pengendalian permintaan konsumsi tembakau (demand reduction) :

1. Perlindungan terhadap Paparan Asap Rokok (Pasal 8)

Paparan asap rokok terbukti secara alamiah menyebabkan kematian, penyakit, dan kecacatan. Negara para pihak sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang nasionalnya, wajib mengikuti dan menerapkan kebijakan efektif untuk melindungi perokok pasif dari paparan asap rokok di tempat umum dan tempat kerja tertutup, angkutan umum, dan di tempat-tempat umum lainnya.

2. Iklan Promosi dan Sponsor Rokok (Pasal 13)

Dalam waktu lima tahun setelah negara para pihak meratifikasi atau mengaksesi FCTC, negara para pihak wajib mengadopsi dan melaksanakan kebijakan efektif tentang larangan komprehensif iklan, promosi dan sponsor rokok termasuk iklan, promosi, dan sponsor rokok lintas batas negara dalam teritorial yang sama melalui peraturan perundang-undangan nasionalnya. Pada kondisi dimana larangan yang disusun telah secara luas tidak memungkinkan secara konstitusional, maka dilakukan pembatasan terhadap iklan, promosi dan pemberian sponsor. Pembatasan diberlakukan juga pada lintas batas negara dalam teritorial yang sama.

4 Draft WHO Framework Convention on Tobacco Control, 2003, Intergevernmental Negotiating Body, Sixth session, Geneva.

3. Harga dan Cukai (Pasal 6)

FCTC menyatakan para pihak harus mempertimbangkan tujuan kesehatan dalam kebijakan harga dan cukai. Meningkatkan harga melalui peningkatan cukai akan menurunkan konsumsi rokok pada semua kelompok masyarakat terutama orang muda. Penjualan produk tembakau bebas bea tidak dibenarkan.

4. Kemasan dan Pelabelan (Pasal 11)

Dalam waktu tiga tahun setelah negara peserta meratifikasi, negara-negara para pihak sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan nasional, wajib mengikuti dan melaksanakan kebijakan efektif tentang kemasan dan pelabelan produk tembakau. Tidak mempromosikan tembakau dengan kata-kata menyesatkan seolah-olah produknya lebih aman, seperti : “low tar”, “light”, “ultra-light”,”mild”, dsb. Pada setiap kemasan produk tembakau dicantumkan peringatan tentang bahaya merkok disertai pesan yang tepat. Peringatan kesehatan harus disetujui oleh pemerintah pusat, diganti secara periodik, cukup besar dan dapat dibaca dengan jelas, berbentuk gambar, yang luasnya 50% atau lebih dari sisi lebar kemasan dan tidak kurang dari 30%. Disamping itu perlu dicantumkan informasi tentang kandungan dan emisi produk tembakau. 5. Kandungan Produk Tembakau dan Pencantuman Produk Tembakau ( Pasal

9 dan 10)

Konferensi para pihak sepakat untuk menetapkan sebuah pedoman yang dapat digunakan oleh semua anggotanya dalam mengatur kandungan

26

produk tembakau. Setiap negara pihak wajib mengadopsi dan melaksanakan kebijakan yang mewajibkan produsen untuk menginformasikan kandungan produk tembakau mereka kepada pemerintah.

6. Edukasi, Komunikasi, Pelatihan dan Kesadaran Publik (Pasal 12)

Tiap pihak harus mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang isu pengendalian tembakau dengan menggunakan alat komunikasi yang tersedia, baik melalui program pendidikan yang menyadarkan masyarakat mengenai resiko kesehatan akibat konsumsi tembakau dan paparan asap rokok, pelatihan yang efektif atau program kepekaan dan penyadaran mengenai pengendalian tembakau dan akses informasi yang cukup bagi masyarakat mengenai akibat buruk dari produk tembakau terhadap kesehatan, ekonomi dan lingkungan hidup.

Kelompok kedua tentang pasal-pasal pengendalian pasokan tembakau (supply reduction) yaitu :

1. Perdagangan ilegal produk-produk tembakau (Pasal 15)

Para Pihak memberlakukan dan menerapkan upaya untuk mengatur perdagangan tembakau yang secara ilegal termasuk penyelundupan, produksi ilegal dan pemalsuan. Dengan memberikan tanda untuk menentukan asal produk tembakau tersebut, menentukan pusat penyebaran dan melakukan pengendalian arus produk tembakau dan status legalnya.

2. Penjualan kepada dan oleh anak-anak di bawah umur (Pasal 16)

Para pihak harus menetapkan aturan untuk melarang penjualan produk tembakau kepada anak yang di bawah umur, produk tembakau harus mencantumkan dengan jelas larangan penjualan kepada anak di bawah umur, menempatkan tempat penjualan rokok di tempat yang sulit dijangkau anak-anak, dan melarang penjualan rokok batangan per batang atau dalam paket kecil.

3. Pemberian dukungan terhadap alternatif kegiatan yang laksana secara ekonomis (Pasal 17)

Para pihak harus menyebarluaskan alternatif kegiatan yang layak laksana secara ekonomis kepada pekerja, petani dan penjual perorangan temabakau.

FCTC merupakan suatu konvensi yang berbeda dengan traktat pengendalian obat masa lalu, baik dalam hal mengembangkan strategi maupun mengendalikan dan mengatasi zat adiktif. Pasal-pasal dalam FCTC menegaskan pentingnya strategi pengurangan permintaan terhadap produk tembakau. Hal itu karena fokus FCTC adalah mencegah orang merokok daripada mengobati kecanduan.

Guna memperluas perlawanan terhadap epidemi tembakau, World Health Organization menyarankan enam langkah-langkah pengendalian tembakau dan kematian yang disebut dengan strategi MPOWER, meliputi :5

1. Monitor Penggunaan Tembakau dan Pencegahannya

28

Monitor penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 2/3 negara berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa. Hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara dan Indonesia menduduki posisi keempat.

2. Perlindungan terhadap Asap Tembakau

Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh negara di dunia, dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih membolehkan merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam gedung. Perlindungan terhadap asap tembakau hanya efektif apabila diterapkan kawasan tanpa rokok 100%.

3. Optimalkan Dukungan untuk Berhenti Merokok

Tiga dari 4 perokok di seluruh dunia menyatakan ingin berhenti merokok namun bantuan komprehensif yang tersedia baru dapat menjangkau 5% nya. Bantuan yang dapat diberikan adalah:

1) Pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer.

2) Quitline: Telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan cuma-cuma.

4. Waspadakan Masyarakat akan Bahaya Tembakau

Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar. 5. Eliminasi iklan, Promosi dan Sponsor terkait Tembakau

Pemasaran tembakau memiliki peranan besar dalam meningkatkan gangguan kesehatan dan kematian karena tembakau. Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Sepuluh tahun sejak inisiasi larangan iklan rokok dijalankan, konsumsi rokok di negara dengan larangan iklan turun 9 kali lipat dibandingkan dengan negara tanpa larangan iklan.

6. Raih Kenaikan Cukai Tembakau

Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.

Strategi MPOWER harus dilaksanakan secara keseluruhan untuk mencapai hasil yang efektif dalam menanggulangi epidemi tembakau.

2.2.1 Epidemi Tembakau

Tembakau adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun

30

digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.

Robin Appleberry mengemukakan bahwa konsumsi tembakau secara global menyebabkan kerugian bersih ekonomi tahunan sekitar 200 miliar dolar.6 Sejalan dengan pendapat Appleberry, Alberto Alemanno juga mengatakan bahwa konsumsi tembakau bertanggung jawab atas kematian 650.000 jiwa setiap tahunnya, terhitung lebih dari lima belas persen dari semua kematian di Uni Eropa.7

Promosi aktif produk-produk tembakau oleh perusahaan-perusahaan tembakau juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi produk-produk tembakau yang mana juga menyebabkan peringatan-peringatan medis atas bahaya tembakau kurang menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat khususnya konsumen produk tembakau. Ketika individu menyadari dampak kesehatan dari konsumsi tembakau, kebanyakan dari penggunanya berkeinginan untuk berhenti mengkonsumsi tembakau namun pada kenyataannya sulit untuk dilakukan dikarenakan oleh adiksi nikotin.8

Sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya untuk tubuh, 43 di antaranya bersifat karsinogenik (yang menyebabkan kanker atau meningkatkan resiko timbulnya kanker). Bahan berbahaya dan racun

6 Robin Appleberry, 2001, Breaking the Camel’s Back: Bringing Women’s Human Rights to

Bear.Yale Journal of Law & Feminism: Vol. 13: Iss. 1, Article 4. h.86

7 Alberto Alemanno, 2012, Out Sight, Out Mind: Towards a New EU Toabcco ProductsDirective, The Shredan Press, Hanoven, h. 197.

8 Federal Trade Commission, 2005, Cigarette Report for 2003, Washington D.C, Federal Trade Comission, h. 1.

dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asthma.9

Dalam menangggulangi epidemi tembakau global, organisasi kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) melalui Framework Convention on Tobacco Control dengan 185 negara penandatangan dalam pencapaiannya, pengendalian tembakau memerlukan koordinasi antara banyak instansi pemerintah, lembaga akademik, asosiasi profesi dan organisasi masyarakat sipil di tingkat negara, serta koordinasi dan dukungan kerjasama internasional dan lembaga pembangunan.

Dokumen terkait