• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Subulussalam : Kondisi Sosial Budaya dan Terhadap Eksitensi Perempuan Di Ranah Politik

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

4.1. Kota Subulussalam : Kondisi Sosial Budaya dan Terhadap Eksitensi Perempuan Di Ranah Politik

4.1.1. Perempuan Yang Menjadi Kepala Rumah Tangga Di Kota Subulussalam.

Pada umumnya rumah tangga dikepalai oleh laki-laki, akan tetapi bisa juga dikepalai oleh perempuan, terutama dengan status janda. Dalam perannya sebagai perempuan kepala keluarga, banyak diantara perempuan-perempuan mampu menunjukkan keberadaannya sebagai tulang punggung keluarga yang mampu menghidupi keluarga dan bertanggung jawab atas nafkah keluarganya. Kenyataan yang terjadi di Kota Subulussalam banyak terdapat perempuan sebagai kepala keluarga dengan mayoritas janda yang ditinggal suaminya karena cerai hidup atau cerai mati sehingga menjadi tulang punggung keluarga yang harus menafkahi keluarga akan tetapi banyak juga perempuan yang masih memiliki suami menjadi tulang punggung keluarga dan ikut berperan dalam mencari nafkah keluarga35. Adapun jumlah perempuan yang menjadi kepala rumah tangga di Kota Subussalam dapat dilihat pada tabel berikut:

35

33

Tabel 1 : Jumlah Perempuaan yang Menjadi Kepala Rumah Tangga

No Kecamatan Jumlah 1 Simpang Kiri 659 2 Penanggalan 292 3 Rundeng 423 4 Sultan Daulat 440 5 Longkib 162 Jumlah 1.976

Sumber Data: Profil Gender Kota Subulussalam Tahun 2016

Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan di Kota Subulussalam adalah 1.976 Kepala Rumah Tangga. Dari data total tersebut perempuan yang menjadi kepala rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Simpang Kiri dengan jumlah 659 orang, dan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Longkib dengan jumlah 162 orang. Mengenai perempuan sebagai kepala rumah tangga sudah pasti memiliki tanggung jawab yang besar dan harus bekerja untuk menafkahi keluarga36.

Mengenai pekerjaan perempuan kepala keluarga untuk mencari nafkah yang banyak digeluti pada umumnya berada pada sektor informal. Sementara di sektor formal relatif sedikit. Hal ini disebabkan karena keterbatasan produktivitas yang dimiliki dan rendahnya pendidikan. Sensus nasional yang masuk dalam sektor formal adalah mereka yang bekerja dengan status usaha sebagai buruh atau karyawan dengan memiliki jumlah jam kerja tetap, ada upah dan gaji yang jelas, serta ada keterikatan dan aturan yang harus dipatuhi dalam bekerja. Sedangkan

36

sektor informal adalah mereka yang bekerja dengan status selain sebagai buruh atau karyawan dengan memiliki jumlah jam kerja tetap, ada upah dan gaji yang jelas, serta tidak ada keterikatan tertentu untuk memasuki suatu usaha tidak ada ikatan dan mudah ganti kerja37.

4.1.2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin.

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu kabupaten adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7-24 tahun).Sehubungan dengan itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan diseluruh Indonesia untuk berbagai tingkat pendidikan38.Berikut tabel tingkat pendidikan berdasarkan jenis kelamin di Kota Subulussalam :

Tabel 2: Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Subulussalam 2017

Level pendidikan Laki-laki perempuan Jumlah

SD 6016 5483 11499 MI 490 464 954 SMP 2171 2146 4317 MTSN 832 762 1594 SMA 1202 1611 2813 SMK 774 583 1357 37 Ibid. 38

35

MA 344 335 679

TOTAL 11.829 11.384 23, 213

Presentasi : 51% 49%

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Subulussalam, Kementerian Agama Kota Subulussalam dan http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/

Angka masyarakat yang mengenyam pendidikan di Kota Subulussalam terlihat lebih tinggi laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Walaupun terlihat bahwa perempuan yang mengenyam pendidikan sudah meningkat ini menjadi hal yang potensial untuk melandasi relasi gender di Subulussalam. Karena pendidikan bagian awal untuk perempuan mengakses informasi dan dibuka ruang memilih eksistensi39.

4.1.3. Kelompok dan Luas Lapangan Kerja

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 26,759 orang yang berkerja pada tahun 2014. terdiri dari laki-lai 88,80 dan perempuan 40,49 sedangkan tingkat pengangguran terdapat 7,81 laki-laki dan 9,85 perempuan. Jika dibandingkan jumlah pekerja laki-laki dan perempuan maka terlihat lebih banyak laki-laki yang bekerja. Berikut tabel lapangan kerja berdasarkan jenis kelamin di Kota Subulussalam.

39

Tabel 3 : Lapangan Perkerjaan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kegiatan

utama

Laki-laki

Perempuan Jumlah Persen (%)

LK PR Angkatan kerja 18.657 10.605 29.262 63,75 27,01 Bekerja 17.199 9.560 26.759 64,27 35,72 Pengangguran 1.458 1.045 2.503 58,25 41,74 Bukan angkatan kerja 3.343 11.261 14.604 22,89 77,10 Tingkat partisipasi kerja 88,80 48,49 66,71 - - Tingkat penganguuran 7,81 9,85 8,55 - -

Sumber : Sakernas (Badan Pusat Statistik Kota Subulussalam)

Melihat tabel tersebut, perempuan yang terlibat dalam politik kerja cukup kecil di bandingkan dengan laki-laki. Padahal tingkat pendapatan adalah salah satu faktor yang dapat mendukung rasionalitas politik.

4.1.4. Latar Belakang Ekonomi

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2014, di kota Subulussalam terdapat 26.759 yang berkerja. Bagian dari kegiatan kerja yang aktif dalam ekonomi di sebut angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100

37

penduduk yang berkerja (15+) TPAK kota Subulussalam tahun 2014 66,71%40. Berikut tabel ekonomi berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4 : Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 2017:

Lapangan Kerja Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian 9204 1897 11101

Industri 3250 215 3465

Jasa-jasa 7053 6155 13208

2017 19507 8267 27774

Sumber : Sakernas (Badan Pusat Statistik Kota Subulussalam)

Berdasarkan tabel di atas, perempuan paling banya berkerja disektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa 6155 sehingga mempengaruhi sektor lainnya. pendidikan dan ekonomi sangat mempengaruhi bagaimana partisipasi dan desistensi perempuan diranah politik.

4.1.5. Media Massa Sebagai Wacana Untuk Memperluas Informasi.

Media massa memiliki peran besar dalam mengembangkan dan menyebarluaskan wacana dan peristiwa internasional. Isu wacana dan peristiwa yang berkembang atau terjadi disebuah negara dengan cepat akan tersebar ke negara-negara lain berkat pemberitaan media massa. Dari media massa juga akan menjadi populer di masyarakat41. Berikut Wawancara dengan responden :

“Media massa yang saya akses seperti Film, berita yang saya sukai terkait politik TV ILC karena pembicaraannya terkait masalah politik, dan Secara umum

40

Badan Pusat Statistik Kota, Subulussalam Dalam Angka 2017

41

Machya Astuti Dewi, “Media Massa Dan Penyebaran Isu Perempuan”.Yogyakarta. Vol 7. No 3. 2009. Hlm. 2-3.

media bersikap netral dan independen, baik itu tentang perempuan maupun politik42.”

“Media massa yang saya akses seperti televisi: ILC,MATA NAJWA, media berita: Harian Waspada, Serambi dan Media Aceh, dan cukup bagus, sangat membantu saya dalam pengetahuan dan perkembangan di semua lini, akhir-akhir ini cukup memuaskan saya, tidak sedikit para elit politik sudah mulai membincangkan tentang peran penting perempuan dalam dunia politik43.”

Berdasarkan hasil wawacara di atas kedua responden mengakses media massa sangat kuat seperti film dan televisi, selain mengakses media massa keduanya juga menyukai media massa seperti ILC yang membicarakan tentang politik, dan cari media massa dapat menambah pemberitahuan responden tentang politik.

4.1.6. Eksekutif di Jabatan Publik dan Pemerintahan

Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu proses dimana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan politik beranekaragam mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagaai tingkat pemerintahan samapai kepala desa. Sistem pemilu digunakan di Indonesia adalah asas langsung, umum, bebas, rahasia (luber), serta jujur dan adil. Seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 22E ayat (2) yang berbunyi:

42

Wawancara Sartina (Kandidat Partai Golkar) Di Kota Subulussalam Pada Tanggal 13 September 2019 .

43

Wawancara Asmidar (Kandidat Partai Aceh ) Di Kota Subulussalam Pada Tanggal 13 September 2019.

39

“Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan DPRD”.44

Partisipasi pemilih di Kota Subulussalam juga berdasarkan Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 22E ayat (2) di atas, dimana masyarakat memilih anggota dewan seperti Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, dan DPRD untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu. Pemilih berpartisispasi layaknya seorang pemilih.

Terpilihnya anggota legislatif perempuan di Kota Subulussalam dari tahun 2004-2019 menjadi hal yang istimewa bagi perempuan kota Subulussalam karena keterwakilan perempuan di Kota ini menjadi terpenuhi karena adanya kepemimpinan perempuan, perempuan mampu mengubah dan membangun kota Subulussalam menjadi yang lebih baik lagi. Berikut legislatif perempuan yang terpilih di DPRK Kota Subulussalam pada tahun 2004,2009, dan 2014.

Tabel 5 : Anggota Legislatif Perempuan Di DPRK Subulussalam Pada Tahun 2004-2014.

No Tahun Nama Kandidat

1 2004 1. Hj. Mariani Harahap

2 2009 1. Pianti Mala

2. Erlinawati Munthe

3 2014 1. Hj. Mariani Harahap

2. Salehati

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat nama kandidat legislatif perempuan pada tahun 2004-2019 yang pernah menjadi seorang pemimpin.

44

Elwy soehandry. S. “Partisipasi pemilih pada pemilihan umum di kecamatan tebing

Adanya kepemimpinan seorang perempuan di kota Subulussalam akan menjadi suatu kebanggaan bagi kaum wanita karena hak mereka sebagai perempuan sudah terpenuhi di Kota Subulussalam.

4.1.7. Pemilu 2019 dan Pemetaan Keterwakilan Perempuan Di Dapil 9 Untuk DPRA.

Pada pemilu 2019 untuk level DPRA pada dapil 9 terdapat 9 orang politisi yang berhasil memperoleh kursi di DPRA, 7 orang laki-laki dan 2 diantaranya merupakan perempuan, kedua perempuan tersebut berasal dari Kota Subulussalam. dari ke 9 orang tersebut tergolong dalam 4 kabupaten yaitu: Aceh Selatan ada 4 orangyaitu: (Teuku Sama Indra (Demokrat) (22.556), Safrizal (PNA) (10.374), H Attarmizi Hamid (PPP) (6.335), dan Hendri Yono (PKPI) (11.534) ),Subulussalam ada 3 orang yaitu : (Hj Asmidar (PA) (15.637), Hj Sartina NA (Golkar) (14.204), dan Syarifuddin (PKB) (7.435) ),1 orang dari Abdiya yaitu : (Safaruddin (Gerindra) (9.159) ).dan 1 orang dari Banda Aceh yaitu : (Irfanusir (PAN) (6.643) ).

Dari 81 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) parlemen perempuan hanya 8 orang, menurun dibandingkan periode sebelumnya sebanyak 12 orang. Begitu juga mayoritas anggota dewan sekarang didominasi oleh wajah baru. Pengucapan sumpah anggota parlemen dipimpin oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Acara pengucapan sumpah itu sendiri, merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses pelaksanaan pemilu sebagai sarana demokrasi."Pemilu dimaksudkan untuk merepresentasikan kedaulatan rakyat dalam tatanan

41

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila," pemilu juga memiliki nilai yang substantif, yaitu sebagai satu-satunya instrumen yang konstitusional di dalam manajemen suksesi kekuasaan, yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.Berikut pemetaan anggota DPRA perempuan perkabupaten yang meraih kursi pada tahun 2019 yaitu:

Dari seluruh dapil yang ada di Aceh terdapat 8 perempuan yang mampu meraih kursi di DPRA. Pada dapil 9 keseluruhan yang mencalonkan diri sebanyak 162 orang, 58 merupakan caleg perempuan dan 104 merupakan caleg laki-laki. Namun yang mampu meraih kursi di DPRA terdapat hanya 9 orang, 2 perempuan dan 7 merupakan laki-laki.

JUMLAH KURSI YANG DI RAIH OLEH

Dokumen terkait