• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

7. Suku Bunga SBI a.Suku Bunga a.Suku Bunga

Menurut Kasmir (2008:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Menurut Frederic S. Mishkin

39 (2007:4), tingkat bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk sewa dana (biasanya dinyatakan sebagai persentase dari sewa $ 100 per tahun).

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. (www.bi.go.id)

SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral. Bunga

SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito" bank-bank

tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang beredar. Jika

rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa menurunkan nilai tukar

rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank sentral akan memperkuat alat

sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga SBI bisa menjadi semacam

40

bunga deposito, kredit, dan akhirnya bunga pinjaman antarbank

atau interbank call-money. (http://majalah.tempointeraktif.com)

8. Inflasi

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara ( Tajul Khalwaty, 2000:5).

a. Jenis-Jenis Inflasi

Menurut Boediono (2001:162) Inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertamadidasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi

tersebut, yaitu ;

1) Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun) 2) Inflasi sedang (antara10-30% setahun) 3) Inflasi berat ( antara 30-100% setahun) 4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun).

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi : (Boediono, 2001 : 156)

41 1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand inflation.

Gambar 2.1 Demand Inflation

(Sumber : Boediono, 2001)

Gambar tersebut menunjukan demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang (agrerate demand)

bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva aggregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik

dari H1 ke H2. Harga Output H2 H1 Q1 Q2 D2 D1 S

42 2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cost

inflation.

Gambar 2.2 Cost Inflation

(Sumber : Boediono, 2001)

Gambar tersebut menunjukan cost inflation, yaitu jika biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (Aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

b. Efek Buruk Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2007:339), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut :

Harga S2 S1 D H4 H3 Q4 Q3 Output

43 1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

3) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

4) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam

institusi-44 institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku

5) Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatanya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

c. Indikator Inflasi

Menurut Prathama dan Mandala (2008:367)Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan dibahas dalam uraian berikut ini.

1) Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam waktu satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.

45 2) Indeks Harga Perdagangan Besar

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen . oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

3) Indeks Harga Implisit

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit.

Dokumen terkait