• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

21

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama22. Data-data empiris yang diperoleh langsung dari sumber data. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian empiris yaitu lokasi penelitian atau tempat dilakukannya penelitian, peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian dan responden yang memberikan informasi kepada peneliti23. Data diperoleh dari responden-responden, yang dalam hal ini adalah pengguna narkoba dari BNN pusat.

2. Data Skunder

Data Skunder yaitu data yang didapat secara langsung, yang dalam hal ini penulis peroleh dari studi kepustakaan dan menelusuri literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang sesuai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Jenis data sekunder dalam skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer yang diperoleh dalam studi dokumen, bahan hukum skunnder, dan bahan hukum tersier, yang diperoleh melalui studi literatur :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang megikat, seperti Kitab Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

✄ ✄

Ibid hal 12

✄☎

b. Bahan hukum skunder yaitu berupa literatur-literatur ilmu pengetahuan hukum dan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini;

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder, yang terdiri dari kamus, artikel-artikel atau berita serta berbagai keterangan media massa sebagai pelengkap.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sebuah objek atau seluruh individu atau seluruh gejala kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti24. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian ini adalah, pihak-pihak yang berkompeten dalam partisipasinya terhadap uji narkoba melalui rambut rangka pembuktian tindak pidana Narkotika. Adapun prosedur sampeling dalam penelitian ini adalah diambil menggunakan metode purposive proposional sampling, yaitu melalui proses wawancara dengan narasumber, maka yang dijadikan sampel sebagai responden adalah :

1. Pengguna Narkoba 1 orang

2. Mahasiswa yang belum terditeksi Narkoba 2 orang

3. Staf BNN Pusat 5 orang

Jumlah 8 orang

✞✟

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan(Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data-data skunder yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan berupa membaca, mencatat, mengutip buku-buku sampai bahan-bahan dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan(Field Research)

Studi ini dilakukan denganmaksud untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara langsung, dimana penulis akan mengadakan tanya jawab lisan secara terbuka dengan maksud untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan wawancara ini penulis terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diperoses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing yaitu data yang diperoleh diperiksa lagi kelengkapan jawaban, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian sehingga terhindar dari kekurangan dan kekeliruan.

b. Sistematis datayaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis.

c. Klasifikasiyaitu mengelompokkan data yang diperoleh untuk mempermudah melakukan analisis.

E. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diidentifikasikan25. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dialkukan secara deskritif, yakni apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata26.

Kemudian hasil analisis tersebut diteruskan dengan menarik kesimpulan secara induktif yaitu suatu proses berfikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus27, yang kemudian diperbantukan dengan hasil studi kepustakaan guna menjawab permasalahan yang dikemukakan.

✌✍

Singatimbun dan Sofyan Effendy. 1985.Pengantar Analisa Kebijaksanaan.Jakarta. Rajawali . Hal 213

✌6

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 32

27

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut Dalam Rangka Pembuktian Tindak Pidana Narkotika, maka penulis membuat kesimpulan dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Proses pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana narkotika, dalam prakteknya pada saat pemeriksaan seringkali terjadi penyangkalan maka untuk membuktikan, diadakan serangkaian tes untuk membuktikan seseorang menggunakan narkotika. Biasanya tes yang dijalani berupa tes pengambilan sampel seseorang yang diduga keras sebagai pengguna narkotika. Dalam prakteknya tes melalui urine sering kali dimanipulasi, misalnya beberapa jam sebelum diuji pengguna narkoba meminum penetral agar hasil pemeriksaan negatif. Dan tes lanjutan (tes konfirmasi) melalui uji rambut untuk menjaring pengguna narkoba yang menyangkal atau memanifulasi urine. Artinya dalam menjaring pengguna narkoba, atau memperkecil tingkat pengguna narkoba di Indonesia. Saat ini uji narkoba melalui rambut merupakan program terbaru, namun tidak akan menghapuskan uji narkoba melalui urine. Uji narkoba melalui rambut secara yuridis tidk mempunyai kekuatan sebagai alat bukti, karena hasil tersebut hanya sebagai petunjuk untuk langkah lebih lanjut dalam mencari alat bukti yang sah menurut undang-undang. Hasil uji narkoba menggunakan rambut baru dapat berfungsi kuat apabila didampingi dengan surat keterangan dari laboratorium

sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi dari padanya, keterangan dari tersangka dan saksi juga dapat berpengaruh terhadap hasil tes tersebut, jika tersangka dan saksi mengatakan tersangka tidak menggunakan narkoba, maka alat bukti tersebut lemah dimata hukum.

2. Adapun faktor penghambat utama yang dihadapi dari pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam pembuktian tindak pidana narkotika adalah faktor sarana dan fasilitas. Masih minimnya kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatography Spectrometer) yang mampu untuk mendeteksi kandungan narkoba melalui rambut disetiap wilayah di Indonesia. Terutama di BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota, karena saat ini BNN hanya memiliki 10 unit kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatography Spectrometer) dan difokuskan di wilayah Jakarta dan sekitarnya yaitu di BNN Pusat. Selain faktor sarana dan fasilitas, faktor lain yang cukup penting untuk menunjang program uji narkoba melalui rambut ini adalah faktor staf tenaga ahli yang mengerti prosedur penggunaan kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatograhpy Spectrometer).

B. Saran

1. Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah, khususnya BNN. BNN Pusat sebaiknya lebih memperhatikan sarana prasarana yang ada di provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti menyediakan laboratorium khusus uji narkoba melalui rambut, sehingga program BNN Pusat yaitu uji narkoba melalui rambut di provinsi dan kabupaten/kota dapat dijalankan tanpa harus

Penyelesaian masalah narkoba di Indonesia jelas butuh penanggulangan yang menyeluruh seperti upaya pencegahan, pengobatan untuk orang yang sudah terkena narkoba, harus dibarengi dengan penegakan hukum yang keras dan tegas kepada para penjahat narkoba ini, lemahnya penegakan hukum untuk kasus narkoba di Indonesia memang perlu adanya perubahan total.

2. Khusus untuk kasus narkoba, undang-undangnya haruslah dibuat besifat lex spesialis atau hukum yang mengenyampingkan hukum-hukum lain. Jadi nantinya para terpidana kasus narkoba yang dipidana dengan hukuman mati tidak akan mendapat kesempatan untuk melakukan upaya hukum seperti banding sampai grasi. Karena para penjahat narkoba ini telah menghancurkan generasi muda bangsa Indonesia.

3. Pemerintah harus memberi bantuan untuk membangun sarana dan prasarana yang mendukung, termasuk laboratorium forensik untuk tiap daerah perkotaan di Indonesia dan panti rehabilitasi khusus bagi pecandu yang mampu agar mereka bisa sembuh dan lepas dari pengaruh obat-obatan tersebut.

4. Bagi orang tua sebaiknya membekalkan pendidikan agama sejak dini kepada anak-anaknya. Dan orang tua sebaiknya lebih jeli lagi melihat semua tingkah laku dari anak, dan segera mengecek apakah si anak positive menggunakan narkoba dengan memberi sampel rambut anak untuk segera diuji.

Oleh SRI RISKI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba... 15

B. Pengertian Rambut... 22

C. Pengertian Narkoba... 23

D. Pengertian Pembuktian... 26

E. Pengertian Tindak Pidana... 28

F. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba... 29

G. Faktor Penegak Hukum... 33

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisktik Responden... 43 B. Prosedur Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut dalam Rangka

Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 45 C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut

dalam Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 52

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 56 B. Saran... 57

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekanto, soerjono. 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kartono, kartini. 2001.Tentang Pemberantasan Tindak Pidana. Waluyo, Bambang. 1991.Pidana dan Pmidanaan. Jakarta : Sinar Grafika.

Alfitra. 2011.Hukum Pembuktia dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonesia. Jakarta : Raih asa Sukses.

Hamzah, Andi. 2001.Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi revisi, Jakarta : Sinar Grafika. Prinst, Darwan. 1998.Hukum Acara Pidana Dalam Praktik.Djambatany. Jakarta.

Waluyo, Bambang. 1991.Penelitian Hukum Dalam Praktik.Sinar Grafika. Jakarta.

Moeljatno. 1983. Perbuatan Pidana & Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1998 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997Tentang Psikotropika

Arief, Nawawi, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Dokumen terkait