• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 90-98

G. Pengujian Keabsahan Data

98 3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Menurut Miles dan Huberman dalam Harun Rasyid, mengungkapkan bahwa verifikasi data dan penarikan kesimpulan adalah upaya untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman penulis.96 Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Pada tahap ini dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembanding teori tertentu, melakukan proses member check atau melakukan proses pengecekan ulang, mulai dari pelaksanaan pra survei (orientasi), wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

99

Konsistensi pada tahapan-tahapan penelitian ini tetap berada dalam kerangka sistematika prosedur penelitian yang saling berkaitan serta saling mendukung satu sama lain, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Implikasi utama yang diharapkan dari keseluruhan proses ini adalah penarikan kesimpulan tetap signifikan dengan data yang telah dikumpulkan sehingga hasil penelitian dapat dinyatakan sebagai sebuah karya ilmiah yang representatif.

100 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektifitas Perma Nomor 1 tahun 2016 terhadap Mediasi Perceraian di Pengadilan Agama Sengkang

Menurut Ahmad Ali, pada umumnya yang mempengaruhi efektivitas suatu peraturan perundang-undangan adalah profesional dan optimal pelaksanaan, peran, wewenang, dan fungsi dari penegak hukum baik di dalam menjalankan tugas yang dibebankan terhadap diri mereka/ dalam penegakan aturan tersebut.98

Fungsi hukum, baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap atau perilaku adalah membimbing perilaku manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum, tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif.

Efektifitas hukum dapat diartikan sebagai kajian kaidah hukum yang harus memenuhi syarat, yaitu hukum berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis.98 Menurut Soejono Sokanto, hukum di katakan efektif atau tidaknya tergantung dari 5 (lima) faktor-faktor sebagai indikator yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan.

98Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Volume I (Jakarta: Kencana, 2010),

99Soejono Sokanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: Raja Grafindo),

101

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita yang diharapkan di dalamnya tercipta rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya saling pengertian dan saling memahami kepentingan kedua belah pihak, terutama lagi yang terkait dengan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan rumah tangga sering kita jumpai orang (suami istri) mengeluh dan mengadu kepada orang lain ataupun kepada keluarganya, akibat karena tidak terpenuhinya hak yang harus diperoleh atau tidak dilaksanakannya kewajiban dari salah satu pihak, atau karena alasan lain, yang dapat berakibat timbulnya suatu perselisihan diantara keduanya (suami istri) tersebut. Dan tidak mustahil dari perselisihan itu akan berbuntut pada putusnya ikatan perkawinan (perceraian) dan gugatan harta bersama tidak bisa terhindarkan.

Bertolak dari Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bila dilihat konsideran PERMA Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, dapat diketahui bahwa salah satu dasar diaturnya mediasi dalam PERMA adalah Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Pasal 130 ayat (1) HIR berbunyi:100

“Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka Pengadilan negeri mencoba dengan perantaraan ketuanya akan memperdamaikan mereka itu”.

Selanjutnya ayat (2) mengatakan:

“Jika perdamaian yang demikian itu terjadi, maka tentang hal itu pada waktu bersidang, diperbuat sebuah akte, dengan nama kedua belah pihak diwajibkan untuk mencukupi perjanjian yang diperbuat itu; maka surat (akte) itu akan berkekuatan dan akan dilakukan sebagai putusan Hakim yang biasa”.

100 Pasal 130 ayat (1) dan (2) Herziene Indonesisch Reglement (HIR).

102

Mediasi sebagai upaya untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara merupakan kewajiban sebelum perkara diperiksa. Dengan diterbitkannya PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan diharapkan sebagai penyempurna Perma sebelumnya yang mengatur tentang mediasi, Perma Nomor 1 Tahun 2016 juga diharapkan mampu perdamaian bagi pihak-pihak berperkara dan menekan tingkat perceraian di Pengadilan. Maka Perma No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan sudah cukup jelas dan rinci mengatur proses mediasi di Pengadilan dan telah di jadikan acuan dalam pelaksanaan proses mediasi di seluruh Pengadilan.

Dalam pemberlakuan Perma ini tentunya Pengadilan Agama Sengkang berasaskan sederhana, cepat, dan biaya ringan yang tertuang dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Beracara sederhana, cepat, dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan, sehingga apabila peradilan agama kurang optimal dalam arti mewujudkan asas ini biasanya seseorang akan enggan beracara di pengadilan agama, mereka justru enggan untuk berurusan dengan lembaga peradilan.

Menurut Perma No 1 Tahun 2016 pengertian mediasi diatur dalam Pasal 1 ayat (1), yaitu “mediasi adalah cara menyelesaiakan sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator”.

Penerapan PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan tidak terlepas dari beberapa pasal-pasal tambahan dan perubahan dari PERMA sebelumnya, yang peneliti klasifikasikan sebagai berikut:

103 1. Waktu Pelaksanaan Mediasi

Dalam Perma No 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan di atur tentang waktu mediasi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Proses mediasi berlangsung paling lama 30 hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan mediasi.

b. Atas dasar kesepakatan Para Pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 30 hari.

c. Permohonan perpanjangan waktu mediasi dilakukan oleh mediator disertai alasan.

Pengaturan waktu mediasi ini sesuai Perma No. 1 Tahun 2016 yaitu 30 hari lebih singkat dengan ketentuan yang terdapat dalam Perma sebelumnya yang mengatur jadwal mediasi selama 40 hari. Namun perpanjangan waktu untuk mediasi atas kesepakatan para pihak lebih lama lagi yaitu 30 hari sedangkan dalam Perma sebelumnya hanya 14 hari. Ketentuan waktu mediasi tersebut saat ini telah di laksanakan di Pengadilan Agama Sengkang dalam proses mediasi sebagaimana amanah PERMA No.1 Tahun 2016.

2. Iktikad Baik dalam Melaksanakan Mediasi

Dalam pasal 7 Perma No. 1 tahun 2016 mengatur tentang kewajiban melaksanakan mediasi dengan iktikad yang baik. Para pihak yang terlibat dalam proses mediasi harus mempunyai iktikad yang baik sehingga dengan iktikad yang baik tersebut proses mediasi dapat terlaksana dan berjalan dengan baik.

Indikator yang menyatakan para pihak tidak beriktikad baik dalam melaksanakan mediasi, yaitu:

104

a. Tidak hadir dalam proses mediasi meskipun sudah dipanggil dua kali berturut- turut.

b. Hadir dalam pertemuan mediasi pertama, tetapi selanjutnya tidak hadir meskipun sudah dipanggil dua kali berturut-turut.

c. Tidak hadir berulang-ulang sehingga mengganggu jadwal mediasi.

d. Tidak mengajukan atau tidak menanggapi resume perkara.

e. Tidak menandatangani kesepakatan perdamaian.

Pelaksanaan mediasi dengan adanya para pihak yang tidak beriktikad baik, mempunyai dampak hukum terhadap proses pemeriksaan perkara. Dalam hal ini dapat dilihat dari aspek para pihak yang tidak beriktikad baik, yaitu:

a. Akibat hukum Penggugat yang tidak beriktikad baik

1. Penggugat yang tidak beritikad baik gugatannya dinyatakan tidak diterima (NO).

2. Penggugat juga dikenai kewajiban membayar biaya mediasi.

3. Mediator menyatakan Penggugat tidak beritikad baik dalam laporan mediasi disertai rekomendasi sanksi dan besarannya.

4. Hakim Pemeriksa Perkara berdasarkan laporan mediator menggelar persidangan dan mengeluarkan putusan.

5. Biaya mediasi sebagai sanksi diambil dari panjar biaya atau pembayaran tersendiri oleh Penggugat dan diserahkan kepada Tergugat.

b. Akibat Hukum Tergugat yang Tidak Beriktikad Baik

1. Tergugat yang tidak berittikad baik dikenakan pembayaran biaya mediasi.

105

2. Mediator menyatakan Tergugat tidak berittikad baik dalam laporan mediasi disertai rekomendasi sanksi dan besarannya.

3. Hakim Pemeriksa Perkara berdasarkan laporan mediator sebelum melanjutkan pemeriksaan perkara mengeluarkan penetapan tentang tidak berittikad baik dan menghukum Tergugat untuk membayar.

4. Pembayaran biaya mediasi oleh Tergugat mengikuti pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

5. Pembayaran dari Tergugat diserahkan kepada Penggugat melalui kepaniteraan.

Walaupun ketentuan itikad baik telah diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2016, namun di Pengadilan Agama Sengkang masih terjadi adanya kegagalan mediasi yang disebabkan karena ketidakhadiran salah satu pihak sebagai bentuk sikap yang tidak beritikad baik.

3. Biaya Mediasi

Dalam Perma No. 1 tahun 2016, pembebanan biaya mediasi disebutkan secara rinci dan jelas. Berbeda dengan Perma sebelumnya yang hanya menyebutkan biaya mediasi secara umum saja. Mengenai biaya mediasi dalam Perma No 1 tahun 2016 dijelaskan bahwa:

a. Biaya mediasi adalah biaya yang timbul dalam proses mediasi sebagai bagian dari biaya perkara, yang diantaranya meliputi biaya pemanggilan Para Pihak, biaya perjalanan berdasarkan pengeluaran nyata, biaya pertemuan, biaya ahli, dan lain-lain.

b. Penggunaan Mediator hakim dan aparatur pengadilan tidak dipungut biaya

106 jasa.

c. Biaya jasa mediator non hakim ditanggung bersama atau berdasarkan kesepakatan Para Pihak

d. Biaya pemanggilan Para Pihak untuk meghadiri proses mediasi dibebankan kepada Penggugat terlebih dahulu melalui panjar biaya perkara.

e. Apabila mediasi berhasil, biaya pemanggilan ditanggung bersama atau berdasarkan kesepakatan Para Pihak.

f. Apabila mediasi tidak berhasil atau tidak dapat dilaksanakan, biaya pemanggilan dibebankan kepada Pihak yang kalah, kecuali perkara perceraian di Pengadilan Agama.

Dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Sengkang saat ini tidak menggunakan biaya apapun, karena mediator yang ada saat ini hanya mediator di internal Pengadilan yang merangkap sebagai hakim pada Pengadilan Agama Sengkang dan belum ada mediator bersertifikat diluar pengadilan.

4. Kesepakatan Mediasi

Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 mengenal kesepakatan sebagian pihak (partial settlement) yang terlibat dalam sengketa atau kesepakatan sebagian objek sengketanya. Hal ini berbeda dengan PERMA sebelumnya yang mengatur tentang mediasi, di mana apabila hanya sebagian pihak yang bersepakat atau tidak hadir, maka mediasi dianggap dead lock (gagal).

5. Jenis Mediasi yang Diatur a. Mediasi Wajib

Mediasi wajib ini adalah mediasi yang dilaksanakan pada hari

107

persidangan dimana para pihak hadir berdasarkan panggilan yang resmi dan patut dan sebelum pemeriksaan pokok perkara dilakukan. Dalam proses mediasi wajib, masing- masing komponen yang terlibat mempunyai tugas dan fungsi untuk menyukseskan terlaksananya mediasi. Adapun tugas dan kewajiban masing-masing komponen adalah:

1. Tugas dan Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara

a. Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh Para Pihak, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para Pihak menempuh mediasi.

b. Hakim Pemeriksa Perkara wajib menjelaskan prosedur mediasi kepada Para Pihak.

Hal-hal yang wajib dijelaskan, meliputi:

1) Pengertian dan manfaat mediasi.

2) Kewajiban Para Pihak untuk menghadiri langsung pertemuan mediasi berikut akibat hukum perilaku tidak berittikad baik dalam proses mediasi.

3) Biaya yang mungkin timbul akibat penggunaan mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan.

4) Pilihan menindak lanjuti kesepakatan perdamaian menjadi akta perdamaian atau pencabutan gugatan.

5) Kewajiban Para Pihak menandatangani formulir penjelasan mediasi.

108

Setelah menjelaskan, Hakim Pemeriksa Perkara menyerahkan formulir yang memuat:

1) Para Pihak telah mendapatkan penjelasan 2) Para Pihak telah memahami penjelasan.

3) Para Pihak bersedia menempuh mediasi dengan ittikad baik:

Setelah formulir ditandatangani, dimasukkan dalam berkas perkara.

Keterangan mengenai penjelasan dan penandatanganan formulir dimuat dalam Berita Acara Sidang (BAS) yang dibuat oleh Paniter Sidang atau Panitera Pengganti.

2. Tugas dan Kewajiban Panitera Yang Bersidang

a. Mencatat Penjelasan Hakim Pemeriksa perkara dan penandatanganan formulir penjelasan dalam Berita Acara Sidang (BAS);

b. Menyampaikan salinan Penetapan Hakim Ketua Majelis Pemeriksa Perkara tentang Perintah Melakukan Mediasi dan Penunjukan Mediator kepada Mediator yang ditunjuk pada kesempatan pertama.

c. Berkoordinasi dengan Mediator terkait penentuan jadwal dan tahapan mediasi.

d. Berkoordinasi dengan petugas pencatat administrasi mediasi untuk memastikan dimuatnya jadwal mediasi berikut pengunduran pertemuan mediasi ke dalam aplikasi mediasi pada Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP).

3. Tugas dan Kewajiban Mediator

a. Memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak

109 untuk saling memperkenalkan diri.

b. Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada Para Pihak.

c. Menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak mengambil keputusan.

d. Membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama Para Pihak e. Menjelaskan tentang kaukus

f. Menyusun jadwal mediasi

g. Mengisi formulir jadwal mediasi Memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian

h. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan i. Memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk menelusuri dan

menggali kepentingan Para Pihak, mencari berbagai pilihan penyelesaian dan bekerjasama mencapai penyelesaian.

j. Membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan kesepakatan perdamaian.

k. Menyampaikan laporan mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara.

l. Menyatakan salah satu pihak atau Para Pihak tidak berittikad baik dan menyampaikannya kepada Hakim Pemeriksa Perkara

m. Tugas lain dalam menjalankan fungsinya 4. Kewajiban Kuasa Hukum

a. Kuasa Hukum berkewajiban membantu Para Pihak dalam proses mediasi.

110

b. Kewajiban Kuasa Hukum, meliputi:

1) Menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara;

2) Mendorong Para Pihak berperan aktif dalam mediasi;

3) Membantu Para Pihak mengidentifikasi kebutuhan, kepentingan dan usulan penyelesaian;

4) Membantu merumuskan kesepakatan perdamaian.

5) Kuasa Hukum dapat mewakili Para Pihak dalam mediasi dengan surat kuasa khusus yang memuat kewenangan untuk mengambil keputusan (authority to decide).

5. Pemanggilan para pihak

a. Pemanggilan Para Pihak untuk mediasi dilakukan oleh Jurusita atau Jurusita Pengganti atas kuasa Hakim Pemeriksa Perkara.

b. Pemberian kuasa dilakukan demi hukum.

c. Tidak perlu surat kuasa.

d. Tidak perlu ada instrumen pemanggilan dari Hakim Pemeriksa Perkara.

Adapun tugas dan kewajiban Jurusita atau jurusita pengganti adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan perintah Mediator untuk melakukan pemanggilan kepada Para Pihak.

b. Menyampaikan laporan pemanggilan (relaas) kepada mediator.

Dalam melaksanakan proses mediasi wajib, mediator tidak terpaku kepada isi posita dan petitum gugatan. Dengan demikian ruang lingkup mediasi

111 adalah:

a. Materi perundingan dalam mediasi tidak terbatas pada posita dan petitum gugatan.

b. Untuk kesepakatan di luar posita dan petitum, Penggugat merubah gugatan dengan memasukkan kesepakatan tersebut dalam gugatan.

Dalam proses mediasi, keterlibatan pihak luar juga diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Atas kesepakatan Para Pihak, mediator dapat menghadirkan ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat dalam proses mediasi.

b. Para Pihak terlebih dahulu harus sepakat tentang mengikat atau tidaknya penjelasan atau penilai ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat tersebut dalam pengambilan keputusan.

Adapun hasil-hasil dalam proses mediasi sesuai Perma No. 1 Tahun 2016 dapat dikategorikan kepada 3 (tiga) macam hasil mediasi, yaitu:

1. Mediasi berhasil Mencapai Kesepakatan

1) Jika mediasi berhasil, Para Pihak dengan bantuan mediator w a j i b merumuskan kesepakatan perdamaian secara tertulis yang ditandantangani oleh para pihak da mediator.

2) Kesepakatan Perdamaian tidak boleh memuat ketentuan yang:

a. Bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan kesusilaan.

b. Merugikan pihak ketiga.

c. Tidak dapat dilaksanakan.

112

3) Jika mediasi diwakili oleh Kuasa Hukum, Kesepakatan Perdamaian ditandatangani setelah ada pernyataan persetujuan tertulis dari Para Pihak atas kesepakatan yang dicapai.

4) Para pihak melalui mediator dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim pemeriksa perkara.

5) Kesepakatan Perdamaian dapat dikuatkan dengan Akta Perdamaian atau pencabutan gugatan.

6) Mediator melaporkan keberhasilan mediasi disertai kesepakatan perdamaian.

7) Hakim Pemeriksa Perkara mempelajari Kesepakatan Perdamaian paling lama 2 hari.

8) Jika belum memenuhi ketentuan, Kesepakatan Perdamaian dikembalikan kepada mediator untuk perbaikan paling lama 7 hari.

9) Paling lama 3 hari setelah menerima perbaikan, Hakim Pemeriksa Perkara membacakan Akta Perdamaian

2. Mediasi Berhasil dengan Kesepakatan Perdamaian Sebagian Pihak (Pasal 29)

1) Dalam hal proses mediasi mencapai kesepakatan antara Penggugat/Pemohon dan sebagaian pihak Tergugat/Termohon Penggugat/Pemohon mengubah gugatan dengan tidak lagi mengajukan pihak Tergugat/Termohon yang tidak mencapai kesepakatan sebagai pihak lawan.

113

2) Kesepakatan perdamaian sebagaian antara Para Pihak dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak yang mencapai kesepakatan dan mediator.

3) Kesepakatan perdamaian sebagaian dapat dikuatkan dengan Akta perdamaian sepanjang tidak menyangkut, aset, harta kekayaan/ atau kepentingan pihak yang tidak mencapai kesepakatan perdamaian.

4) Penggugat/Pemohon dapat mengajukan gugatan kembali kepada pihak yang tidak mencapai kesepakatan perdamaian.

5) Dalam hal Penggugat/Pemohon lebih dari satu pihak dan sebagian Penggugat/Pemohon mencapai kesepakatan dengan sebagain atau seluruh pihak Tergugat/Termohon, tetapi sebagian Penggugat/Pemohon yang tidak mencapai kesepakatan tidak bersedia mengubah gugatan, maka mediasi dinyatakan tidak berhasil.

6) Kesepakatan perdamaian sebagian tidak dapat dilakukan pada perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum banding, kasasi dan peninjauan kembali.

7) Hasil kesepakatan perdamaian sebagaian dari para pihak disampaikan mediator kepada Hakim pemeriksa perkara.

3. Mediasi Tidak berhasil atau tidak dapat dilaksanakan

1) Dalam hal para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan mediasi tersebut kepada Hakim/majelis Hakim pada hari sidang yang telah ditentukan.

114

2) Segera setelah menerima pemberitahuan kegagalan mediasi tersebut, Hakim/majelis Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku dengan menentukan hasil sidang berikutnya.

3) Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan para pihak yang berperkara dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain.

Pengadilan Agama Sengkang merupakan salah satu Pengadilan tingkat pertama yang menjalankan fungsi kekuasaan kehakiman di daerah dalam wilayah yuridiksi Pengadilan Tinggi Agama Makassar, berkedudukan di ibukota Kabupaten Wajo dalam mengupayakan perdamaian telah mempedomani Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, yang pada intinya keharusan melaksanakan mediasi sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Ayat (3) yaitu, Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau kuasa hukum wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui Mediasi. berarti tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 RBg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Sehingga bagi Hakim pemeriksa perkara untuk memerintahkan para pihak menempuh mediasi yang dibantu oleh mediator.

Efektifitas hukum menurut Soejono Sokanto, hukum di katakan efektif tergantung 5 (lima) faktor, hal ini menjadi indikator untuk mengukur efektifitas

115

Perma No. 1 Tahun 2016 terhadap mediasi perceraian di Pengadilan Agama Sengkang yang penulis dapat uraikan sebagai berikut:

a. Faktor Hukumnya (Undang-Undang);

Perma No. 1 tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Sengkang. Dengan ditetapkannya Perma No.1 tahun 2016 di Pengadilan, telah terjadi perubahan fundametal dalam praktek mediasi di peradilan.

Berdasarkan wawancara seorang Hakim mediator Pengadilan Agama Sengkang bernama Hj. Siti Husnaenah, yang menyatakan bahwa:

“Dalam mediasi yang kami lakukan di Pengadilan Agama sengkang sudah mempedomani PERMA No.1 tahun 2016, mulai dari perkenalan mediator kepada para pihak, menjelaskan kedudukan dan fungsi mediator serta maksud dan tujuan mediasi dilakukan sebagaimana dalam Pasal 14 PERMA No. 1 tahun 2016. Namun masih ada saja dari para pihak yang menunjukan sikap tidak beriktikad baik dimana salah satu pihak hanya hadir dimediasi pertama dan tidak hadir lagi dimediasi lanjutan tanpa alasan yang sah meskipun telah disampaikan secara resmi untuk hadir kembali”.102

Perma No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan memiliki kekuatan hukum mengikat dan daya paksa dalam perkara perdata bagi para pihak yang berperkara di pengadilan, dimana jika ada para pihak yang tidak menempuh mediasi maka putusan pengadilan menjadi batal demi hukum. Hal paling baru dari Perma 2016 adalah ditekankannya pada iktikad baik dari para pihak, dengan adanya iktikad baik inilah diharapkan proses mediasi akan berjalan dengan efektif dan efesien. Akibat hukum apabila tidak beriktikad baik dari penggugat maka gugatan dinyatakan tidak diterima oleh hakim pemeriksa.

116

Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara Helvira, menyatakan bahwa:

“Jika salah satu pihak tidak hadir dalam proses mediasi berarti para pihak tidak mempunyai iktikad baik, jadi ada sanksi istilahnya kalau penggugat yang tidak beritikad baik di Niet Onvankelijk Verklaard (NO) atau tidak diterima kalau tergugat biasanya dibebani biaya, jadi mediasi disini kesimpulannya adalah untuk mencari kesepakatan bersama.”103

Hasil wawancara dengan pemaparan diatas senada dengan diberlakukannya Perma No. 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan mulai dikenal pengembangan aspek pengertian dari konsep iktikad baik sebagaimana diatur dalam pasal 7 Perma No. 1 tahun 2016 yaitu bahwa kehadiran merupakan salah satu dan atau masing-masing pihak adalah parameter dari iktikad baik dalam acara mediasi didalam pasal 7 dinyatakan bahwa;

1) Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan mediasi tanpa alasan sah;

2) Menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut- turut tanpa alasan sah;

3) Ketidak hadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan mediasi tanpa alasan sah;

4) Menghadiri pertemuan mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak menanggapi Resume Perkara pihak lain; dan/atau

5) Tidak menandatangani konsep kesepakatan perdamaian yang telah disepakati tanpa alasan sah.105

Perma No. 1 tahun 2016 juga merupakan salah satu landasan hukum yang dipedomani Pengadilan Agama Sengkang sudah cukup jelas dan rinci mengatur proses mediasi di Pengadilan Agama sengkang saat ini, Penjelasan Perma No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan wajib di jelaskan oleh hakim pemeriksa perkara kepada para pihak yang berperkara

102Hasil wawancara dengan Hj. Siti Husnaenah, Hakim Pengadilan Agama Sengkang pada tanggal 25 Agustus 2022;

103 Hasil wawancara dengan Helvira, Hakim Pengadilan Agama Sengkang.

105Pasal 7 Perma No 1 tahun 2016.

117

sebelum proses mediasi dilaksanakan sehingga para pihak yang dimediasi di Pengadilan Agama Sengkang dapat lebih memahami peran dan manfaat dari mediasi yang diatur dalam Perma No. 1 tahun 2016. Karena ketika manfaat mediasi benar-benar dipahami oleh para pihak maka kesadaran hukum akan mendatangkan kemudahan bagi mediator mewujudkan perdamaian bagi para pihak. Seperti yang dikemukakan oleh Munawar, selaku hakim mediator Pengadilan Agama Sengkang, menyatakan bahwa:

“Perma No. 1 Tahun 2016. Sudah dipedomani dengan baik dalam proses mediasi, namun masih banyak para pihak yang belum memahami tentang manfaat mediasi serta hal-hal yang diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2016. Sehingga diharapkan agar selain mediator Pengadilan Agama Sengkang juga harus berperan dalam peningkatan sosialisasi tentang manfaat Perma No. 1 Tahun 2016 kepada masyarakat”.106

b. Penegak Hukumnya;

Hakim/Mediator sebagai salah satu penegak hukum atau pelaksana Perma No. 1 tahun 2016 mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan mediasi, sehingga harus memiliki keterampilan dan keahlian khusus atau telah bersertifikasi sesuai dalam amanah Pasal 13 ayat (1) Perma No. 1 tahun 2016. Dan di ayat (2) bahwa Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki sertfikat mediator, dengan kata lain bahwa hakim boleh menjadi mediator tanpa memiliki sertifikat seperti yang terjadi di Pengadilan Agama Sengkang masih terdapat hakim mediator yang belum tersertifikasi dan jumlah hakim mediator yang ada saat ini masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah perkara yang dimediasi.

106 Hasil wawancara dengan Munawar, Hakim Pengadilan Agama Sengkang pada tanggal 1 Agustus 2022;

Dokumen terkait