• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber daya Manusia

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN TEBO (Halaman 25-36)

a. Kurangnya Jumlah Personil/Aparat Pengawas yang tersedia dibandingkan dengan jumlah Objek Pemeriksaan Yang ada. Untuk saat ini jumlah pengawas yang ada berjumlah 10 orang, dengan jumlah obrik OPD Kabupaten sebanyak 34 SKPD, 12 Kecamatan, 112 desa, Puskesmas, UPTD Dikbudpora dan sekolah setingkat SLTP. Terlebih lagi kebutuhan personil untuk menangani kasus-kasus pengaduan masyarakat dan pemeriksaan khusus dari Kementrian Teknis tertentu.

Adapun Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan sehubungan dengan kondisi/permasalahan di atas adalah :

1. Memaksimalkan sumber daya yang ada dengan terus berupaya meningkatkan kualifikasi dan kompetensi tenaga aparatur pengawasan.

2. Mengupayakan pemenuhan jumlah personil/aparat pengawasan Inspektorat Kabupaten Tebo yang disesuaikan dengan jumlah objek pemeriksaan dan jumlah kasus yang akan ditangani.

b. Terbatasnya jumlah personil yang memiliki kualifikasi auditor sebagai persyaratan untuk melakukan pemeriksaan. Saat ini di Inspektorat Kabupaten Tebo masih ada yang belum memiliki sertifikasi auditor, serta masih ada juga yang belum memiliki diklat kompetensi teknis.

Adapun Langkah-langkah yang telah dilakukan sehubungan dengan kondisi/permasalahan di atas adalah :

• Mengikutsertakan 1 orang auditor yang memiliki kulifikasi auditor pertama untuk mengikuti diklat penjenjangan auditor muda.

LKJ IP TAHUN 2016 26 • Mengikutsertakan 3 orang fungsional umum untuk mengikuti diklat pembentukan auditor, sudah lulus ujian sertifikasi dan masi menunggu terbitnya SK pengangkatan sebagai auditor dari Bupati Tebo.

• Mengikutsertakan 1 orang fungsional umum dari farmasi auditor untuk mengikuti diklat pembentukan auditor, masi menunggu untuk melaksanakan ujian sertifikasi.

• Mengikutsertakan 1 orang kasubbag umum dan kepegawaian untuk mengikuti diklat pembentukan auditor, masi menunggu untuk melaksanakan ujian sertifikasi dan alih jabatan menjadi PFA.

2. Anggaran

a. Anggaran yang tersedia pada Tahun Anggaran 2016 belum memadai, dimana idealnya adalah 1 % dari jumlah APBD.

Adapun Langkah-langkah yang telah dilakukan sehubungan dengan kondisi/permasalahan di atas adalah :

1. Memaksimalkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok Inspektorat Kabupaten Tebo dengan menggunakan anggaran yang tersedia.

2. Mengusulkan kepada Pemerintah Daerah agar merealisasikan anggaran Inspektorat Kabupaten Tebo minimal 1 % dari anggaran APBD Kabupaten Tebo.

3. Sehubungan dengan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. a. Masih terdapat SKPD yang tidak melaksanakan tindak lanjut temuan hasil

pemeriksaan karena belum adanya sanksi yang tegas terhadap SKPD yang tidak melaksanakan tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan tersebut.

Berdasarkan data yang ada, sampai dengan bulan Desember Tahun 2016 untuk beberapa pemeriksaan telah ditindaklanjuti secara baik dan ada beberapa yang masih dalam proses yaitu :

LKJ IP TAHUN 2016 27 1. Hasil Pemeriksaan BPK RI Perwakilan Jambi untuk SKPD Kabupaten

Tebo

Terdapat 328 temuan dan 755 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

466 Rekomendasi (60%) telah selesai ditindaklanjuti 309 Rekomendasi (40%) dalam proses tindak lanjut 2. Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Provinsi Jambi.

Terdapat 25 temuan dan 36 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

27 Rekomendasi (75%) telah selesai ditindaklanjuti 9 Rekomendasi (25%) dalam proses tindak lanjut

3. Hasil Pemeriksaan Kasus Pengaduan Masyarakat di Kab. Tebo.

Terdapat 18 temuan dengan 17 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

7 Rekomendasi (41%) telah selesai ditindaklanjuti. 10 Rekomendasi (59%) dalam proses tindak lanjut

4. Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Kabupaten Tebo. - Dinas/Instansi di Kab. Tebo.

Terdapat 51 temuan dengan 157 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

51 Rekomendasi (32%) telah selesai ditindaklanjuti 106 Rekomendasi (68%) dalam proses tindak lanjut - Kantor Camat, Puskesmas dan UPTD Dikbudpora

Terdapat 126 temuan dengan 326 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

128 Rekomendasi (39%) telah selesai ditindaklanjuti 198 Rekomendasi (61%) dalam proses tindak lanjut - Alokasi Dana Desa (ADD)

LKJ IP TAHUN 2016 28 Terdapat 324 temuan dengan 727 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

549 Rekomendasi (76%) telah selesai ditindaklanjuti 178 Rekomendasi (24%) dalam proses tindak lanjut - Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Terdapat 346 temuan dengan 799 rekomendasi, dengan rincian sebagai berikut :

678 Rekomendasi (85%) telah selesai ditindaklanjuti 121 Rekomendasi (15%) telah selesai ditindaklanjuti

b. Kurangnya pemahaman dan kepedulian OPD terhadap rekomendasi/saran.

c. Sulitnya penyelesaian tindak lanjut yang berhubungan dengan pihak ke Tiga.

Adapun Langkah-langkah yang telah dan akan terus dilakukan sehubungan dengan kondisi/permasalahan di atas adalah :

1. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan upaya penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan OPD terkait dan aparat pemeriksa.

2. Memberikan sanksi yang tegas bagi obrik yang tidak melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana yang telah ditentukan.

3. Melakukan sosialisasi dan koordinasi yang lebih komprehensif tentang kewajiban menanggapi rekomendasi/saran pemeriksaan.

4. Melakukan sosialisasi dan koordinasi yang lebih komprehensif dengan OPD Pengelola Program dan Kegiatan dan juga dengan pihak Ketiga/Rekanan.

5. Melakukan kerjasama dengan Kejaksaan Negeri Kabupaten Tebo dalam upaya penyelesaian tidak lanjut hasil pemeriksaan yang tidak juga diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa.

LKJ IP TAHUN 2016 29 a. Masalah kelembagaan Inspektorat Kabupaten sebagai berikut :

Kriteria Fakta Lapangan Akibatnya

Berdasarkan PP 60/2008 tentang SPI bahwa :

1. Tugas pokok dan fungsi unit harus jelas,untuk memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab. 2. APIP perlu memiliki SOP/Pedoman dalam setiap jenis pemeriksaan 3. APIP wajib

memiliki Badan Kehormatan Profesi

1. Uraian tugas pokok dan fungsi Itkab dalam Perbup 25 Tahun 2014 bersifat umum, belum lengkap dan rinci dan

belum mampu

menjawab kebutuhan yang ada.

2. SOP yang dimiliki sudah baik, acuan untuk pelaksanaan di setiap kegiatan. 3. Berbagai Pedoman

yang ditetapkan Mendagri belum memadai dan lengkap (masih bersifat umum) dan tidak teknis prosedural.

4. Itkab belum memiliki Badan Kehormatan Profesi.

1. Pengendalian intern dan tanggung jawab antara pimpinan dan bawahan menjadi sulit dilaksanakan 2. Pelaksanaan pengawasan di lapangan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut sudah memiliki panduan yang baku.

3. Proses pengawasan pelaksanaan Kode Etik oleh auditor belum memadai

LKJ IP TAHUN 2016 30 b. Masalah SDM Pemeriksa

Kriteria Fakta Lapangan Akibatnya

PMDN 8/2008 tentang Pejabat Pengawas Pemerintah jo Permenpan

05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit: 1. Pendidikan paling rendah berijazah sarjana (S1); 2. Harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional 3. Memiliki kompetensi teknis di bidang auditing, administrasi pemerintahan dan komunikasi

4. Jumlah auditor yang harus dimiliki minimal 1 orang satu obrik

1. Jumlah pegawai yang bersertifikasi auditor/jabatan fungsional masih kurang. 2. Jika dibandingkan dengan jumlah pemeriksa dan jumlah obrik, maka tenaga auditor kurang.

3. Masih ada yang belum memiliki diklat kompetensi teknis. 1. Profesionalisme sebagian tenaga pemeriksa Inspektorat Kabupaten masih belum memadai. 2. Beban tugas tenaga

pemeriksa overload.

c. Masalah Kinerja Pengawasan

Kriteria Fakta Lapangan Akibatnya

PERMENPAN 5/2008 tentang Standar Audit APIP :

1. Kinerja Perencanaan: APIP harus menyusun rencana PKPT 1. Penetapan PKPT sudah mengacu dengan Berbasis Manajemen. 2. PKP yang dibuat sudah mengacu 1. PKPT sudah bisa dinilai dalam memenuhi syarat Kapabilitas APIP 2. Program Kerja pengawasan sudah

LKJ IP TAHUN 2016 31 (Program Kerja

Pengawasan Tahunan) dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai resiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi (risk based

audit)

2. Kinerja Pelaksanaan : - APIP harus menyusun

PKP (Program Kerja Pemeriksaan) dan KKP (Kertas Kerja

Pemeriksaan) dan LHP sesuai dengan standar audit

- Setiap tahapan audit harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan auditor

Kendali Mutu Audit (KMA)

3. Penerbitan LHP sudah tepat waktu.

4. Supervisi belum dilakukan secara memadai dan belum terdokumentasi

bisa terukur sesuai dengan perencanaan. 3. Kertas Kerja

Pemeriksaan sudah mulai mengacu ke Kendali mutu audit dan standar Audit. 4. Penerbitan LHP

sudah mulai mengacu dengan standar pemeriksaan.

LKJ IP TAHUN 2016 32 d. Masalah Penyelesaian TLHP

Kriteria Fakta Lapangan Akibatnya

UU 15/2004 tentang Pemeriksaan,

Pengelolaan & Tanggung Jawab KN :

1. Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi LHP paling lambat 60 hari 2. Pejabat yang tidak

menindaklanjuti, dapat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan kepegawaian; 3. Pejabat yang tidak

menindaklanjuti, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,

Masih terdapat temuan yang belum ditindaklanjuti : 1. BPK 2. BPKP 3. Inspektorat Provinsi 4. Inspektorat Kabupaten 5. Kasus Mempengaruhi opini BPK Catatan:

Pada Tahun 2016 telah dilakukan kerjasama dengan Kejaksaan Negeri Kabupaten Tebo dalam upaya penyelesaian tidak lanjut hasil pemeriksaan yang tidak juga diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

LKJ IP TAHUN 2016 33 1. Telaah Rencana Strategis K/L dan Rencana Strategis Provinsi

Secara umum, tujuan pembangunan yang ingin dicapai oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri adalah meningkatnya kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur, transparansi dan akuntabilitas keuangan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri serta kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Sasaran yang hendak dicapai adalah :

a. Meningkatnya kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur lingkup Kementerian Dalam Negeri

b. Meningkatnya kualitas Laporan Keuangan Kementerian Dalam Negeri sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

c. Meningkatnya kualitas Laporan Kinerja (LKj) Kementerian Dalam Negeri sesuai dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) d. Terciptanya penanganan kasus dan pengaduan masyarakat yang profesional,

independen dan akuntabel di lingkup Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah

e. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah secara efektif dan efisien sesuai peraturan Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan tujuan pembangunan yang ingin dicapai oleh Inspektorat Provinsi adalah terwujudnya akuntabilitas dalam mengelola kekayaan negara secara transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan. Sasaran yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Dalam Provinsi Jambi.

b. Terlaksananya penanganan pengaduan masyarakat secara efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik.

LKJ IP TAHUN 2016 34 c. Terlaksananya pengendalian pelaksaan manajemen KDH dalam rangka memberikan peringatan dini dan meningkatkan akuntabilitas program dan kegiatan.

d. Tersusunnya buku katalog pengawasan, buku Laporan Ikhtisar Hasil Pengawasan sebagai bahan evaluasi bagi pimpinan, dan menjadi bahan masukan bagi auditor/pejabat.

e. Terselesaikannya TLHP Aparat Pengawasan Fungsional.

f. Terbangunnya sinergi dan kesepahaman baik dengan SKPD maupun dengan sesama Aparat Pengawas Fungsional lainnya dalam rangka menghindari terjadinya tumpang tindih dalam pemeriksaan, dan membahas isu-isu pengawasan yang relevan.

Bila dikaitkan dengan sasaran jangka menengah Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri dan Inspektorat Provinsi Jambi tersebut di atas, maka permasalahan pelayanan yang dihadapi oleh Inspektorat Kabupaten Tebo yaitu dalam penerapannya terkait dengan tugas pokok dan fungsi antara lain :

1. Terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia (Kuantitas dan Kualitas) aparatur dan masih kurangnya jumlah personil/aparatur pengawasan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah objek pemeriksaan yang ada dan juga terbatasnya aparatur pengawasan yang memiliki sertifikasi Pemeriksan/Auditor.

2. Terbatasnya anggaran untuk menunjang program dan kegiatan.

Faktor-faktor penghambat ataupun pendorong dari pelayanan Inspektorat Kabupaten Tebo ditinjau dari sasaran jangka menengah Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri dan Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :

LKJ IP TAHUN 2016 35 1. Faktor Penghambat

a. Masih adanya aturan yang saling bertentangan di dalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan yang salah satunya adalah antara PP Nomor 79 Tahun 2005 dengan PP Nomor 60 Tahun 2008.

b. Masih belum sinkronnya pola pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi dengan Inspektorat Kabupaten Tebo.

2. Faktor Pendorong

a. Tersedianya Kebijakan Pengawasan yang merupakan acuan dasar di dalam penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan.

b. Adanya sarana Pemutakhiran Data pengawasan tingkat regional yang merupakan gambaran tolak ukur keberhasilan terhadap tindak lanjut hasil pengawasan yang dilaksanakan.

c. Adanya Standar Operasional Pemeriksaan yang dapat dijadikan acuan didalam pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan secara teknis.

LKJ IP TAHUN 2016 36 BAB II

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN TEBO (Halaman 25-36)

Dokumen terkait