Pasal 22
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
Pasal 22
Cukup jelas
menyediakan sumber daya dalam rangka Penanggulangan Wabah.
(2) Sumber daya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sumber daya manusia;
b. teknologi; dan
c. sarana dan prasarana.
Pasal 23
(1) Dalam rangka upaya penanggulangan Wabah, dibentuk Tim Gerak Cepat yang bersifat ad hoc di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog kesehatan, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada lintas program dan lintas sektor terkait serta masyarakat.
(3) Dalam hal kejadian wabah diduga terjadi akibat unsur kesengajaan oleh pihak tertentu, Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperluas keanggotaannya dengan melibatkan unsur pemerintah yang bertanggung jawab di bidang keamanan dan pertahanan negara.
Pasal 23 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 24
(1) Dalam penanggulangan wabah memerlukan dukungan
Pasal 24
Cukup jelas
teknologi melalui:
a. pengembangan teknologi tepat guna;
b. pengembangan metode uji laboratorium; dan c. penelitian.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling sedikit meliputi penelitian berbasis pelayanan dan penanggulangan serta penelitian terhadap agen penyebab wabah.
Pasal 25
Dalam keadaan wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah, instansi teknis terkait, maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap penderita atau tersangka (suspect) penderita.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Dalam keadaan Wabah, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan perbekalan kesehatan meliputi alat kesehatan, obat, vaksin, bahan medis habis pakai, serta bahan/alat pendukung lainnya.
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Ketentuan lebih lanjut tentang sumber daya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26 diatur dalam
Pasal 27
Cukup jelas
Peraturan Presiden.
BAB VIII
KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN
Pasal 28
(1) Dalam upaya penanggulangan wabah, Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya membangun dan mengembangkan koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan.
(2) Koordinasi, jejaring kerja dan Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. mencegah meluasnya penyebaran wabah antar wilayah maupun antar daerah;
b. meningkatkan jaringan surveilans kesehatan dan responnya;
c. meningkatkan kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan menghadapi kejadian wabah; atau
d. saling memberikan informasi antar instansi pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, lembaga internasional dan organisasi profesi dalam suatu sistem jaringan informasi nasional dan internasional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Dalam penanggulangan Wabah, Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain atau badan internasional.
Pasal 29
Bentuk kerjasama dengan negara lain atau badan internasional, antara lain untuk mengembangkan metode penanggulangan, laboratorium, peningkatan dan pengembangan tenaga ahli, penelitian dan pengembangan, serta sumber pendanaan.
BAB IX
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 30
(1) Masyarakat berperan aktif dalam menghadapi dan melaksanakan upaya penanggulangan wabah melalui tindakan promotif dan preventif agar terhindar dari dampak buruk kejadian wabah.
(2) Peran aktif masyarakat dalam menghadapi wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat;
b. memelihara dan meningkatkan kesehatan lingkungan;
c. menghindari perilaku ekslusif yang dapat memicu penyebaran agen penyakit potensial wabah; dan d. kegiatan lain yang dapat mencegah meluasnya
Pasal 30 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas Huruf b
Cukup jelas
wabah.
(3) Peran aktif masyarakat dalam melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit melalui:
a. pembersihan lingkungan rumah;
b. pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit;
c. pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga;
d. pengelolaan makanan secara higienis dan saniter;
dan/atau
e. pemusnahan barang dan/atau binatang yang patut diduga menjadi agen penularan penyakit, termasuk milik masyarakat.
Huruf c
Cukup jelas Huruf d
Cukup jelas Huruf e
Yang dimaksud dengan “milik masyarakat”, antara lain hewan ternak, barang-barang bekas, dan sisa makanan.
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dalam menghadapi dan melaksanakan upaya penanggulangan wabah terhadap masyarakat dan instansi pemerintah.
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
Pasal 32
Cukup jelas
diarahkan untuk:
a. persiapan dan kesiapan dalam menghadapi wabah;
b. menggerakkan potensi sumber daya dalam menghadapi dan melaksanakan upaya penanggulangan wabah;
c. memfasilitasi akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, termasuk perbekalan kesehatan;
d. meningkatkan upaya promotif dan preventif;
e. membangun jaringan informasi antar masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat;
b. pendayagunaan tenaga kesehatan;
c. metode penanggulangan;
d. penelitian dan pengembangan; dan/atau e. pendanaan.
Pasal 33
Dalam rangka pembinaan, Pemerintah dan pemerintah daerah, dapat memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa dalam upaya penanggulangan wabah.
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 34
Cukup jelas
Bagian Kedua Pengawasan
Pasal 35
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan yang berpotensi dapat menjadi sumber atau agen penyebaran penyakit potensial wabah.
(2) Menteri dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendelegasikan kepada lembaga pemerintah non kementerian atau satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang kesehatan.
(3) Menteri dalam melaksanakan pengawasan mengikutsertakan masyarakat.
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
(1) Dalam menghadapi dan melaksanakan upaya penanggulangan wabah, tim gerak cepat dapat melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang patut diduga menjadi sumber penyebaran wabah.
(2) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
Pasal 36
Cukup jelas
pada ayat (1) menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga adanya pelanggaran hukum, tim gerak cepat wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 37
Cukup jelas
BAB XI PENYIDIKAN
Pasal 38
(1) Selain penyidik polisi negara Republik Indonesia, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintahan yang menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
Pasal 38
Cukup jelas
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
d. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
e. memanggil, memeriksa, menggeledah, menangkap, atau menahan seseorang yang disangka melakukan tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
f. menahan, memeriksa, dan menyita dokumen;
g. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
h. mengambil foto dan sidik jari tersangka;
i. meminta keterangan dari masyarakat atau sumber yang berkompeten;
j. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah;
k. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan adanya tindak pidana dalam upaya penanggulangan wabah.
(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan oleh penyidik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XII SANKSI
Pasal 39
Pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
(1) Aparat desa yang tidak melaporkan adanya penderita yang diduga penyakit menular potensial wabah dapat dikenakan sanksi administratif.
(2) Bupati/walikota dan gubernur yang tidak melaporkan adanya penderita yang diduga penyakit menular potensial wabah dan/atau tidak menetapkan status KLB dapat dikenakan sanksi administratif.
(3) Menteri dapat dikenakan sanksi administratif apabila tidak menetapkan status ancaman wabah dan kejadian wabah.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa:
a. teguran lisan;
Pasal 40
Cukup jelas
b. teguran tertulis; dan/atau
c. usulan pemberhentian dari jabatannya.
(5) Tata cara pemberian sanksi diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 41
Pihak-pihak tertentu, baik perorangan, kelompok, maupun organisasi yang dengan sengaja melakukan kegiatan untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sehingga berpotensi menimbulkan wabah dipidana dengan pidana penjara paling lama ….
(…………) tahun.
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Setiap orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja menghalang-halangi penyelenggaraan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama … (…….) tahun dan/atau pidana denda paling banyak ………
(……… rupiah).
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Terhadap pihak-pihak yang dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan yang mengandung penyebab dan/atau agen penyakit sebagaimana diatur dalam Pasal 21 sehingga dapat menimbulkan wabah
Pasal 43 Cukup jelas
dipidana dengan pidana penjara paling lama …. (…………) tahun dan/atau pidana denda paling banyak ………….
(……….. rupiah).
BAB XIII PENDANAAN
Pasal 44
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan wabah secara memadai.
(2) Pada saat penanggulangan wabah, Pemerintah dan pemerintah daerah menggunakan dana siap pakai yang sudah dialokasikan di dalam APBN atau APBD.
(3) Pendanaan penanggulangan wabah dapat bersumber dari partisipasi masyarakat dan/atau kerjasama internasional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 44 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “dana siap pakai” adalah bahwa dana pemerintah yang dicadangkan merupakan dana siap pakai apabila terjadi wabah.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 45
(1) Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu menanggulangi Wabah maka dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya.
(2) Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan wabah kepada pemerintah daerah.
Pasal 46
Cukup jelas
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 47
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal pengundangan Undang-Undang ini.
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 48
Cukup jelas
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49 Pasal 49
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Cukup jelas
Pasal 50
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal 50
Cukup jelas
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal …
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …..
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY