• Tidak ada hasil yang ditemukan

sumber-sumber Dana Bank

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH (Halaman 72-76)

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat, baik dana berskala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan kata lain, Bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur. Berikut ini adalah sumber-sumber dana dari suatu bank. 1. Dana dari modal sendiri (dana pihak ke-1)

a. Modal yang disetor b. Cadangan-cadangan c. Laba yang ditahan

2. Dana pinjaman dari pihak luar (dana pihak ke-2) a. Pinjaman dari bank-bank Lain

b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank

d. Pinjaman dari bank sentral (dalam hal ini adalah Bank Indonesia [BI]) 3. Dana dari masyarakat (dana dari pihak ke-3)

a. Giro (demand deposit) b. Deposito (time deposit) c. Tabungan (saving)

Pemegang Saham Pengendali

Pemegang saham pengendali (PSP) adalah badan hukum, orang perseorangan, dan/atau kelompok usaha, yang:

1. memiliki saham perusahaan atau bank sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara;

2. memiliki saham perusahaan atau bank kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara, namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan atau bank, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kelompok Usaha

1. Perorangan dan badan hukum. 2. Beberapa orang.

3. Beberapa badan hukum yang memiliki keterkaitan kepengurusan, kepemilikan, dan/ atau hubungan keuangan.

Pandangan Syariah akan Uang

Dalam pandangan syariah/syariat, uang bukanlah merupakan suatu komoditas, melainkan hanya merupakan alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value). Hal ini bertentangan dengan lembaga keuangan yang berbasis bunga di mana “uang mengembangbiakkan uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic activities), baik secara langsung (melalui transaksi, seperti perdagangan, industri manufaktur, sewa-menyewa, dan lain-lain) maupun secara tidak langsung (melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut).

Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana dari pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk berikut.

1. Titipan (wadi’ah), yaitu simpanan yang dijaminkan keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit) tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.

2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non-guaranteed account) untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah), di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.

3. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqayyadah), di mana bank bertindak sebagai manajer investor untuk memperoleh fee. Jadi, bank tidak ikut berinvestasi, sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi tersebut.

Nasabah Pendanaan Nasabah Pembiayaan Bank Investor Bagi hasil Pengelola investasi Bagi hasil/ margin proit

Gambar 8.2 Skema dana mudharabah

Dengan demikian, sumber dana bank syariah adalah sebagai berikut. 1. Modal inti (core capital)

Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank (pemilik bank) (Zainul, 2003: 150). Berikut adalah dana yang termasuk sebagai modal inti.

a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham—sumber utama dari modal bank adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham. Dan, penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

b. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, di mana disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.

c. Laba yang ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh pemegang saham sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diputuskan untuk diinvestasikan kembali pada bank. Laba ditahan ini juga merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut. 2. Mudharabah (mudharabah account)

Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian inansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan (Gambar 8.2).

Berdasarkan prinsip ini, bank dalam kedudukannya sebagai mudharib menyediakan jasa bagi para investor (shahibul maal), sebagai berikut.

a. Rekening investasi umum. Bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip

mudharabah mutlaqah (unrestricted investment account). Simpanan diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu. Bank dapat menerima simpanan tersebut untuk jangka waktu 1, 3, 6, atau 12 bulan. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai mudharib

dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal. Kedua belah pihak menyepakati pembagian laba yang dihasilkan dari investasi dana tersebut dengan nisbah

tertentu. Apabila terjadi kerugian, nasabah menanggung kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan.

b. Rekening investasi khusus. Bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (misal: lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka kehendaki. Mudharabah muqayyadah rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted investment account). Bentuk investasi dan nisbah pembagian keuntungannya dinegosiasikan secara khusus kasus per kasus.

c. Rekening tabungan mudharabah. Prinsip mudharabah digunakan untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah dananya harus dalam bentuk uang (monetary form), dalam jumlah tertentu, dan diserahkan kepada

mudharib. Oleh karena itu, tabungan mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu- waktu sebagaimana tabungan wadi’ah. Dalam aplikasinya, bank syariah melayani tabungan mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan kurban, tabungan haji, atau tabungan lain yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan atau jangka waktu tertentu.

Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari investasi mudharabah. Bank syariah juga tidak menjamin keuntungan atas investasi mudharabah. Mekanisme pengaturan realisasi pembagian keuntungan inal atas investasi mudharabah bergantung pada kinerja bank, berlainan dengan bank konvensional yang menjamin keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya.

3. Titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan (non-remunerated deposit)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa tabungan atau giro di bank umum. Pada umumnya, motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu (perhatikan Gambar 8.3).

Penitip Bank PembiayaanNasabah

Titipan dana Bonus Pemanfaatan dana Bagi hasil/ margin proit

Dengan konsep Al-Wadi’ah Yad Adh Dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan

Aplikasi di Perbankan/LKS : 1. Current account (Giro) 2. Saving account (Tabungan)

Tabungan wadi’ah menggunakan prinsip wadi’ah al yad adhamanah, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank memperoleh izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi atas kehendak pihak bank, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank.

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH (Halaman 72-76)

Dokumen terkait