• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Sumberdaya lemuru

Gambar 3 Hubungan interaksi multidimensional sistem perikanan tangkap yang

menunjukkan dinamika sumberdaya ikan, armada (modal) dan nelayan (Charles, 2001)

2.4 Sumberdaya Lemuru

Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU No. 31 Tahun 2004). Faktor yang mengatur stok sumberdaya ikan adalah recruitment, pertumbuhan, mortalitas alami dan penangkapan oleh usaha perikanan (Widodo & Suadi, 2006).

Sumberdaya ikan adalah salah satu sumberdaya alam yang bersifat

renewable resources dan coomon peroperty resources. Pengertian sifat

renewable adalah dapat dipulihkan, ini memberikan implikasi bahwa manusia dapat memanfaatkan sumberdaya ikan dengan hati-hati sehingga aliran manfaatnya akan ada sepanjang tahun. Adapun pengertian coomon peroperty

adalah hak kepemilikan bersama atas sumberdaya ikan sehingga setiap orang sebagai pemegang hak properti memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan kata lain tidak ada kebebasan bagi setiap orang untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut (Nikijuluw, 2002).

Namun pada umumnya sumberdaya ikan masih dianggap bersifat open access yakni pemanfaatannya secara tebuka oleh siapa saja dan kapan saja, sehingga menimbulkan persaingan antar nelayan, persaingan teknologi dan modal. Proses persaingan tersebut dalam perairan open access akan berlanjut sampai melampaui suatu titik profit total maksimum sehingga terjadi overcapacity

Dinamika Populasi Ikan Dinamika Modal Dinamika Tenaga Kerja

Ikan Armada Nelayan

Panen Pasar Keuntungan Pasca Panen Kondisi Pasar Ekosistem Lingkungan Biofisik Rumah tangga Lingkungan Sosial

(melampaui kapasitas kemampuan menanggung dan mengakomodasi tekanan eksploitasi) dan mengakibatkan penangkapan berlebih (overfishing) terhadap sumberdaya ikan (Widodo & Suadi, 2006).

Secara sederhana overfishing dapat dideteksi dengan melihat hasil tangkapan per satuan upaya (Catch per unit Effort/CPUE) yang semakin menurun. Adanya penurunan CPUE mencerminkan bahwa kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan semakin tidak efisien dan semakin terbatasnya sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan nelayan. Indikasi ketidak-efisienan dapat dilihat dari semakin banyaknya energi, dana dan waktu yang dikerahkan untuk memperoleh ikan serta semakin kecilnya individu ikan yang tertangkap dan penurunan total produksi perikanan (King, 1995; Gordon, 1954).

Gambar 4 Sardinella lemuru Bleeker, 1853, Bali sardinella

Kingdom Animalia Phylum Chordata Subphylum Vertebrata Superclass Gnathostomata Class Actinopterygii Subclass Neopterygii Superorder Clupeomorpha Order Clupeiformes Suborder Clupeoidei Family Clupeidae Subfamily Clupeinae GenusSardinella Species

13

Species Sardinella atricauda

Species

(Bleeker's blacktip sardinella)

Sardinella aurita Species (round sardinella) Sardinella brachysoma Species (deepbody sardinella)

Species Sardinella fijiense

Species (fiji sardinella) Sardinella fimbriata Species (fringescale sardine) Sardinella gibbosa Species (goldstripe sardinella) Sardinella hualiensis Species (Taiwan sardinella) Sardinella janeiro Species (Brazilian sardinella) Species

Species Sardinella lemuru

Species

(Bali sardinella)

Sardinella longiceps

Species

(Indian oil sardine)

Sardinella maderensis Species (Madeiran sardinella) Sardinella marquesensis Species (marguesan sardine) Sardinella melanura Species (blacktip sardinella) Sardinella neglecta Species

(east african sardinella)

Sardinella richardsoni Species (Richardson's sardinella) Sardinella rouxi Species (yellowtail sardinella) Sardinella sindensis Species (sind sardinella) Sardinella tawilis Species (freshwater sardinella) Sardinella zunasi

Ikan lemuru terdapat di perairan pantai dan pelagis, memakan phytoplanton dan zooplankton. Panjang baku maksimum 23 cm. Di Laut Hindia bagian timur dan Pacifik bagian barat, Sardinella lemuru mudah dibedakan dari semua clupeid

lainnya dengan 9 jari-jari sirip perut. Penyebarannya di Laut Hindia bagian timur dan Pasifik bagian barat, Malay Peninsula, Indonesia bagian barat, Australia bagian barat, Philippina, China, Taiwan dan Jepang bagian Selatan (Anonim, 2008). Ikan lemuru memiliki karakter diagnostik: badan memanjang, bagian perut sebelum sirip perut membundar, panjang kepala 25-29% daripada panjang baku, tinggi badan 27-31%. Jari-jari sirip punggung 14; jari sirip dubur 13-15, jari-jari sirip dada 16, jari-jari-jari-jari sirip perut 9, tulang saring insang bagian bawah 146-166, ruas tulang belakang 47-48. Striae vertikal sisik tidak bertemu di pusat, pada pinggiran sisik bagian belakang tidak terdapat lubang pori-pori yang halus.

Warna badan keperakan dengan biru gelap pada bagian belakang, tidak terdapat bercak gelap pada dasar sirip punggung, pinggiran tepi sirip ekor berwarna gelap. Ikan lemuru memiliki umur maksimal mencapai 4 tahun (Dwiponggo,1972 dan Merta, 1992) dan diperkirana berada di Selat Bali diperkirakan sekitar sampai 2,5 - 3 tahun (Merta & Monintja, 2002). Di Laut Hindia bagian timur dan Pacifik bagian barat, Sardinella lemuru mudah dibedakan dari semua clupeid lainnya dengan 9 jari-jari sirip perut. Ikan lemuru memiliki beberapa nama daerah yang di dasarkan pada ukuran besar badan, diantaranya adalah seperti tabel berikut :

Tabel 1 Beberapa nama lokal lemuru

Panjang Total Nama Lokal Lokasi

<11 Sempenit/Penpen Muncar/Kedongan -Bali

11-15 Protolan Muncar dan Bali

15-18 Lemuru Muncar dan Bali

>18 Lemuru

kucing/Kucingan

Muncar/Kedongan-Bali Sumber : Martinus et al, 2004

Rata-rata panjang ikan lemuru pertama kali tertangkap adalah 15,9 cm lebih kecil dari ukuran ikan pertama matang gonad adalah 17,5 cm. Hal inil merupakan faktor kritis terhadap kelestarian sumberdaya ikan lemuru. Hubungan upaya penangkapan dengan produksi per upaya berupa linier positif, sehingga pendugaan kondisi berimbang lestari (MSY) tidak bisa diduga dengan pendekatan Schaefer (1959) dan Fox (1970). Produksi lemuru per unit penangkapan purse seine dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1995 - 2003) semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah upaya penangkapan (Martinus et al, 2004).

Berdasarkan penelitian akustik yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) dengan menggunakan alat fish finder, ikan lemuru di perairan Selat Bali terpusat di paparan Jawa dan Bali pada kedalaman kurang dari 200 meter, di luar paparan ikan lemuru tidak ditemukan. Di siang hari ikan lemuru mempunyai kebiasaan bergerombol (scoolling) dalam jumlah yang cukup besar dan padat di dasar perairan, sedangkan di malam hari akan naik ke permukaan dan lebih menyebar.

Di siang hari gerombolan (scoolling) ikan padat ditemukan dekat dengan dasar perairan, sedang pada malam mereka bergerak ke lapisan dekat permukaan

15

membentuk gerombolan yang menyebar. Kadang kala gerombolan lemuru ditemukan di permukaan di siang hari ketika cuaca berawan dan gerimis.

Juvenile lemuru berada di daerah perairan yang dangkal, ikan ini yang sering menjadi target alat tangkap tradisional (liftnet, gillnets, bagan tancap, bagan apung, dan lain lain). Ikan lemuru yang berada di daerah perairana teluk Pangpang, dekat ujung Sembulungan dan semenanjung Senggrong di sisi pulau Jawa dan di teluk Jimbaran Bali, masih relatif kecil ukurannya yaitu kurang dari 11 cm (lemuru sempenit). Kebanyakan ada sejak memasuki bulan Mei sampai September dan kadang-kadang meluas sampai ke bulan Desember. Ikan lemuru yang besar ukurannya akan menghuni di perairan yang lebih dalam dan secara umum ukuran ikan semakin bertambah besar bila semakin ke arah selatan.

Sebenarnya produksi ikan lemuru mulai meningkat pada bulan Agustus, namun hasil produksi masih lemuru sempenit, pada bulan Desember sampai Maret, ikan sempenit mulai tiada dan digantikan oleh ikan lemuru protolan, dan selanjutnya digantikan oleh peningkatan produksi ikan lemuru kucing. Dengan keaadan seperti tersebut bisa di perkirakan bahwa kegiatan penangkapan ikan lemuru pada bulan April-Juli cukup membahayakan kelestarian sumberdaya ikan lemuru, karena ikan lemuru Sempenit dan Protolan masih berukuran muda dan sebagian besar diduga belum matang gonad reproduksi. Sumberdaya ikan lemuru akan terancam sumberdayanya dan akan sangat sulit untuk dalam melakukan pemulihan (recovery) secara alami.

Sumberdaya perikanan Selat Bali pada musim Timur lebih banyak didominasi oleh ikan lemuru yang mencapai 80% dari hasil tangkapan, potensi lemuru tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan Bali dan Jawa Timur terutama oleh nelayan Muncar-Banyuwangi (Hartoyo et al, 998). Densitas ikan pelagis dibagi menjadi 5 strata yaitu 5-10 meter ditemukan densitas sekitar 9.216 ekor/1000 m3, 10-25 meter ditemukan densitas sekitar 46.390 ekor/1000 m3, 25-50 meter ditemukan densitas sekitar 83.363 ekor/1000 m3, 50-75 meter ditemukan densitas sekitar 71.533 ekor/1000 m3, dan 75-125 m ditemukan densitas sekitar 22.528 ekor/1000 m3 (Hartoyo et al, 1998). Sudah banyak dilakukan studi pendugaan stock ikan lemuru, pada dasarnya keadaan ikan lemuru di Selat Bali sudah mengalami over-fishing, seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Variasi studi stock assessment lemuru di Selat Bali

Tahun Model MSY (t) fopt (p.s.unit) Tingkat

Pemanfaatan 1986 Schaefer 66.306 238 Over-fishing Fox 62.317 242 Over-fishing 1986 Schnute 80.332 207 Over-fishing Gulland’s moving average 60.559 123 Over-fishing Schaefer : q = 0,00108 49.440 260 Over-fishing q = 0,00068 48.835 257 Over-fishing Jacknife : q = 0,00108 49.581 259 Over-fishing q = 0,00068 47.512 320 Over-fishing 1992 Schaefer 40.000 180 Over-fishing Sumber : Merta et al, 2000

Dokumen terkait