• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sunan Abu Dawud

Dalam dokumen Studi kitab hadis (Halaman 126-131)

KITAB HADIS KUTUB SITTAH

C. Sunan Abu Dawud

                                                     

Oleh karena itu jelaslah jika perawi hadis tersebut melakukan kesalahan.165

b. Hadis Abu Hurairah tentang penciptaan langit dan bumi, dan apa yang ada diantaranya selama tujuh hari, tidaklah merupakan hadis marfu’ melainkan mawquf pada Abu Hurairah. Hadis tersebut mendapat kritikan dari ulama’ hadis, dan hal tersebut merupakan cerita Isra’iliyat.166

c. Dalam Sahih Muslim terdapat sanad yang munqathi’ pada 14 tempat, antara lain pada bab tayamum dan bab salat.167

d. Dalam Sahih Muslim ada 110 orang perawi telah mendapat kritikan karena dipandang tidak memenuhi kriteria dabit dan thiqah sebagaimana yang telah ditentukan.168 Maka jelaslah dalam Sahih Muslim ada hadis yang sanadnya perlu diteliti, karena tidak memenuhi kriteria sebagai hadis sahih.

C. Sunan Abu Dawud

1. Biografi Abu Dawud (202-275 H/817-889M)

165Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah., 66. 166Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah. 67.

167Ibn Hajar al-Asqalani, Hady al-Sari, (Mesir : Mustafa al-Babi al-Halabi,

1963), 16-17.

168Al-Asqalani, Hady al-Sari,17

                                                       

Nama lengkap Abu Dawud adalah Sulaiman ibn Ash’as ibn Ishaq ibn Basyir ibn Shidad ibn Amr Azdi al-Sijistani.169 Ia lahir di Sajistan suatu kota di Bashrah 202 H. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama’ guna menimba ilmunya. Sebelum usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan ke berbagai negeri, seperti Khurasan, Irak, Hijaz, Sham dan Mesir untuk waktu yang cukup lama. Dalam perjalanannya itu ia bertemu dengan sejumlah ulama’, dan dari mereka ia meriwayatkan hadis. Sewaktu berada di Baghdad ia mengajarkan hadis dan fiqih kepada para penduduk di Baghdad dan kitab Sunan Abu Dawud sendiri sebagai pegangan.170 Selanjutnya atas permintaan gubernur di Bashrah, yang berharap kota tersebut menjadi kiblat bagi ulama’ dan pelajar hadis, maka menetaplah Abu Dawud di kota tersebut.

Ulama’ yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya. Di antara guru-gurunya yang paling terkemuka adalah Ahmad ibn Hambal, Abdullah ibn Raja’, Abu al-Walid al-Tayalisi, dan lain-lain. Sebagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam al-Bukhari dan Muslim, seperti

169Al-Sijistani adalah nisbah pada tempat kelahirannya, yaitu Sajistan, salah

satu daerah yang terdapat di Basrah. Lihat Ibn Khalkan, Wafiat al-A’yan wa

Abna al-Zaman,Juz I, t.t., 382.

170Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah., 73.

                                                       

Ahmad ibn Hambal, Usman ibn Abi Talhah dan Qutaibah ibn Sa’id.

Diantara ulama’ yang mengambil hadis-hadisnya antara lain puteranya sendiri Abdullah, al-Nasa’i, al-Tirmidhi, Abu Awanah, Ali Ibn Abd al-Samad, dan Ahmad ibn Muhammad ibn Harun.171

Abu Dawud mewariskan banyak keterangan dalam bidang hadis yang berisi masalah hukum. Di antara karya-karyanya, antara lain : Kitab al-Sunan, kitab al-Marasil, kitab al-Qadar, al-Nasikh wa al-Mansukh, Fada’il al-‘Amal, kitab al-Zuhd, Dala’il al-Nubuwah, Ibtida’, al-Wahyu dan Ahbar al-Khawarij.

Diantara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi dan masih tetap beredar adalah kitab al-Sunan, yang kemudian terkenal dengan nama “Sunan Abu Dawud”.172

2. Metode dan Sistematika Sunan Abu Dawud

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang dilakukan al-Bukhari dan Muslim, tetapi ia memasukkan hadis sahih, hasan dan da’if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang tidak disepakati oleh para ulama untuk

171Fatchurrahman, Ikhtisar.,331. 172Fatchurrahman, Ikhtisar.331

                                                       

ditinggalkan. Hadis-hadis sangat lemah diterangkan kelemahannya.173

Cara yang diterima Abu Dawud dalam menulis kitabnya, dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah atas pertanyaan yang diajukan mengenai kitab sunannya. Inti dari surat tersebut adalah :

Abu Dawud mendengar dan menulis hadis 500.000 dan diseleksi menjadi 4.800 hadis.

a. Ia menghimpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan tidak mencantumkan hadis yang disepakati ulama’ untuk ditinggalkan.

b. Hadis yang lemah diberi penjelasan atas kelemahannya dan hadis yang tidak diberi penjelasan bernilai sahih.174 Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Ia memulai menulis dengan judul kitab Taharah yang berisi 159 bab, kemudian kitab Salat (251), Salat al-Istisqa’ (11), Salat al-Safar (20), al-Tatawu’ (27), Shahr Ramadan (10, Sujud (8), Witr (32), Zakat (46), al-Luqatah (20), al-Manasik (96), al-Nikah (49), al-Talaq (50), Shaum (81), Jihad (170), Ijab Adlahi (25), Washaya (17), Faraid (18), Kharaj wa Imarat wa Fai’ (41), Janaiz (80), Aiman wa Nadhur (25),

al-173Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah., 78. 174Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah.

                                                       

Buyu’ (90), al-Aqliyah (31), al-Ilm (13), al-Ashribah (22), al-At’imah (54), al-Thibb (24), al-Itq (15), al-Huruf (39), al-Hamam (2), al-Libas (45), al-Tarajal (21), al-Khatm (8), al-Fitan (7), al-Mahdi (12), al-Malahim (18), al-Hudud (38), al-Diyah (28), al-Sunnah (29), dan al-Adab (169).

3. Pandangan dan Kritik terhadap Sunan Abu Dawud

Banyak penilaian ulama’ yang ditujukan kepada Sunan Abu Dawud seperti yang dikutip oleh Muhammad Muhammad Abu Shuhbah :

a. Al-Hafiz Abu Sulaiman mengatakan, bahwa kitab Sunan Abu Dawud merupakan kitab yang baik mengenai fiqih dan semua orang menerimanya dengan baik.

b. Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata bahwa Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis hukum.

c. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah berkata bahwa kitab Sunan Abu Dawud memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam, sehingga menjadi rujukan masalah hukum Islam bagi umat Islam, sehingga umat Islam tersebut puas atas putusan dari kitab tersebut.175

d. Menurut Muhammad Musthafa Azami bahwa Sunan Abu Dawud merupakan salah satu dari kitab pokok yang dipegangi oleh para ulama’ serta merupakan kitab

175Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah., 80.

                                                       

terlengkap dalam bidang hadis-hadis hukum. Maka cukuplah kitab tersebut dibuat pegangan oleh para mujtahid.

Di samping keunggulan yang dimiliki, Sunan Abu Dawud, juga memiliki kelemahan, kelemahan itu terletak pada keunggulannya itu sendiri, yaitu ketika ia membatasi diri pada hadis-hadis hukum, maka kitab itu menjadi kitab yang tidak lengkap. Artinya sejumlah hadis-hadis selain bidang hukum tidak termasuk dalam kitab ini. Jadi pengakuan ulama terhadapnya sebagai kitab standart bagi mujtahid, ini hanya berlaku dalam bidang hukum dan tidak pada lainnya.

Kritik hadis tersebut tidak mempengaruhi ribuan hadis yang terdapat pada Sunan Abu Dawud, sebab hadis-hadis yang dikritik itu hanya sedikit sekali.

Dalam dokumen Studi kitab hadis (Halaman 126-131)

Dokumen terkait