• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Air Sungai

2.6.1. Pengertian Air Sungai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 35 tahun 1991 tentang sungai, yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai (Gayo, 1994).

Jadi yang dimaksud dengan air sungai adalah salah satu badan air yang menghasilkan air di atas permukaan daratan yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Secara umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar (Kusnoputranto, 1986).

2.6.2. Pengolahan Air sungai

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Hampir setiap hari sungai menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah urban dan pertanian (Darwono, 2001).

Air sungai pada umumnya telah mengalami pencemaran, karena itu perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengolahan (purifikasi) air ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu purifikasi alami dan purifikasi buatan. Dalam purifikasi buatan ini air mengalami tiga proses secara bertahap yaitu proses koagulasi, filtrasi dan desinfeksi. Setelah mengalami ketiga proses tadi barulah air sungai dapat dipergunakan untuk kepentingan rumah tangga (RT).

Secara sederhana di tiap-tiap rumah dapat dibuat instalasi pengolahan air sehingga memenuhi syarat kesehatan yang akan sangat membantu pula pada usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan melalui air. Untuk masyarakat luas pengolahan air permukaan ini dilaksanakan di instalasi yang dibangun pemerintah dan dibagikan melalui pipa (Entjang, 1985).

2.7. Perilaku

2.7.1. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia itu mencakup eksternal activity (kegiatan eksternal) seperti berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya serta internal activity (kegiatan internal) seperti berpikir, persepsi maupun emosi. Dengan demikian perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Skinner (1983) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara peransang (stimulus) dan tanggapan (respon). Dan menurut Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut ransangan. Dengan demikian, maka suatu ransangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor. Dalam perkembangannya, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.7.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membantuk tindakan seseorang (overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang), trial (mencoba) dan adoption (adopsi). Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.7.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan antara lain menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2003). 2.7.4. Tindakan

Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons Terpimpin (giuded response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan merupakan praktek tingkat ketiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.7.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, yaitu :

a. Latar Belakang

Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas : pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku. b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental

tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang penyakit.

c. Sarana

Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam munculnya perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, betapapun positifnya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul.

d. Faktor Pencetus

Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit kulit (Kusmiati, 2002).

2.8. Kulit

2.8.1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus tubuh yang elastis, pelindung tubuh dari pengaruh luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit antara 1-2 mm, yang paling tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kulit terdiri atas tiga lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu lapisan basal atau stratum germinatium, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum komeum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung di bawah dermis (Harahap, 1990).

2.8.2. Fungsi Kulit

Fungsi kulit dalam tubuh adalah sebagai pelindung, pengatur suhu, penyerap cairan dan indera perasa. Gangguan pada kulit akan mempengaruhi fungsi kulit tersebut sehingga tidak sempurna sesuai fungsinya (Harahap , 1990).

1) Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Serta melindungi melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

2) Pengatur Suhu

Penguapan keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas. 3) Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang terlarut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang terlarut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit. 4) Indera Perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu untuk merasakan nyeri, perabaan,

2.8.3. Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain:

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan :

 Mengubah pH-nya

 Bereaksi dengan protein-protein (denaturasi)  Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya  Merendahkan daya tahan kulit

2. Agen-agen kimia terbagi menjadi empat kategori yaitu :

a) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, detergen, garam-garam dan logam.

b) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.

c) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral dan lain-lain.

d) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit, karena penggunaan air yang tidak bersih meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang terdapat pada kulit. Contoh : panau dan kurap.

Menurut Fregert (1988) eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit. Dermatitis kontak mengarah kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (eksternal agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena faktor-faktor endogen.

Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen).

Fregert (1988) menjelaskan bahwa pada orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya terlihat 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu. Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak alergika tipe “delayed” ; sindroma urtikaria kontakta; dermatitis kontak iritan tipe akut; dermatitis kontak iritan tipe kronik; dermatitis kontak fotoalergika; reaksi fototoksis.

Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Seringkali menyerang kedua belah tangan sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung

Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/ gelembung-gelembung kecil yang gatal. Pertama kali ruam terbatas pada tempat kontak tetapi kemudian menyebar. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh. Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan rental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu (Fregert, 1988).

Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak orang yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting.

Penyakit kulit lainnya adalah kudis. Kudis adalah penyakit kulit yang menular, penyakit ini dalam bahasa ilmiah disebut scabies, memiliki gejala gatal, dan rasa gatal tersebut akan lebih parah pada malam hari. Sering muncul di tempat-tempat lembab di tubuh seperti misalnya, tangan, ketiak, pantat, kunci paha dan terkadang di celah jari tangan atau kaki.

Dokumen terkait