• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Ketetapan Pajak dan Timbulnya Utang Pajak

BAB III GAMBARAN DATA

H. Surat Ketetapan Pajak dan Timbulnya Utang Pajak

Dari uraian tentang saat timbulnya utang pajak tampak bahwa ada perbedaan yang mendasar tentang kedudukan surat ketetapan pajak dalam penentuan timbulnya utang pajak. Ajaran material sangat bertolak belakang dengan ajaran formal. Menurut ajaran material, surat ketetapan pajak tidak menimbulkan utang pajak sebab utang pajak telah timbul karena undang-undang pada saat dipenuhinya taatbestand. Dengan demikian, menurut ajaran material surat ketetapan pajak hanya mempunyai fungsi untuk :

a) Memberitahukan besarnya pajak yang terutang, dan b) Menetapkan besarnya utang pajak (konsolidasi)

Kedua fungsi di atas membuat surat ketetapan pajak menurut ajaran material hanya bersifat deklaratur (declatoir) atau pemberitahuan. Surat ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh fiskus hanya berfungsi sebagai pemberitahuan kepada pajak mengenai besarnya pajak terutang dan kapan jatuh tempo pembayaran pajak harus dilakukan oleh wajib pajak.

Sedangkan dalam ajaran formal, surat ketetapan pajak mempunyai tiga fungsi sekaligus, yaitu :

a) Menimbulkan utang pajak;

b) Menetapkan besarnya jumlah utang pajak (bersamaan saatnya dengan fungsi menimbulkan utang pajak); dan

c) Memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak

Bila dibandingkan dengan fungsi surat ketetapan pajak menurut ajaran material, ajaran formal memiliki satu fungsi ini membuat dalam ajaran formal sifat surat ketetapan pajak adalah konstitutif atau penetapan hukum. Dari uraian ini tampak bahwa bila ada ajaran material timbulnya utang pajak dan ketetapan pajak yang menentukan besarnya pajak terutang terjadi pada saat yang berbeda, maka pada ajaran formal kedua hal tersebut terjadi pada saat yang bersamaan.

I. Berakhirnya Utang Pajak

Setiap peristiwa perikatan, termasuk utang pajak, pada akhirnya akan jatuh tempo dan harus berakhir. Umumnya berakhirnya utang pajak karena dibayar atau dilunasi. Dalam hubungannya dengan hukum pajak, yang dimaksudkan dengan pembayaran atau pelunasan pajak adalah pembayaran dengan uang. Bahkan lebih tegas lagi adalah dengan mata uang negara yang memungut pajak tersebut. Di Indonesia pembayaran pajak terutang harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Walaupun demikian, wajib pajak tetap dimungkinkan membayar pajak terutang dengan menggunakan mata uang selain rupiah asalkan telah mendapat persetujuan dari fiskus. Dengan demikian, apabila wajib pajak melakukan pembayaran pajak dengan mata uang asing, maka harus ditafsirkan bahwa fiskus telah mengizinkan.

Pembayaran pajak terutang harus dilakukan pada kas negara, baik atas rekening pemerintah pusat maupun rekening pemerintah daerah yang ditunjuk oleh pemerintah.

Berakhirnya utang pajak merupakan salah satu tujuan dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Dalam hukum pajak, ada beberapa cara berakhirnya utang pajak, yaitu adanya pembayaran oleh wajib pajak ke kas negara, kompensasi, pengurangan atau penghapusan pajak yang terutang, kadaluarsa atau lewat waktu dan pembebasan.

1. Pelunasan / Pembayaran Pajak

Umumnya utang pajak berakhir dengan pembayaran ke kas negara atau tempat lain yang ditunjuk oleh negara seperti bank-bank pemerintah, kantor pos dan giro, dan lain-lain. Pembayaran pajak yang mengakibatkan berakhirnya utang pajak adalah pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak atas semua pajak yang terutang yang timbul akibat adanya taatbestand yang ditentukan oleh undang-undang, termasuk sanksi administrasi dan biaya penagihan pajak yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan pajak dimaksud. Apabila wajib pajak mengajukan permohonan untuk mengangsur pembayaran pajak dan kepadanya diberikan izin untuk hal tersebut, kemudian wajib pajak melakukan pembayaran angsuran pajak tetapi belum melunasi seluruh pajak yang terutang, maka belum dapat dianggap bahwa ia telah membayar (lunas) utang pajaknya. Baru setelah seluruh angsuran pajak yang terutang telah dibayar, dapat dikatakan bahwa wajib pajak tersebut telah membayar (lunas) pajak dan secara otomatis berakhirlah utang pajak tersebut.

2. Kompensasi (Pengimbangan)

Kompensasi dapat dilakukan atas pembayaran dan atas kerugian yang dimungkinkan jika pada awal pendiriannya wajib pajak badan menderita kerugian. Sedangkan kompensasi karena pembayaran dilakukan apabila salah satu pihak mempunyai utang dan mempunyai tagihan kepada pihak lain. Dalam hukum pajak, kompensasi pembayaran dapat dilakukan jika wajib pajak untuk satu jenis pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak sedangkan untuk jenis lain terdapat kekurangan pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran pajak untuk satu jenis pajak tersebut dapat dilakukan untuk membayar kekurangan pembayaran atas jenis pajak lain (utang pajak lainnya) yang juga terutang olehnya. Hal ini disebut kompensasi pembayaran.

3. Penghapusan Utang

Dalam hukum pajak dimungkinkan pula berakhirnya pajak melalui penghapusan terhadap kewajiban pajak karena wajib pajak mengalami kebangkrutan sehingga mengalami kesulitan keuangan. Untuk menentukan apakah seorang wajib pajak pailit atau tidak diperlukan penyelidikan yang seksama oleh fiskus dengan tujuan nantinya tindakan fiskus dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kedaluwarsa (Lewat Waktu)

Berakhirnya utang pajak karena kedaluwarsa atau lewat waktu terjadi jika dalam jangka waktu tertentu suatu utang pajak tersebut dianggap lunas dan tidak

dapat ditagih lagi. Demikian, utang pajak akan berakhir jika telah melewati waktu kedaluwarsa. Menurut Undang-undang KUP, utang pajak akan kedaluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila telah lewat waktu 10 tahun sejak pajak terutang atau berakhirnya masa pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak wajib pajak belum membayar lunas utang pajaknya dan fiskus tidak melakukan tindakan penagihan pajak, secara hukum utang pajak tersebut telah berakhir dengan sendirinya.

5. Pembebasan

Pembebasan pajak merupakan pengakhiran utang pajak yang dilakukan oleh fiskus tanpa persetujuan pihak wajib pajak. Hal ini dilakukan jika ada permohonan atau keadaan ekonomi wajib pajak yang mengalami kemunduran keuangan. Pembebasan pajak menurut Undang-undang Pajak umumnya hanya diberikan terhadap sanksi administrasinya saja.

6. Penundaan Penagihan

Dengan cara ini penagihan pajak terutang dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu. Jika kemudian wajib pajak ternyata mampu lagi untuk melunasi utang pajaknya, maka barulah ditagih. Jika tidak dapat juga ditagih maka barulah dihapuskan pajaknya.

Dokumen terkait