• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

3.1.6. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Pengertian SPT

Pasal 1 angka 10 UU RI No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali di ubah dengan UU RI No. 16 tahun 2000 tentang KUP, menyebutkan yang di maksud dengan SPT adalah :

“Surat yang oleh wajib pajak di ginakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak/bukan

objek pajak dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

3.1.6.2. Fungsi SPT

Adapun fungsi SPT berdasarkan penjelasan pasal 3 ayat 1 UU RI No. 6 ahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali di ubah dengan UU Ri No. 16 tahun 2000 tentang KUP adalah :

1. Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran/pelunasan pajak yang telah di laksanakan sendiri dan tahun pajak/bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan orang pribadi dan atau badan objek pajak.

c. Harta dan Kewajiban.

d. Pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pembatalan orang pribadi/badan lain dalam 1 masa pajak yang di lakukan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Bagi pengusaha kena pajak fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah

pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

b. Pembayaran/pelunasan pajak yang telah di laksanakan sendiri oleh pengusaha kena pajak melalui pihak lain dalam suatu masa pajak yang di tentukan oleh ketentuan umum perpajakan perundang-undangan.

c. Bagi pemotong/pemungut pajak fungsi SPT adalah sabagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak yang di potong/di pungut dan di setorkannya.

3.1.6.3. Jenis-Jenis SPT

Bila di perhatikan saat pelaporannya SPT di bedakan menjadi

1. SPT Massa adalah surat yang oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan penghitungan dan/pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak/pada suatu saat.

2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak di gunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.

Sesuai dengan pasal 2 ayat 3 UU RI No. 6 tahun 1983 sebagimana beberapa kali di ubah dengan UU RI No. 16 tahun 2000 tentang KUP, batas penyampaian SPT adalah:

a. Untuk SPT Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak

b. Untuk SPT Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

3.2Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama mengikuti Kegiatan Kerja Praktek di PT. INTI (Persero) Bandung, Penulis ditempatkan di bidang keuangan tepatnya di bagian Perpajakan dan ditugaskan untuk membuat bukti potong pajak penghasilan (PPh) Pasal 23, membuat faktur pajak standar, membuat voucher bukti penerimaan, melakukan input data pajak masukan dan pajak keluaran yang bisa dikreditkan atau yang tidak bisa dikreditkan, membuat rekapitulasi faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran yang dapat dikreditkan atau tidak dapat dikreditkan.

Sebelum memberikan tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan, pembimbing ditempat kerja praktek memberikan beberapa aturan-aturan dan dasar-dasar pelaksanaan atas tugas yang

akan dilaksanakan, serta perkiraan hasil kerja yang diharapkan. Setelah mendapat penjelasan mengenai hal-hal yang penting lainnya, maka penulis mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh pembimbing.

Pelaksanaan kerja praktek yang dijalankan penulis yaitu di bidang Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI (Persero) Bandung, Dilaksanakan selama 25 hari tertanggal 27 Juli sampai dengan 28 Agustus 2009 setiap hari senin sampai dengan jumat dari pukul 07.00-12.00 WIB.

3.3Pembahasan Hasil Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Perhitungan & Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

Prosedur pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 yaitu : a. Pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 ayat 1

undang-undang No. 17 tahun 2000 adalah oleh pihak yang membayarkan penghasilan terdiri atas :

1. Badan pemerintah.

2. Subjek pajak dalam negeri. 3. Penyelenggara kegiatan.

4. Bentuk usaha tetap.

5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. b. Dasar pemotongan

Adalah penghasilan bruto terkecuali untuk sewa dan jasa yang menggunakan perkiraan penghasilan netto sebagai dasar pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 ayat (1) b huruf c yang di tetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

c. Tarif pemotongan adalah :

1. Umum………..15%

2. Final (diatur dengan peraturan pemerintah) d. Saat pemotongan pajak penghasilan

Adalah pada akhir bulan di lakukan pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

Menurut ketentuan dalam surat keputusan Menteri Keuangan nomor 541 /KMK.04 /2000 diatur mengenai penyetoran pajak diatur sebagai berikut :

1). Ketentuan pasal 1 ayat (2) adalah pajak penghasilan (PPh) sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 dan pasal 26 undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor

17 tahun 2000, harus disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. 2). Ketentuan pasal 2 adalah dalam hal jatuh tempo pembayaran atau

penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

3). Pasal 3 adalah pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dikantor pos atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan milik daerah, atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran.

4). Pasal 4 adalah pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan surat setor pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Menurut ketentuan undang-undang nomor 16 tahun 2000 KUP diatur mengenai pelaporan pajak sebagai berikut:

1. Ketentuan pasal 3 ayat (3) adalah batas waktu penyampaian surat pemberitahuan adalah:

a. Untuk surat pemberitahuan masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak.

b. Untuk surat pemberitahuan tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

2. Ketentuan pasal 3 ayat (4) adalah Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b paling lama 6 (enam) bulan.

3. Ketentuan pasal 4 ayat (1) adalah Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

4. Ketentuan pasal 6 ayat (1) adalah surat pemberitahuan yang di sampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang di tunjuk untuk itu, sedangkan untuk syarat pemberitahuan tahunan harus di berikan juga bukti penerimaan.

5. Ketentuan pasal 6 ayat (2) adalah penyampaian surat pemberitahuan dapat di kirimkan melalui kantor pos secara tercatat atau dengan cara lain yang di atur dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak. 6. Ketentuan pasal 9 ayat (2) adalah kekurangan pembayaran pajak

yang terutang berdasarkan surat pemberitahuan tahunan harus di bayar lunas paling lambat tanggal 20 bulan ke-3 setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum surat pemberitahuan itu di sampaikan.

7. Ketentuan pasal 10 ayat (1) adalah Wajib Pajak membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang di tetapkan oleh Menteri Keuangan.

Atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta dan jasa pihak lain (kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan) di kenakan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus angkutan darat adalah sebesar 15% dari perkiraan penghasilan netto. Besarnya penghasilan netto adalah 40% dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan bangunan yang telah di kenakan pajak penghasilan yang bersifat final, berdasarkan peraturan pemerintah No. 29 tahun 1996 dan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus angkutan darat adalah sebesar 15% dari perkiraan penghasilan netto. Besarnya perkiraan

penghasilan netto adalah 40% dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 23 pada PT. INTI dilaksanakan oleh bagian keuangan yaitu seksi perpajakan. Adapun dokumen yang digunakan unuk menghitung potongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 ini yaitu berupa tagihan yang di ajukan oleh rekanan ke PT. INTI di masukan ke dalam lembaran bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 yang di dalamnya berisi nama rekanan.

Cara perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23, pertama kali di lakukan adalah membuat perincian bukti pungutan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 dimana di dalam perincian tersebut jumlah brutonya di pisahkan menurut jenis penghasilannya tetapi berurutan sesuai dengan urutan tagihan rekanan kemudian di kalikan berdasarkan tarif yang di kenakan.

Setelah mendapatkan pungutan pajak penghasilan (PPh) pasal 23, tiap penghasilan tersebut kemudian di buatkan daftar bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 dimana di dalamnya terdapat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama wajib pajak, bukti

pemotongan berupa tanggal dan nomor registrasinya, dasar pengenaan pajak dan besarnya pajak penghasilan (PPh) pasal 23 yang di potong.

Berikut ini penulis menyajikan bukti pungutan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 terhadap beberapa wajib pokok pajak.

Tabel 3.3

Perincian Bukti Pungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

Bulan Juli 2009

NO.

Jenis Penghasilan

Jumlah Penghasilan Bruto (Rp) Perkiraan Penghasilan Netto Tarif PPh yang Dipotong (Rp) 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 905.932.074 16,60 % 15% 22.562.972 Sub Total 905.932.074 22.562.972

2. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, dan Jasa Konsulant kecuali konsultan kontruksi 928.173.502 24,42 15% 33.994.629 Sub Total 928.173.502 33.994.629 3. Jasa instalasi/pemasangan mesin 475.019.545 30% 15% 18.136.781 Sub Total 475.019.545 18.136.781 4. Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan 2.060.000 30% 15% 71.900 Sub Total 2.060.000 71.900 5. Jasa perawatan/pemelihara an/perbaikan 68.734.600 30% 15% 1.854.384

Sub Total 68.734.600 1.854.384 6. Jasa perantara 65.000.000 30% 15% 2.200.000

Sub Total 65.000.000 2.200.000

7. Jasa penyedia tempat dan/waktu dalam media massa, media luar ruangan atau media lain untuk penyampaian informasi.

29.988.000 10% 15% 599.760

Sub Total 29.988.000 599.760

8. Jasa penyedia tenaga kerja

162.807.852 30% 15% 3.256.156

Sub Total 162.807.852 3.256.156

9. Jasa teknik 38.700.000 30% 15% 774.000

Sub Total 38.700.000 774.000

10. Jasa penyelidikan dan keamanan 937.500 20% 15% 37.500 Sub Total 937.500 37.500 11. Jasa catering 1.225.000 30% 15% 49.000 Sub Total 1.225.000 49.000 Total 2.678.578.073 83.537.082

Berdasarkan tabel di atas, maka pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Untuk lebih jelasnya daftar bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 masa Bulan Juli 2009 dan bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23, pada PT. INTI (Persero) Bandung terdapat pada lampiran.

3.3.2 Prosedur Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 23 timbul apabila Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak BUT melakukan transaksi yang menimbulkan penghasilan dari modal atau penghasilan dari jasa tertentu. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan pada SPT Tahunan oleh Wajib Pajak yang menerima penghasilan.

PPh Pasal 23 dikenakan atas penghasilan dalam nama dan bentuk apa pun yang dibayarkan , disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya atas transaksi :

1. Penggunaan modal/uang;

2. Penggunaan harta berwujud atau tidak berwujud; 3. Penggunaan jasa-jasa tertentu.

Setelah pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 di lakukan, maka seluruh jumlah yang telah di potong tersebut wajib di setor ke kas Negara. Di PT. INTI (Persero) Bandung yang bertanggung jawab menyetor pajak penghasilan (PPh) pasal 23 ini adalah bagian keuangan pada bidang perpajakan.

Penyetoran di lakukan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak. Apabila jatuh pada hari libur, maka penyetoran di lakukan pada hari kerja berikutnya. Penyetoran pajak di

laksanakan melalui Kantor Pos atau Bank Usaha Milik Negara atau Bank Milik Daerah dalam hal ini khususnya PT. INTI (Persero) Bandung adalah melalui Kantor Pos dan Giro Moch. Tohha.

Sarana atau dokumen yang di gunakan dalam penyetoran pajak penghasilan (PPh) pasal 23 ini adalah Formulir Surat Setoran Pajak (SSP). Berikut ini penulis menyajikan sebuah contoh penyetoran pajak penghasilan (PPh) pasal 23 untuk masa pajak bulan Juli tahun 2009 oleh PT. INTI (Persero) Bandung yang terdapat pada lampiran.

Berdasarkan bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 pada PT. INTI (Persero) Bandung, maka pelaksanaan penyrtoran pajak penghasilan (PPh) pasal 23 sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

3.3.3 Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan

Dokumen terkait