• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Survei Awal

Kegiatan survai awal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata proses pembelajaran yang ada dilapangan yang ada di kelas IV SD Negeri Tempal, Gatak, Sukoharjo. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV yang dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Maret 2010 pukul 08.00 sampai 09.00 WIB diketahui bahwa kelas IV memiliki kemampuan menulis rendah. Menindak lanjuti keterangan yang disampaikan oleh guru tersebut, peneliti merencanakan observasi survai awal untuk mengetahui kebenarannya. Setelah disepakati , maka kegiatan survai awal akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 30 Maret 2010 jam 07.40-09.00.

Pada kegiatan survai awal ini, peneliti menempatkan diri di belakang, agar tidak mengganggu jalannya poses pembelajaran sehingga bisa mendapatkan data-data yang valid dan alami. Awalnya, siswa terlihat kaget ketika ada dua orang guru yang masuk, namun mereka sedikit demi sedikit bisa berperilaku normal seperti biasa sehingga pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya.

Pada saat itu, pembelajaran menulis narasi dimulai dengan salam, kemudian dilanjutkan apersepsi. Sebelumnya guru telah mengabsen siswa dan hari itu ada 3 siswa yang tidak masuk, yaitu: Fauyan Ismail, Roni Sunardi, dan Wahyu Dwi Jayanti. Apersepsi dimulai dengan sebuah

pertanyaan yang diajukan oleh guru di depan kelas, yaitu, “Sudah pernahkan kalian mengarang?” Kemudian siswa pun menjawab dengan serempak, “Sudah, Bu”. Pertanyaan selajutnya yang bertujuan memancing siswa, “Kalian pernah mengarang tentang apa saja ?”.

Beberapa siswa menjawab dengan antusias, dengan suara keras. Ada yang menjawab pengalaman pribadi, objek wisata bu, gotong royong bu. Kelas menjadi sedikit gaduh. Guru menunjuk salah satu siswa, Anggun untuk menjawab. Dia pun menjawab “karangan tentang pengalaman saya, bu”.Guru kemudian menjelaskan tentang pembahasan materi pada pertemuan saat itu, yaitu narasi. Guru kemudian menerangkan mengenai pengertian karangan narasi dan meminta siswa untuk membuka buku panduan mereka. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan tema apa saja yang cocok untuk karangan narasi dengan teman sebelahnya.

Pembelajaran mengarang terlihat guru yang mendominasi. Guru menerapkan metode ceramah dan siswa hanya disuruh mendengarkan dan mencatat apa yang diperlukan. Setelah selesai menerangkan materi tentang langkah-langkah menyusun karangan seperti menentukan tema, judul, membuat karangan, dan mengembangkan kerangka karangan menjadi lima beberapa alenia, Guru meminta siswa kemudian guru melaksanakan suatu tes untuk mengetahui tingkat

keterampilan mengarang berdasarkan pengalaman siswa. Siswa masih bingung dengan apa yang ditugaskan oleh guru. Kondisi ini berlangsung 3 sampai 5 menit. Waktu yang cukup lama dan terkesan tidak efektif. Siswa terlihat kurang antusias mengikuti kegiatan pembelajaran karena sibuk dengan aktivitas mereka sendiri (ada yang mengobrol dengan teman yang lain, memandangi buku tulis, memainkan alat tulis, sibuk bertanya pada teman yang berada di belakangnya). Kondisi yang semakin ramai , maka guru menyanyakan pada siswa “sudah selesai?”, siswa menjawab “belum”. Kemudian guru memberikan waktu lagi pada siswa untuk meyelesaikan pekerjaanya. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa siswa tidak benar-benar mengerjakan tugas mereka dengan baik sesuai kemampuan dan pemahaman yang mereka miliki.

Berdasarkan hasil pengamatan survai awal tersebut dapat dikatakan bahwa hasil karangan siswa SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo dikategorikan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indicator, antara lain : (1) siswa belum mampu menuangkan ide; (2) perbendaharaan kosa kata (diksi) siswa masih terbatas, sehingga banyak siswa yang masih menulang kata-kata dalam satu alenia; (3) belum mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuis yang diberikan guru pada saat survai awal sebagian besar siswa tidak mendapatkan nilai yang memuaskan.

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa secara keseluruhan belum memenuhi aspek-aspek yang terdapat dalam karangan. Dalam hal ini, karangan siswa belum sesuai dengan aspek-aspek yang dinilai, yakni aspek isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik (tata bahasa, ejaan, kerapian tulisan). Jumlah siswa yang bisa mengorganisasikan gagasan secara baik dan lancar, serta memilih kata dan penggunaan ejaan secara tepat masih dikategorikan rendah.

Hasil kemampauan menulis karangan narasi di kelas IV SD Negeri Tempel Gatak Sukoharjo masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kemampuan menulis hanya mencapa 61.7. Angka ini masih kecil mengingat standar ketuntasan siswa yang diharapkan adalah 65. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Lebih rincinya mengenai nilai kemampauan menulis karangan narasi dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Narasi Survai Awal

No Nama Nilai Keterangan

1 Anggun Dwi Setyaningsih 69 Tuntas

2 Alda Ardianka 65 Tuntas

3 Azizan Muh. Ismail 58 Belum Tuntas

4 Desi Asih Rahmawati 56 Belum Tuntas

5 Diah Purnamasari 60 Belum Tuntas

6 Diastika Frida Murti 69 Tuntas

7 Dimas Hari Subiyakto 54 Belum Tuntas

8 Fahrul Rahmat Dani 60 Belum Tuntas

9 Fauyan Ismail 0

10 Febrianto 62 Belum Tuntas

11 Frizal Kurnia Akbar 58 Belum Tuntas

12 Galang Bagus Permadi 58 Belum Tuntas

13 Hanna Indah Pratiwi 65 Tuntas

14 Lina Dwi Septiani 65 Tuntas

15 Nur Safitri 60 Belum Tuntas

16 Rahmad Shaleh Tri Setiaji 55 Belum Tuntas

17 Roni Sunardi 0

18 Siti Royati 56 Belum Tuntas

19 Suryani 65 Tuntas

20 Thalia Dwi Febrianti 72 Tuntas

21 Wahyu Dwi Jayanti 0

22 Wijang Pangestu Aji 62 Belum Tuntas

23 M. Fardan Ulum 65 Tuntas

Berdasarkan kondisi yang dilihat dari survei awal tersebut, peneliti kemu-dian melakukan pembicaraan dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya. Pembicaraan yang dilakukan mengarah pada upaya perbaikan proses pembel-ajaran menulis narasi yang dilakukan untuk menuju pada kualitas hasil yang disesuaikan dengan standar kelulusan yang dicanangkan sekolah, yaitu dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Berdasarkan evaluasi menulis karangan narasi, observasi survai awal dan wawancara, baik dengan guru maupun siswa, beberapa faktor yang menjadikan keterampilan siswa dalam menulis narasi masih rendah, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa kurang tertarik ketika mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi

Dalam pembelajaran menulis karangan narasi yang dilakukan guru, terungkap bahwa siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis narasi. Menurut siswa pembelajaran menulis itu membosankan, sedangkan keterangan yang didapat dari guru yang membuat siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karangan adalah karena dianggap cukup sulit bagi siswa.

Di sisi lain, guru cenderung menggunakan metode ceramah. Penerapan metode ceramah tersebut yang membuat siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Beberapa siswa sibuk berbicara dengan teman, melamun, tiduran di atas meja. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif. Siswa yang tadinya memperhatikan penjelasan guru menjadi terganggu oleh teman-temannya yang gaduh.

2. Siswa masih kesulitan menuangkan ide

Selama pembelajaran menulis karangan narasi beralangsung sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan menuangkan ide untuk memulai kegiatan mengarang narasi. Kesulitan ini tampak pada saat guru mengembangkan karangan ke dalam alenia. Kesulitan ini terutama dialami siswa ketika mereka sulit mengungkapkan pengalamnnya secara runtut sesuai urutan waktu.

Berdasarkan pekerjaan siswa, sebagian besar siswa belum mampu menuangkan ide secara baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil karangan siswa yang telah dibuat, pengungkapan ide kurang baik, ide yang dikemukakan melompat-lompat sehingga urutan gagasan menjadi tidak logis dan belum menunjukkan kohesif dan koheren.

3. Guru kesulitan dalam memilih teknik dan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.

Selama pembelajaran menulis karangan narasi berlangsung, guru menggunakan metode ceramah yang membuat siswa menjadi bosan. Metode tersebut terbukti kurang efektif sebab sebagian besar siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah-langkah menyusun sebuah karangan hingga mengembangkannya ke dalam beberapa alenia dengan cara menuliskannya di papan tulis.

Setelah guru selesai memberikan penjelasan teori kemudian dilanjutkan dengan mengarang secara individual dan langsung dikumpulkan. Padahal ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mengarang narasi, terbukti hasil pekerjaan siswa masih rendah. 4. Siswa sulit dalam memilih kata dan menggunakan ejaan serta tanda baca

Sebagian besar siswa masih sulit untuk memilih kata yang tepat dan menggunakan ejaan serta tanda baca secara tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan nilai pada aspek kosa kata dan mekanik (tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Dari hasil pekerjaan siswa, sebagian besar belum menggunakan kosa kata yang bervariasi. Dalam hal ini siswa hanya mengulang-ulang kata yang sama dalam satu kalimat. Misalnya kata saya atau aku. Dalam aspek mekanik siswa juga melakukan kesalahan dalam menggunakana ejaan dan tanda baca seperti penulisan huruf kapital, kurang tanda koma, titik, pemenggalan kata menonton ditulis menoton.

Berdasarkan analisis di atas, peneliti dan guru melakukan tukar pikiran untuk menyamakan persepsi. Dari hasil tukar pikiran merasa sangat perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan narasi, baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Untuk itulah peneliti berdiskusi dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya.

Dokumen terkait