• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN KE PPK KECAMATAN WANGON

H. SUSILO BAMBANG Y

DRS.H. JUSUF K 1 Windunegara 1.251 981 2 Wlahar 1.287 779 3 Cikakak 1.492 970 4 Jambu 2.133 1.431 5 Banteran 1.357 1.326 6 Jurang Bahas 619 787 7 Wangon 2.802 2.851 8 Klapagading kulon 3.291 2.767 9 Klapagading 3.120 2.471 10 Randegan 1.511 2.152 11 Rawaheng 1.476 1.131 12 Pengadegan 1.860 1.389 JUMLAH 22,199 19,035 Pembahasan

1. Variasi atau Bentuk peran politik Kyai a. Alasan kyai terjun ke dunia politik

Kegagalan politik Islam mendorong kyai untuk membebaskan umatnya dari kewajiban menganut orientasi politik tertentu. Keterlibatan kyai adalah merupakan gerakan moral karena di landasi keikhlasan berjuang tanpa pamrih. Politik menyangkut kepentingan orang banyak sehingga dalam segala pengambilan keputusan sangat di butuhkan orang-orang yang bermoral tinggi. Hal ini menjadikan kyai bersama para tokoh politik dari partainya merasa memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk terlibat dalam wilayah politik.

Menurut kyai Jawawi dakwah melalui politik adalah baik-baik saja sepanjang demi kemaslahatan. Jika wilayah politik di pegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka yang berjadi adalah sebuah kemunduran. Dan alasannya terlibat dalam politik adalah karena dakwah demi umat, untuk membantu orang banyak, dan bermanfaat bagi pengembangan Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu ulama: adalah filsafat kehidupan, sebuah ideologi, sebuah sistem

“Islam kehidupan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akherat. Karena itu kita sebagai orang muslim tidak bisa melepaskan diri dari ideologi kita sendiri, yaitu Islam. Bagi kita, membangun Islam tidak bisa dipisahkan dari membngun masyarakat, membangun negara dan membangun kebebasan.Berkaitan dengan membangun hubungan manusia dengan sesamanya fungsi agama adalah menjaga hubungan itu dalam semua aspek kehidupan. Disini kita harus memperhatikan fungsi politik dalam menjaga hubungan tersebut. Apakah politik mencakup semua aspek kehidupan atau semuanya? Politik hanya merupakan satu aspek dari hubungan antara manusia dengan sesamanya. Sementara fungsi agama adalah menjaga hubungan ini dalam semua aspek kehidupan. Maka bagaimana mungkin agama yang meliputi semua aspek kehidupan dapat dipisahkan dari politik yang hanya meliputi satu aspek saja?”(Natsir dalam Turmudi:2004,230).

Menurut Emile Durkheim yang di kutip oleh Azyumardi Azra:2004,xviii dia membagi dunia dalam dua pikiran yaitu Profane

dan Sacred. Istilah profane secara umum di gunakan untuk menandai segala sesuatu yang berkaitan dengan duniawi, berkaitan dan berasal dari kehidupan sehari-hari. Sacred secara umum di gunakan untuk menandai segala sesuatu yang berasal dari dunia adikodrati. Sacred

pikiran manusia. Kekuasaan berasal dari dunia profan dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun demikian dunia profane ini seringkali meminjam dunia yang sacred. Hal ini bisa dipahami dengan merunut terbentuknya kekuasaan. Yang menandai pola interaksi antara pemimpin dan sekelompok orang yang dipimpin, antar penguasa dengan sekelompok orang yang di kuasai, antara yang memerintah dengan sekelompok orang yang diperintah terbentuk ketika manusia membangun kelompoknya dan harus bersaing dengan kelompok lain untuk tetap survive. Di dalam persaingan tersebut kawanan manusia memerlukan pemimpin, yaitu yang primus interpares, terbaik, terpandai, dan terkuat di antara mereka. Bentuk atau variasi keterlibatan kyai dalam politik antara lain:

1. Menjadi juru kampanye pada pemilu 2004

Kyai Jawawi dan kyai Marko pada pemilu 2004 telah banyak berperan aktif menjadi juru kampanye di kecamatan Wangon. Melalui pengajian yang di adakan secara periodik mereka menyampaikan pesan-pesan politiknya tentang keunggulan partai tertentu dan menyarankan untuk memilih partai tersebut dalam pemilu.

Meskipun hanya melalui ceramah-ceramah keagamaan tetapi menurut penulis kyai tersebut telah melakukan kegiatan politik. Bahkan istri dari kyai Marko sering menyarankan kepada jamaahnya untuk memilih partai tertentu.

Menurut penulis Kyai Jawawi, kyai Hamam,dan kyai Marko adalah warga negara yang aktif dalam partisipasi politik, karena melihat perilaku politiknya dalam pemilu yang terwujud dalam memberikan suara, aktif mencari dukungan dalam masyarakat untuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan mengikuti kampanye parpol bersama masyarakat dan tokoh politik.

Menurut Endang Turmudi kyai dapat di bedakan menjadi empat macam yaitu:

1) Kyai pesantren yaitu kyai yang memusatkan perhatiannya di pesantren untuk meningkatkan sumber daya masyarakat melalui pendidikan.

2) Kyai tarekat yaitu kyai yang memusatkan perhatiannya dalam membangun batin masyarakat melalui ritual keagamaan.

3) Kyai politik yaitu kyai yang memiliki concern untuk mengembangkan NU secara politik.

4) Kyai panggung yaitu mereka yang menyebarkan Islam melalui dakwah.

Meskipun demikian satu orang kyai dapat di golongkan lebih dari satu kategori. Menurut penulis kyai Jawawi, kyai Hamam, kyai Marko termasuk dalam kategori Kyai tarekat, kyai politik dan kyai panggung sehingga mereka cukup di kenal oleh masyarakat.

2. Mengadakan Acara Pengajian atau Ceramah Keagamaan

Pengajian menjelang pemilu 2004 di laksanakan di Lapangan Jatilawang atas kerjasama kyai dan tokoh politik. Pengajian ini berupa pengerahan massa. Menurut pasal 74 Undang-Undang Nomor12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam kampanye pemilu di larang:

a) Mempersoalkan dasar negara pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

b) Menghina sesorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan atau peserta pemilu.

c) Menghasut dan mengadu domba antar perseorangan maupun kelompok masyarakat.

d) Mengganggu ketertiban umum.

e) Mengancam untuk melakukan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat dan atau peserta pemilu yang lain. f) Merusak dan menghilangkan alat peraga kampanye peserta pemilu. g) Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat

pendidikan.

Jenis kampanye tersebut adalah berupa pengerahan masa sehingga terjadi banyak pelanggaran seperti gangguan lalu lintas, mengganggu ketertiban umum, dan perkelahian antara pendukung partai. Menurut pasal 76 Undang-Undang No.12 Tahun 2003 penyelesaian masalah tersebut melalui:

a) Peringatan tertulis apabila penyelenggaraan pemilu melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan.

b) Penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di seluruh daerah pemilihan yang bersangkutan apabila terjadi gangguan terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke daerah pemilihan lain.

3. Memberikan Anjuran untuk Mengikuti Kampanye

Kampanye adalah usaha dan kegiatan yang di lakukan secara terencana dan terarah yang dilakukan secara serempak untuk memenangkan pendapat umum. Sedangkan pendapat umum adalah sikap bersama di kalangan masyarakat luas mengenai suatu hal. Pendapat umum pada hakekatnya adalah keinginan di kalangan orang banyak. Sifat pendapat umum biasanya dinamis, menguasai alam pikiran, serta mempengaruhi pikiran orang banyak. Kampanye yang di rencanakan dengan baik akan mempengaruhi kelancaran jalannya kampanye. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003, kampanye pemilu dapat di lakukan melalui:

a) Pertemuan terbatas. b) Tatap muka

c) Penyenaran melalui media cetak dan elektronik d) Penyiaran melalui radio dan atau televisi e) Penyiaran bahan kampanye kepada umum f) Pemasangan alat peraga di tempat umum.

g) Rapat umum

h) Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan 4. Rapat Partai

Rapat partai yang di adakan oleh para tokoh politik dengan memengundang kyai adalah untuk membahas berbagai hal yang di lakukan menjelang pemilu. Menurut penulis ini di lakukan untuk mendapat dukungan dari para pengikut kyai. Disini kyai memberi masukan, saran, dan kritik kepada para tokoh politik. Meskipun tidak semua saran dan kritik kyai di lakukan oleh tokoh politik. Beberapa hal yang di bahas dalam rapat tersebut antara lain:

a. Program PKB

b. Rencana-rencana kerja partai yang berhubungan dengan pembangunan masyarakat dan sebagainya.

2. Interaksi antara kyai dengan Tokoh-tokoh politik dan pemerintah. a. Interaksi antara Kyai dengan Tokoh-tokoh Politik.

Beberapa cara yang di tempuh oleh tokoh-tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mendapatkan dukungan masyarakat dalam pemilu adalah:

1) Door to door yaitu datang dari rumah ke rumah, menjelaskan pada masyarakat akan pentingnya memilih PKB dalam pemilu 2004. 2) Silaturahmi pada tokoh-tokoh masyarakat seperti ulama, kyai,

3) Mempengaruhi forum-forum masyarakat mulai dari forum pengajian, karang taruna , kelompok olah raga, kelompok tani, nelayan, buruh dan sebagainya.

4) Mempromosikan PKB kepada siapapun dan dimanapun berada (Sumber buku panduan untuk kader PKB 2003).

Menurut penulis interaksi antara kyai dan tokoh-tokoh politik sangat erat karena di antara mereka memiliki aqidah yang sama, aspirasi politik yang sama, kepentingan politik yang sama serta memiliki wawasan dan cara pandang yang sama pula.. Hal ini akan menyatukan mereka dalam berjuang meraih tujuan partainya. Terpilihnya tokoh politik dari PKB diharapkan dapat menyalurkan aspirasi masyarakat. Sehingga apa yang diinginkan oleh masyarakat di tingkat akar rumput akan tercapai.

Dengan keterlibatan kyai dalam politik maka kyai berfungsi sebagai jembatan untuk menyalurkan suara dari pengikutnya kepada para tokoh politik yang terpilih. Maksudnya segala keinginan masyarakat di tingkat bawah akan di sampaikan kepada para tokoh politik yang duduk di lembaga legislatif untuk diusulkan pada pemerintah. Sehingga disinilah fungsi partai sebagi sarana penyalur aspirasi masyarakat akan tercapai.

Bentuk dukungan para kyai terlihat jelas ketika ceramah keagamaan seringkali menyampaikan bahwa dirinya menginginkan pemimpin yang segolongan dengannya. Menurut penulis permintaan

dukungan para tokoh-tokoh politik kepada para kyai adalah dengan maksud supaya para jamaah kyai tersebut mendukung tokoh politik yang bersangkutan. Karena seringkali apa yang dipilih kyai dalam pemilu sering diikuti oleh masyarakat dilingkungannya.

b. Interaksi antara Kyai dengan Pemerintah

Interaksi antar kyai dengan pemerintah terlihat jelas ketika pemerintah mengadakan acara tertentu kyai sering menjadi tamu undangan. Dengan begitu masyarakat akan datang. Acara-acara dan kegiatan yang di adakan oleh pemerintah akan sukses jika mendapat dukungan para kyai. Seorang ahli menyatakan bahwa

“Reproduksi simbol diantara sekian cara yang paling banyak dilakukan dalam proses membangun kekusaan di elite penguasa jawa adalah produksi dan reproduksi simbol tersebut diambilkan dari banyak sumber terutama yang menyebar di tengah masyarakat, baik dari sumber budaya lokal, tradisional, modern, militer dan juga agama. Diantara sekian simbol yang menyebar, agama tidak saja terkategori sebagai simbol legitimasi yang paling menyebar tetapi juga paling efektif. Oleh karena itu elite penguasa saat ini cenderung menggunakannya sebagai alat hegemoni, sebagai sarana mengakumulasi kepercayaan dan dukungan masyarakat” (azyumardi Azra, 2004:309). Mereka mengambil perangakat simbol keagamaan sebagai sarana kekuasaan yaitu sebagai berikut:

Mengingat agama sebagai sumber legitimasi yang menyebar, maka agama dengan berbagai simbolnya merupakan sumber daya politik yang efektif untuk meraih kekuasaan. Ada kecenderungan semua elite penguasa mengambil simbol agama sebagai sarana kekuasaan dengan berbagai formulasi, mulai dari: a.) Menggunakan berbagai properti atau icon keagamaan. Ini

seperti pemakaian kosakata keagamaan, menjalankan berbagi ritus keagamaan rakyat seperi istigoshah dan tahlil.

b.) Menjalin hubungan dengan pimpinan, armas, dan partai keagamaan. Terjadinya perubahan sistem politik Indonesia maka Indonesia mengalami masa transisi, sistem politik yang di gunakan adalah multipartai yang berimplikasi pada penyebaran konstituen. Itulah sebabnya elite penguasa di pemerintahan lokal harus berempati dengan pemimpin, ormas keagamaan maupun parpol yang berkuasa beserta konstituennya.

c.) Memobilisasi dukungan kelompok maupun instritusi agama, terutama elite agama seperti kyai dan ulama.

d.) Merekrut staf yang mempresentasikan kelompok keagamaan tertentu dalam jabatan yang strategis.

e.) Formalisasi kebijakan keagamaan seperti pembuatan kebijakan, institusi, pengnggaran kegiatan, pembangunan sarana ibadah maupun penyediaan fasilitas keagamaan.

2) Obyektifasi Simbol aparatus represif.

Aparatus represif yang dahulu di monopoli negara sehingga pemilih dan penentu seseorang untuk dapat menduduki jabatan strategis bukan datang dari bawah melainkan dari elite kekuasaan di pemerintahan pusat.

Di kecamatan Wangon, baik pemimpin di kecamatan maupun di desa sering menggunakan salam keagamaan dalam acara-acara formal. Menurut penulis ini menunjukan bahwa ada interaksi antara umaraoh dan ulama. Pernah masuknya kyai Jawawi dan Kyai Hamam ke Golkar pada waktu sebelum masuk PKB merupakan salah satu bukti adanya interaksi yang erat antara pemerintah dan kyai. Karena pada saat oerde baru (ORBA) aparat pemerintah diwajibkan mendukung Golkar (politik massa mengambang) sehingga untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat kecamatan Wangon maka pemerintahan pada waktu itu mencari dukungan dari para kyai. Karena kyai di kecamatan Wangon memiliki massa yang banyak dan termasuk menggerakan aksi-aksi sosial. Sehingga pada waktu itu pilihan masyarakat yang semula ke PPP menjadi terbagi ke Golkar. Menurut penulis pada waktu itu mereka mendukung Golkar karena dua alasan yaitu: a.) Pemerintah adalah pemimpin sebagaimana kyai dan legitimasi

kekuasaan yang pertama perlu di dukung sepanjang ia bukan merupakan kekuasaan yang korup.

b.) Pemerintahan dalam pandangan yang paling sering dinyatakan kyai, telah berbuat banyak bagi masyarakat kecamatan Wangon yang mayoritas penduduknya Islam dengan demikian sebenarnya pemerintah telah banyak memberi keuntungan bagi masyarakat setempat.

Untuk saat ini interaksi antara kyai dengan pemerintah terlihat jelas di bidang pendidikan yaitu melalui pesantren dan madrasah yang dimiliki oleh kyai. Ini sangat membantu perkembangan dunia pendidikan di kecamatan Wangon. Di bidang sosial, kyai mampu mentransfer berbagai pengetahuan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga masyarakat di kecamatan Wangon tidak mudah terpancing dengan isu-isu sosial. Kyai juga sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, karena apa yang dikehendaki oleh masyarakat tingkat bawah akan disampaikan oleh kyai kepada pemerintah setempat melalui acara-acara yang mereka ikuti bersama.

3) Pengaruh kyai terhadap Preferensi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Umum (pemilu).

Pengaruh kyai terhadap preferensi politik masyarakat kecamatan wangon di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a) Mengikuti partai pilihan pemimpin agama

Hubungan antara kyai dan masyarakat lahir dari persepsi masyarakat bahwa kepemimpinan kyai adalah nyata dan kyai

adalah seorang ahli yang dapat memahami dan menjelaskan ajran-ajaran Al`Quran. Seringkali terjadi pula bahwa kebanyakan orang suci atau syekh mempunyai hubungan geneologis dengan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu kepemimpinan mereka dianggap sah. Kyai juga dianugrahi sifat-sifat simbolik tertentu yang membuatnya berbeda dengan masyarakat lain. Konsep ini membuat masyarakat menaruh rasa hormat yang tinggi pada kyai dan tunduk kepada kepemimpinannya.

Dengan kelebihan tersebut maka seringkali apa yang di lakukan kyai diikuti oleh masyarakatnya, termasuk sikap pilihan kyai dalam pemilu. Meskipun tidak semua masyarakat mengikutinya. Masyarakat yang mengikuti biasanya masyarakat saleh yang memiliki hubungan dekat dengan kyai. Dan yang tidak mengikuti adalah kerlompok abangan yaitu orang yang mengaku Islam tetapi pengetahuan agamanya sangat umum.

b) Memilih parpol sesuai dengan organisasi keagamaan.

Kepentingan ulama dalam politik di realisasikan dengan keterlibatan mereka dalam parpol Islam. Sebagai wadah penyalur aspirasi kaum nahdliyin. Partai kebangkitan Bangsa (PKB) memilki cita-cita politik yang bersumber dari landasan politik NU. Dengan merujuk pada landasan politik NU dan cita-cita politik partai maka setiap anggota dan aktifis PKB harus mengembangkan pola hubungan dengan NU yang bersifat historis, kultural, dan aspiratif.

1.) Hubungan historis berarti setiap anggota dan aktifis PKB menyadari bahwa partai ini dirintis dan dilahirkan oleh warga NU secara perseorangan, sebagai wujud nyata kepedulian mereka terhadap masa depan kehidupan politik bangsa dan tekad melaksanakan cita-cita politik NU yaitu mengangkat harkat dan martabat warganya.

2.) Hubungan kultural berarti setiap anggota dan aktifis PKB menyadari bahwa partai ini lahir dari suatu lingkungan kebudayaan dan keagamaan yang khas.

3.) Hubungan aspiratif berarti setiap anggota dan aktifis PKB memahami sepenuhnya bahwa NU sebagi sebuah jamiyyah, memilki landasan pandangan dan sikap politik bahwa setiap warga jamiyyah NU yang menjadi anggota dan aktifis partai harus turut memperjuangkan landasan, pandangan dan sikap politik tersebut dalam keseluruhan gerak dan langkah partai. c.) Kyai sebagi seorang figur pemimpin pusat partai politik.

Kyai dianggap sebagai patron bagi para pengikutnya yaitu sebagai sumber yang dapat memenuhi kebutuhan matriil dan spirtual. Alasan yang menopang keadaan ini yaitu:

1) Kyai secara tradisional adalah elite yang berpengaruh dalam umat Islam.

2) Kyai adalah elite politik yang yang mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap politik umat Islam. Karena ada beberapa kyai

memegang kepemimpinan politik pada tingkat propinsi dan nasional, maka perubahan-perubahan yang dibawa melalui kepemimpinan mereka juga bersifat nasional. Dengan kata lain perubahan yang terjadi pada tingkat lokal seringkali merupakan akibat perubahan yang terjadi pada tingkat yang lebih luas.

Pada pemilu 2004 mayoritas masyarakat kecamatan Wangon memilih Megawati dan Hasyim Muzadi sebagai presiden dan wakil presiden. Hasyim Muzadi adalah mantan ketua PBNU dan dia adalah seorang kyai sehingga sebagian masyarakat kecamatan Wangon memilihnya. Kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden ini di kecamatan wangon karena Megawati juga memiliki massa yang banyak di kecamatan Wangon.

d.) Memilih pemimpin yang pendukungnya banyak.

Dengan kehidupan yang masih cukup tradisional dan minimnya pendidikan yang di peroleh. Maka pola pikir masyarakat Wangon masih cukup sederhana. Seringkali sikap mereka terhadap masalah-masalah politik sangat apatis, masa bodoh dan acuh tak acuh. Keadaan seperti ini menurut beberapa ahli termasuk budaya politik parokial yaitu budaya politik yang masih sederhana dimana belum ada spesialisasi kekuasan. Sehingga menurut penulis pendidikan politik masyarakat di kecamatan wangon harus terus ditingkatkan.

Dari alasan-alasan di atas dan dengan melihat hasil pemilihan umum (pemilu) 2004 setiap desa di kecamatan Wangon maka menurut

penulis pengaruh kyai dalam preferensi politik masyarakat dalam pemilu dapat terlihat jelas di beberapa desa saja. Yaitu di desa tempat kyai bertempat tinggal dan beraktifitas.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keberadaan kyai di kecamatan Wangon sebenarnya dalam posisi mendua yaitu sebagai tokoh politik dan sebagai tokoh agama. Sebagai tokoh agama kyai memberi pengajaran bagi masyarakat yaitu melalui pesantren dan madrasah. Dalam bidang politik kyai seringkali di ajak oleh tokoh-tokoh politik dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kecamatan Wangon untuk mengikuti berbagi kegiatan dalam partai. Kaerna menurut tokoh politik dengan melibatkan kyai dalam partai maka pengikut dari kyai tersebut akan memilih partai tersebut. Aktifitas kyai dalam partai terlihat saat kyai mengikuti kampanye pada waktu pemilu, mengadakan ceramah-ceramah keagamaan pada waktu menjelang pemilu, memberikan anjuran pada masyarakat untuk mengikuti kampanye, dan mengikuti rapat partai yang diadakan untuk persiapan menghadapi pemilu.

2. Posisi kyai yang strategis mendorong kyai untuk harus berhubungan dengan pemerintah dan tokoh-tokoh politik. Interaksi antara kyai dengan pemerintah terlihat ketika pemerintah mengadakan suatu acara tertentu maka kyai menjadi tamu undangan dalam acara tersebut. Sebaliknya pemerintah setempat akan mendapat undangan dari kyai ketika kyai mengadakan acara. Kiprah kyai dalam pendidikan sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Program-program yang diadakan pemerintah akan berjalan jika didukung oleh kyai seperti pembayaran pajak, penggalangan dana untuk korban bencana alam dan prorm-program lain.

Interaksi antara kyai dengan tokoh-tokoh politik terlihat ketika para tokoh politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta dukungan dari para kyai. Menurut tokoh tersebut jika melibatkan kyai maka acara akan lebih di dukung masyarakat.

Dalam interaksi antara kyai dengan pemerintah dan tokoh-tokoh politik, kyai merupakan jembatan untuk menyampaikan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat terhadap pemerintah dan tokoh-tokoh politik.

3. Peran kyai dalam bidang politik sangat mempengaruhi preferensi politik masyarakat dalam pemilu. Meskipun tidak semua masyarakat mengikutinya. Masyarakat yang mengikuti partai pilihan kyai biasanya masyarakat yang memiliki hubungan dekat dengan kyai dan sering mengikuti berbagai kegiatan bersama kyai. Dan biasanya masyarakat yang tidak mengikuti partai kyai adalah masyarakat yang mengaku dirinya Islam tetapi pengetahuan agamanya kurang dan biasanya tidak terlalu akrab dengan kyai. Dengan melihat hasil pemilu 2004 pengaruh kyai yang paling menonjol adalah di desa Klapagading dan Banteran, desa ini merupakan pusat kegiatan dimana kyai bertempat tinggal dan melakukan kegiatannya. Menyusul kemudian windunegara, klapagading kulon,

jambu, randegan, jurang bahas, pengadegan, rawaheng, wangon, cikakak, dan wlahar.

B. Saran

1.) Bagi pemerintah setempat hendaknya dapat lebih meningkatkan pendidikan politik masyarakat kecamatan Wangon.

2.) Bagi Tokoh-tokoh politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kecamatan Wangon hendaknya dapat melakukan kegiatan politiknya dengan sehat. 3.) Bagi kyai hendaknya lebih meningkatkan perannya sebagai tokoh agama

dalam masyarakat.

4.) Bagi masyarakat dalam memilih partai seharusnya memperhatikan visi dan misi partai yang dipilihnya.

Lampiran 1

Responden dan Informan

No. Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Alamat

1. Jawawi 63 tahun kyai MAN,ponpes Windunegara

2. Hamam 60 tahun kyai MAN,ponpes Windunegara

3 Maksum 53 tahun kyai SMP,ponpes Klapagading

4. Sobirin 38 tahun wiraswasta PT Banteran

5. Juanda 32 tahun wiraswasta PT Wangon

6. Sudarti 35 tahun wiraswasta PT Klapagading 7. Rifatul A. 30 tahun wiraswasta PT Wangon 8. Siti Asiah 40 tahun Petani SMP Klapagading

9. Sudarti 35 tahun GTT PT Klpagading

10. Nasum 55 tahun buruh SD Klpagading

11. Cahyono 25 tahun buruh SMU Klapagading

12. Budi N.H. 23 tahun GTT PT Klapagading

Dokumen terkait