• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.2 Sustainability Report dan Pengungkapan Sustainability

yang menyangkut dengan organisasi sosial, komunitas masyarakat dan lingkungan sangat diperlukan. Perusahaan dapat mengungkapkan informasi tersebut dalam

sustainability report sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik. Tujuannya untuk mendapatkan legitimasi masyarakat dan menjelaskan bagaimana dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan.

2.2 Sustainability Report dan Pengungkapan Sustainability Report Perusahaan

Berkembangnya sustainability report merupakan bagian dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Berdasarkan Kuhlmann (2010) pengertian pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yang didapatkan dari United Nations (dalam Agenda for Development) yaitu pembangunan dengan wawasan multidimensional dalam mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Pembangunan berkelanjutan (sustainability development) ini mencakup tiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk mendukung adanya pembangunan berkelanjutan, sustainability report digunakan sebagai salah satu media informasi perusahaan kepada para stakeholder.

Laporan keberlanjutan (sustainability report) merupakan jenis laporan yang bersifat sukarela (voluntary). Laporan ini diungkapkan sebagai pelengkap laporan keuangan (financial statement), jadi laporan ini terpisah dari laporan keuangan perusahaan. Sustainability report mengungkapkan tiga kinerja yang

terkait dengan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Menurut GRI (2006), mendefinisikan sustainability report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada

stakeholder internal dan eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Laporan keberlanjutan (sustainability report) berbeda dengan laporan keuangan. Selain sebagai pendukung pembangunan berkelanjutan, laporan ini diungkapkan sebagai bentuk komitmen perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan berada. Sustainability report menjadi media informasi bagi para stakeholder internal maupun eksternal untuk menilai apakah manajemen suatu perusahaan sudah menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Jadi, adanya sustainability report sebagai pelengkap laporan keuangan perusahaan sangatlah penting bagi para stakeholder maupun perusahaan itu sendiri.

Beberapa manfaat telah dirasakan oleh perusahaan yang sudah mengungkapkan laporan keberlanjutan (sustainability report). Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (dikutip dari Suryono dan Prastiwi, 2011), laporan keberlanjutan (sustainability report) memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sustainability report memberikan informasi kepada stakeholder

(pemegang saham, anggota komunitas lokal, pemerintah) dan meningkatkan prospek perusahaan, serta membantu mewujudkan transparansi.

2. Sustainability report dapat membantu membangun reputasi sebagai alat yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan brand value, market share dan loyalitas konsumen jangka panjang.

3. Sustainability report dapat menjadi cerminan bagaimana perusahaan mengelola resikonya.

4. Sustainability report dapat digunakan sebagai stimulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan semangat kompetisi. 5. Sustainability report dapat mengembangkan dan memfasilitasi

pengimplementasian dari sistem manajemen yang lebih baik dalam mengelola dampak lingkungan, ekonomi dan sosial.

6. Sustainability report cenderung mencerminkan secara langsung kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi keinginan pemegang saham dalam jangka panjang.

7. Sustainability report membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang dan membantu mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang terkait dengan isu sosial dan lingkungan.

Sebagian besar bentuk pengungkapan sustainability report perusahaan diungkapkan melalui website perusahaan, dengan media ini siapa saja dapat mengakses sehingga mereka mengetahui bagaimana bentuk tanggung jawab yang telah dilakukan perusahaan. Berdasarkan pengamatan sustainability report

mengandung narrative text, foto, tabel dan grafik yang memuat penjelasan mengenai pelaksanaan sustainability perusahaan. Sustainability reporting dapat

didesain oleh manajemen sebagai cerita retoris untuk membentuk image

(pencitraan) pemakainya melalui pemakaian narrative text (Nugroho, 2007). Konsep sustainability report berpijak pada konsep triple bottom line yang dikembangkan oleh Elkington. Elkington (2000), menjelaskan triple bottom line

sebagai berikut :

“The three lines of the triple bottom line represent society, the economy and the environment. Society depend on the global ecosystem, whose health represents the ultimate bottom line. The three lines are not stable; they are in constant flux, due to social political, economic and environmental pressures, cycle and conflicts”.

Gambar 2.1 Triple Bottom Line

Sumber : www.centerforsustainability.org, 2012

Perusahaan dalam kontribusinya kepada masyarakat, tidak terkonsentrasi

pada penciptaan nilai ekonomi saja, tetapi juga harus memperhatikan “3P” yaitu

profit, people dan planet. Jadi perusahaan harus memperhatikan dimensi yang lain, yaitu planet dan people. Ketika perusahaan menjalankan aktivitasnya selain bertujuan untuk mengejar profit, perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan manusia atau people dan kelestarian lingkungan atau planet.

2.3 Kinerja Keuangan (F inancial Performances)

Dalam menentukan pengambilan keputusan, para stakeholder memerlukan informasi terkait dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang tersaji dalam laporan keuangan (financial report). Kinerja keuangan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan oleh entitas untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja keuangan dapat dicerminkan melalui analisis rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Perhitungan rasio-rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan antara lain : rasio profitabilitas, leverage keuangan, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas.

2.3.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rinci informasi yang disampaikan manajer dalam memberikan informasi kepada para stakeholder, hal ini berguna untuk meyakinkan stakeholder perusahaan. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Jati (dalam Suryono dan Prastiwi, 2011) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan kebebasan dan fleksibilitas yang diberikan kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial secara

luas kepada para pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas maka akan semakin tinggi pula luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, cenderung akan membuka cabang atau lini baru sehingga dapat memperbesar keuntungan investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya.

2.3.2 Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Kreditur jangka pendek lebih tertarik pada aliran kas perusahaan dana manajemen modal kerja dibandingkan dengan besarnya profit yang diperoleh perusahaan. Jadi, kreditur jangka pendek akan lebih memperhatikan perkembangan likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo. Kewajiban atau hutang jangka pendek dapat dipenuhi atau ditutup dari aktiva lancar yang juga berputar dalam jangka pendek. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja ekonomi yang kuat (Almilia dan Devi, 2007)

2.3.3 Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang berasal dari hutang atau modal. Leverage

proporsi total utang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Semakin tinggi leverage, besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan pelanggaran terhadap kontrak utang, sehingga manajer akan melaporkan laba saat ini lebih tinggi dibandingkan laba masa depan. Jensen & Meckling (1976) menjelaskan, teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.

2.3.4 Aktivitas Perusahaan

Analisis aktivitas perusahaan menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun kegiatan jangka panjang). Rasio-rasio aktivitas perusahaan menunjukkan perbandingan yang layak antara sales dengan penggunaan aktiva-aktiva perusahaan.

Ananingsih (dalam Suryono dan Prastiwi, 2011), rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan dalam pengelolaan aktivanya. Jika perusahaan terlalu banyak memiliki aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi sehingga laba pun akan menurun. Di sisi lain, jika aktivitas terlalu rendah maka penjualan yang menguntungkan akan hilang, sehingga rasio ini menggambarkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi. Rasio aktivitas perusahaan

dapat dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva yang dimiliki perusahaan.

2.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diukur dari aset yang dimilki perusahaan. Aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Perusahaan yang besar, umumnya memiliki jumlah aset yang besar pula. Lang dan Lundholm (dalam Benardi dkk, 2009), menyatakan bahwa tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik (publik demand) akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil.

Dokumen terkait